yang berubah Drifting Goals,5 Kemajuan dan Kekurangan Modal Growth and underinvestment,6
Sukses Bagi yang berhasil Sucess to the
Succesful,7Eskalasi Escalation, dan 8Kesulitan Bersama Tragedy of the Commons. Pola – pola dasar sistem dinamik atau pola lingkaran dinamika sistem
adalah terdiri atas lingkaran umpan balik. Selanjutnya, gabungan lingkaran umpan balik membuat kerumitan yang tidak dapat dimengerti, penyederhanaan terhadap
kerumitan tersebut dapat dikenali melalui pola lingkaran umpan balik. Sejauh ini telah dapat dikenali tiga kelompok pola, yaitu pengelolaan sistem, pemecahan
masalah, dan kecenderungan pelaku. Kelompok pertama adalah pola – pola pengelolaan sistem terdiri dari :
1. Tindakan perbaikan yang tertunda, 2. Penyesuaian tujuan,
3. Batas pertumbuhan, 4. Pertumbuan dan kekurangan modal.
Kelompok pola kedua adalah pola – pola pemecahan masalah yang terdiri dari: 1. Perbaikan yang gagal
2. Pergeseran beban. Kelompok pola ketiga adalah pola – pola kecenderungan pelaku terdiri dari :
1. Sukses bagi yang berhasil, 2. Percepatan, dan
3. Kesulitan bersama.
2.1.10. Analisis Kebijakan
Dalam sistem dinamis analisis kebijakan dilakukan terhadap hasil simulasi model Muhamadi 2001. Ada dua tahap analisis kebijakan yaitu : pengembangan
kebijakan alternatif dan analisis kebijakan alternatif. Pengembangan kebijakan alternatif adalah suatu proses berfikir kreatif menciptakan ide – ide baru untuk
mempengaruhi sistem agar mencapai tujuan yang diinginkan, baik dengan cara mengubah parameter maupun struktur modelnya. Sementara itu analisis kebijakan
alternatif dilakukan untuk memilih satu kebijakan terbaik dari beberapa alternatif kebijakan yang ada, dengan mempertimbangkan perubahan sistem lama ke sistem
baru, serta perubahan lingkungan ke depan.
Kebijakan yang dilakukan PT.Perkebunan Nusantara VII dalam pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit masih bersifat parsial berdasarkan
kondisi kebun setempat, sehingga menyebabkan managemen kebun tidak berani melakukan terobosan, karena takut disalahkan suatu saat kelak. Sebaiknya
ditetapkan kebijakan di tingkat Direksi terhadap model pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit terhadap suatu kebun berdasarkan kondisi dimana kebun tersebut
berada.
2.2. Pengelolaan Perkebunan Inti Rakyat Kelapa Sawit Berkelanjutan
Pengelolaan perkebunan inti rakyat kelapa sawit berkelanjutan adalah suatu pendekatan pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang melibatkan dua atau
lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan pembangunan secara terpadu integrated guna mencapai pembangunan perkebunan kelapa sawit secara
berkelanjutan. Keterpaduan integration mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis.Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa
perlu ada koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat tertentu horizontal integration, dan antar
tingkat pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, sampai tingkat pusat vertical integration.Keterpaduan dari sudut pandang
keilmuan mensyaratkan bahwa di dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit hendaknya dilaksanakan atas dasar pendekatan antar
disiplin ilmu interdisciplinary approaches, yang melibatkan bidang ilmu: ekonomi, ekologi,
teknik, sosiologi, hukum, dan ilmu lainnya yang relevan. Hal ini diperlukan karena pembangunan kelapa sawit pada dasarnya terdiri dari sistem sosial yang
terjalin secara kompleks dan dinamis serta pada dasarnya tersusun dari berbagai macam ekosistem hutan, kelapa sawit, tanah dan lainnya yang satu sama lain
saling terkait, tidak berdiri sendiri. Menurut Manuwoto 2007, kebijakan yang terkait pembangunan
berkelanjutan harus memenuhi kriteria dan pokok-pokok pembangunan berkelanjutan. Kriteria pembangunan berkelanjutan tersebut adalah kesetaraan
equity,masa mendatang futurity,dan valuasi lingkungan environmental