5.3.1. Usia
Tabel 7 menunjukkan pada umumnya usia pengrajin tempe termasuk dalam kategori sedang, dengan usia rata-rata 38,8 tahun. Kisaran usia tersebut
termasuk dalam kelompok usia produktif atau usia kerja. Tenaga kerja atau manpower umumnya adalah mereka yang berusia antara 15 – 65 tahun, di
mana pada usia tersebut seseorang sedang memilih bidang pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minat, serta mencoba untuk berkarier Syahyuti,
2006. Aktivitas dan tujuan hidup orang-orang yang berada pada kelompok usia produktif, menjadikan usia berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi kerja
Hurlock dalam Riyanti, 2003. Pengrajin tempe yang berusia di bawah atau sama dengan 31 tahun
sebanyak 10,3, hal ini menunjukkan bahwa usaha industri tempe diduga kurang menarik bagi orang-orang yang berusia sangat muda, karena usaha ini
dinilai kurang menguntungkan. Banyak industri kecil yang menggunakan
kedelai sebagai bahan baku, tidak mampu beroperasi Mustofa, 2008. Naiknya harga kedelai dan biaya produksi secara terus menerus, tidak dapat diimbangi
dengan menaikkan harga jual tempe, hal ini disebabkan lemahnya daya beli masyarakat, data BPS 2004-2007 menunjukkan kenaikan harga sembako
melampaui kenaikan daya beli masyarakat.
5.3.2. Pengalaman
Pengalaman yang dimiliki pengrajin tempe rata-rata mencapai 15,1 tahun, dengan kisaran 5-30 tahun. Pengalaman hampir merata pada setiap kelompok
dengan penyebaran kategori sebagai berikut: kurang 25,6, cukup 38,2, lama 28,5 dan sangat lama 7,7.
Pengalaman mengelola usaha memberi dampak positif terhadap perkembangan usaha, karena dengan pengalaman seseorang akan dapat
mengendalikan jalannya usaha walaupun menghadapi berbagai kendala. Semakin banyak memiliki pengalaman, akan semakin tangguh dalam
menjalankan usaha. Menurut Haswell Riyanti, 2003 pentingnya memiliki pengalaman dalam mengelola usaha kecil disebabkan umumnya kegagalan
usaha disebabkan kurangnya pengalaman, terutama pada saat menghadapi berbagai masalah.
5.3.3. Pendidikan Formal