Motif utama pengrajin mendirikan usaha industri tempe adalah 1 kebutuhan akan pekerjaan untuk mendapatkan uang, 2 pasar tempe relatif
stabil dan 3 tidak memiliki pilihan profesi selain sebagai pengrajin tempe. Dengan demikian apabila kebutuhan uang dan pasar semakin besar maka dapat
diprediksi kompetensi pengrajin tempe akan semakin meningkat. Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata positif
antara faktor internal dengan kompetensi pengrajin tempe diterima untuk faktor: pengalaman, pendidikan formal dan motivasi, serta ditolak untuk faktor: usia dan
sifat wirausaha.
5.7. Hubungan Faktor Eksternal dengan Kompetensi Pengrajin Tempe
Terdapat lima peubah yang digunakan untuk menilai hubungan antara faktor eksternal dengan kompetensi pengrajin tempe. Lima peubah tersebut
adalah: peluang pasar, bahan baku, modal, tenaga kerja, dan kebijakan pemerintah. Hubungan faktor eksternal dengan kompetensi pengrajin tempe,
disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Hubungan faktor eksternal dengan kompetensi pengrajin tempe
No Faktor
Eksternal Kompetensi Pengrajin Tempe
Pengetahuan Sikap Keterampilan Koef.
korelasi p Koef.
korelasi p Koef.
korelasi p
1. Peluang
pasar 0,518 0.001 0,459 0.002 0,517 0,001 2.
Bahan baku
0,544 0,034 0,638 0,044 0,500 0,021 3.
Modal 0,495 0,031 0,699 0,025 0,535 0,035
4. Tenaga
kerja 0,589 0,133 0,512 0,943 0,407 0,205
5. Kebijakan pemerintah
0,240 0,141 0,274 0,654 0,268 0,681
Keterangan: = berhubungan nyata pada p 0,05 = berhubunan sangat nyata p 0,01
5.7.1. Hubungan Peluang Pasar dengan Kompetensi
Peluang pasar, adalah sejumlah permintaan tempe oleh pembeli potensial, Berdasarkan hasil analisis korelasi, peluang pasar berhubungan sangat nyata
dengan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan, artinya semakin tinggi peluang pasar, semakin tinggi kompetensi yang dimiliki pengrajin tempe. Tingkat
hubungan antara peluang pasar dengan unsur-unsur kompetensi adalah sedang koefisien korelasi 0,400-0,599.
Tabel 8 menunjukkan peluang pasar rata-rata termasuk dalam kategori cukup 43,6, data tersebut menunjukkan bahwa peluang pasar tempe tidak
cukup besar. Berdasarkan pendapat Zimmerer Suryana, 2003 peluang pasar tidak dapat diperoleh pengrajin tempe apabila pengrajin tempe 1 tidak aktif
mencari peluang pasar, 2 tidak memiliki teknologi tepat guna yang menjadikan usaha atau hasil produksi mempunyai nilai kompetitif, dan 3 tidak mempunyai
strategi dalam memasarkan tempe. Berdasarkan pendapat Zimmerer maka peluang pasar dapat diperoleh
apabila pengrajin tempe memiliki kompetensi, dengan demikian besar kecil peluang pasar berhubungan dengan tinggi rendahnya kompetensi.
5.7.2. Hubungan Bahan Baku dengan Kompetensi
Kedelai sebagai bahan baku tempe, mempunyai hubungan nyata dengan unsur-unsur Kompetensi pengetahuan, sikap, keterampilan,
tingkat hubungan sedang dengan pengetahuan dan keterampilan, dan berhubungan kuat dengan
sikap. Kedelai sebagai bahan baku tempe harganya terus naik dan berfluktuasi
setiap saat, ditambah dengan terbatasnya pasokan kedelai lokal yang diharapkan dapat mengganti penggunaan kedelai impor. Menurut Mulyo 2008
sejak awal tahun 1990, produksi kacang kedelai lokal terus menurun, sampai hilang dari pasar.
Harga kedelai yang terus naik dan keharusan menjaga ketersediaan kedelai, menuntut pengrajin mampu mencari berbagai solusi untuk
mempertahankan usahanya, untuk itu pengrajin berusaha mengelola pengadaan dan penggunaan kedelai. Dengan demikian semakin baik pengrajin mengelola
bahan baku akan semakin baik kompetensi yang dimiliki pengrajin.
5.7.3. Hubungan Modal dengan Kompetensi