9
Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, dikatakan bahwa tujuan kemitraan usaha pertanian antara lain untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha,
meningkatkan kualitas sumberdaya mitra, peningkatan skala usaha, serta dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra
yang mandiri. Dalam sistem agribisnis di Indonesia, terdapat enam bentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha besar Sumardjo et al. 2004 yaitu: 1
Pola Kemitraan Inti Plasma, 2 Pola Kemitraan Subkontrak, 3 Pola Kemitraan Dagang Umum, 4 Pola Kemitraan Keagenan, 5 Pola Kemitraan Kerjasama
Operasional Agribisnis, dan 6 Pola Kemitraan Usaha Pertanian. Wigena 2009, interaksi yang sinergis dari aspek lingkungan, ekonomi dan
sosial mampu menciptakan kondisi pengelolaan perkebunan yang berkelanjutan yang ciri-cirinya dapat dilihat dari tiga aspek.yaitu: 1 ekologis berupa
terpeliharanya kualitas lingkungan atau terkendalinya tingkat pencemaran lingkungan sehingga kualitas hidup petani semakin membaik, 2 ekonomi
berupa meningkatnya pendapatan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup petani yang mengarah pada tingkat kesejahteraan yang lebih baik, 3 sosial yang
meliputi a manusiawi dimana gejolak sosial seperti tingkat kriminalitas dan konflik menurun, kinerja lembaga sosial desa membaik, produktivitas tenaga kerja
meningkat dan lain-lain, b berkeadilan dimana semua stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan merasakan manfaat dari keberadaan kebun sawit
tersebut, dan c bersifat fleksibel atau kondisi luwes yang menggambarkan bahwa apa yang sudah dicapai tersebut tidak mudah goyah melainkan punya
toleransi tinggi dan mampu bertahan terhadap perubahan kondisi, baik kondisi eksternal maupun internal yang dinamis. Penerapan pendekatan sistem dalam
pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit pada hakekatnya untuk harmonisasi dari tiga aspek, yakni aspek ekonomi, aspek biofisik ekologi dan
aspek sosial budaya, sehingga indikator pengelolaan perkebunan kelapa sawit tidak hanya dilihat dari kelayakan ekonomi dan tidak merusak lingkungan, tetapi
juga harus dapat diterima oleh masyarakat sekitar economically feasible, ecologically sustainable dan sosiologically acceptable. Hal ini sejalan dengan
konsep triple bottom line yakni pembangunan tidak hanya dilihat dari nilai tambah ekonomi saja tetapi harus memperhatikan nilai tambah sosial dan
10 lingkungan agar pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit menjadi
berkelanjutan. Kerangka pemikiran penelitian disajikan dalam ilustrasi pada Gambar 1.
1.5.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain, sebagai
berikut:
1. Masyarakat memahami degradasi lahan terkait pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit dan berupaya memperbaikinya.
2. Memberikan keuntungan bagi bagi masyarakat karena status pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit akan berlanjut.
3. Memberikan kemudahan bagi PT.Perkebunan Nusantara VII karena faktor-faktor penentu kinerja masyarakat lokal dalam mendukung program
perkebunan inti rakyat kelapa sawit dapat di ketahui. 4. Memberikan dukungan bagi stakeholders dalam membangun model
pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit berkelanjutan.
11
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Pola pembukaan
areal kebun Pemeliharaan
tanaman belum menghasilkan
Pemeliharaan tanaman
menghasilkan Lembaga Petani
pengelolaan Petani Plasma
Kebun Inti
Degradasi Lahan Pembangunan Perkebunan
Kelapa Sawit
Manfaat: -Ekonomi
-Ekologi -SosialKelembagaan
-Tehnologi
Strategi Pengelolaan Perkebunan Inti Rakyat Kelapa Sawit
Rusaknya Fungsi Ekologis Lemahnya Regulasi
Lemahnya Sumber Daya Manusia
Pendekatan Sistem: Integrasi kondisi ekologi, ekonomi, sosial
Sub Sistem Ekologi: -Tehnik pengolahan lahan
-Konservasi -Kualitas Produksi
Sub Sistem Ekonomi: -Kelembagaan ekonomi Petani
-Peningkatan Produksi TBS -Daya saing terhadap TBS
Sub sistem sosial: -Peraturan
-Institusikelembagaan -Kearifan lokal
Kelembagaan yang tangguh Pendapatan meningkat
Kebijakan yang berkeadilan
Model Pengelolaan Perkebunan Inti Rakyat Kelapa Sawit Berkelanjutan
12
1.6. Kebaruan Penelitian Novelty
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang telah dilaksanakan dan keluaran yang dihasilkan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Penelitian dan Metode serta Hasil Penelitian Terkait Novelty
No. Peneliti
Metode Hasil Penelitian
1. Erningpraja
dan Poelongan
2000 Melakukan kajian
tentang pengelolaan perkebunan kelapa
sawit. Pengelolaan perkebunan kelapa sawit
plasma berkelanjutan dilakukan dengan pendekatan fisik yakni pemupukan
2. Hasibuan
2003 Pengembangan PIR
Kelapa Sawit dan Peranan Koperasi
dalam Ekonomi Kerakyatan Di Masa
Mendatang Pengelolaan perkebunan kelapa sawit
berbasis dinamika ekonomi kerakyatan yakni koperasi
3. Hasbi 2001
dan Wahyono 2003
Melakukan kajian tentang pengelolaan
perkebunan kelapa sawit.
Pengelolaan perkebunan kelapa sawit berfokus pada kelembagaan dan
pengelolaan konflik
4. Iswati 2004
Pengelolaan kebun plasma kelapa sawit
yang berkelanjutan dengan pendekatan
sistem. Pengelolaan kebun plasma kelapa sawit
yang berkelanjutan merupakan fungsi dari jenis tanah T, kemiringan lereng
L, kemampuan petani M, pendapatan petani E dan budaya B.
Fungsi tersebut dirumuskan sebagai Pl = f T,L,M,E,B
5. Djafar, N.
Ratnawati dan M.
Aklmal. 2005
Pedoman Roundtable
on Sustainable Palm Oil RSPO Tentang
Prinsip dan Kriteria Sustainable Palm Oil
pada Industri Kelapa Sawit.
Untuk membangun perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang memenuhi
aspek fisik, sosial dan ekonomi, diperlukan model perkebunan
berkelanjutan dengan konsep dan kriteria sesuai dengan isu-isu yang
berkembang saat ini yang tertuang dalam The Rountable on Sustainable
Palm Oil RSPO.
6. Ardiansyah
2006 Realising Sustainable
Palm Oil Development in Indonesia
- Challenges and
Opportunities. Untuk masa mendatang, konsep dan
kriteria perkebunan kelapa sawit berkelanjutan seyogyanya mengacu
pada RSPO karena sudah
mengakumulasikan aspek fisik, sosial dan ekonomi secara holistik.
7. Wigena
2009 Pengelolaan kebun
plasma kelapa sawit yang berkelanjutan
dengan pendekatan sistem
Model pengelolaan kebun kelapa sawit plasma yang dibangun menunjukkan
bahwa faktor penduduk, lahan dan produksi tandan buah segar TBS
kelapa sawit merupakan faktor utama yang menjadi kunci untuk mencapai
kebun sawit plasma berkelanjutan.
13
Pengelolaan lingkungan perkebunan inti rakyat kelapa sawit sebagai suatu sumberdaya lahan untuk kepentingan produksi hasil perkebunan kelapa
sawit dengan pendekatan holistik semakin penting untuk dilakukan. Hal ini didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain: 1 pengelolaan perkebunan
inti rakyat kelapa sawit berkelanjutan, sangat perlu untuk dilanjutkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat; 2 pengelolaan
lingkungan perkebunan kelapa sawit akan melibatkan banyak pemangku kepentingan; dan 3 setiap wilayah mempunyai karakteristik berbeda-beda yang
memerlukan pendekatan holistik dan terpadu sesuai dengan kondisi sumberdaya pada setiap daerah Mitchell et al. 2003.
Adapun kebaruan dari penelitian saya yang berjudul “Model Pengelolaan Perkebunan Inti Rakyat Kelapa Sawit Berkelanjutan”,
adalah adanya analisis degradasi lahan dengan menggunakan sampel berdasarkan tahun tanam pada
berbagai topografi dan berbagai kedalaman serta menganalisis kelembagaan petani menjadi faktor penting untuk keberlanjutan program Perkebunan Inti
Rakyat Kelapa Sawit .
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Model Pengelolaan Perkebunan Inti Rakyat. 2.1.1. Model
Definisi model adalah sebuahrepresentasidarisebuahsistem yang me- mungkinkanuntukinvestigasisifatdarisistemdan, dalambeberapakasus, predik-
sihasil di masadepan. SelanjutnyaDe Wit 1982 mendefinisikan model simulasi sebagai seni dalam membangun model matematik untuk mengkaji sifat-sifat di
dalam sistem. Pada dasarnya tujuan utama penyusunan atau pembuatan model yang bersifat mekanistik bukan pada ketepatan model, melainkan bagaimana
model tersebut dapat menjelaskan mekanisme proses yang terjadi dalam sistem yang dimodelkan.
Pemecahan masalah yang kompleks tidak dapat dilakukan dengan carasederhana dengan menggunakan penyebab tunggal, tetapi dengan
menerapkanpendekatan sistem yang dapat memberikan dasar untuk memahami berbagaipenyebab dari suatu masalah dalam kerangka sistem Marimin
2005.SelanjutnyaEriyatno 1999 menyatakan bahwa keunggulan pendekatan sistem adalah dapatmengidentifikasi dan memahami berbagai aspek dari suatu
permasalahan dandapat mengarahkan pemecahannya secara menyeluruh.Pemecahan masalah melalui pendekatan sistem dilakukan antara
lainmelalui tahap pembuatan model pemodelan dan simulasi.Model tersebut dapat
2.1.2. Sistem
diklasifikasikan sebagai model statik dan model dinamik. Dalam model statis,perubahan input memiliki pengaruh langsung terhadap output, karena
tidak melibatkan waktu tunda delays atau konstanta waktu time
constant .Model dinamis melibatkan umpan balik dan waktu tunda informasi untuk memahami perilaku dinamis suatu sistem yang kompleks Laurikkala et
al.2001.
Marimin 2005 menyatakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai
suatu tujuan dalam suatu lingkungan yang kompleks. Ditinjau dari komponen