Usaha Kecil TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Kecil

Upaya memahami industri rumah tangga sebagai usaha kecil di Indonesia, tidak mudah, hal ini disebabkan banyaknya kriteria yang ada sebagai akibat dari banyaknya instansi atau lembaga yang terlibat dalam pengembangan usaha kecil. Di dunia setiap negara memiliki kriteria dalam pengelompokan usaha kecil. Inggris menetapkan usaha kecil bila jumlah pekerja antara 1–2000 orang, Jepang antara 1–300 orang, dan Amerika 1-500 orang, sedangkan di Francis jika kurang dari 10 orang termasuk dalam kategori usaha kecil Partomo dan Soejoedono, 2004 Kriteria usaha kecil menurut Biro Pusat Statistik BPS adalah usaha yang memiliki pekerja berjumlah 5-19 orang, jika kurang dari 5 orang, digolongkan kedalam usaha rumah tangga Partomo dan Soejoedono, 2004. Anderson Partomo dan Soejoedono, 2004 membagi usaha kecil berdasarkan jumlah pekerja, yaitu usaha kecil kategori I memiliki jumlah pekerja 1–9 orang, usaha kecil kategori II memiliki jumlah pekerja 10 – 19 orang. Kriteria pengelompokan usaha kecil selain menggunakan batasan tenaga kerja, juga menggunakan nilai omset atau nilai aset, sebagaimana Undang- Undang RI Nomor 9 tahun 1995, pasal 5 tentang usaha kecil, adalah sebagai berikut: 1 Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau 2 Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 miliar. 3 Milik Warga Negara Indonesia. 4 Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. 5 Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. 6 Kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a dan b, nilai nominalnya, dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian, yang diatur dengan peraturan pemerintah. Selain usaha kecil, dikenal juga istilah usaha mikro, yang secara spesifik didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional serta informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan berbadan hukum. hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.100 juta dan milik Warga Negara Indonesia Adi, 2007. Selain beberapa Kriteria di atas, UKM juga memiliki ciri-ciri umum yang menurut Partomo dan Soejoedono 2004 adalah: 1 Struktur organisasi yang sangat sederhana 2 Tanpa staf yang berlebihan 3 Pembagian kerja yang “kendur” 4 Memiliki hirarki manajerial yang pendek 5 Aktivitas sedikit yang formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan 6 Kurang membedakan antara aset pribadi dan aset perusahaan. Berdasarkan kriteria di atas, sedikitnya terdapat dua aspek yang dapat dijadikan kriteria usaha kecil, pertama aspek penyerapan tenaga kerja, ke dua aspek omset hasil penjualan. Berdasarkan uraian di atas, maka kriteria usaha kecil yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria yang ditetapkan oleh Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 1995. Menurut Suryana 2003, usaha kecil memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri, beberapa kekuatan yang dimiliki adalah: 1 Kebebasan untuk bertindak. Bila ada perubahan produk, teknologi, atau alat, usaha kecil dapat melakukan penyesuaian dengan cepat. 2 Fleksibel, usaha kecil sangat luwes dapat menyesuaikan diri dengan keadaan atau kondisi setempat. 3 Tidak mudah goncang, karena sumber daya yang digunakan kebanyakan lokal, yang harganya relatif lebih murah, dan tidak banyak terpengaruh oleh nilai dolar. Sedangkan kelemahan usaha kecil dapat dibagi dua: 1 Kelemahan struktural, adalah kelemahan usaha kecil dalam bidang manajemen seperti pengendalian mutu, organisasi, teknologi, modal, dan pasar. Kelemahan struktural yang satu dengan yang lainnya saling terkait, yang kemudian membentuk lingkaran ketergantungan. 2 Kelemahan kultural adalah kelemahan dalam budaya perusahaan yang kurang mencerminkan perusahaan sebagai Corporate Culture. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran dan bahan baku.

2.2. Industri Tempe