manusianya tergolong rendah, dan 2 lemahnya dorongan atau minat subyek untuk melibatkan diri dalam proses ‘belajar’.
5.2.2. Industri Tempe
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 1995, pasal 5, maka usaha industri tempe yang menjadi obyek penelitian ini termasuk dalam kategori
usaha kecil, karena memiliki omset hasil penjualan tahunan tidak lebih 1 miliar rupiah kisaran omset usaha industri tempe per tahun antara Rp. 7.200.000 –
Rp. 820.000.000. Setiap industri tempe memiliki tenaga kerja yang jumlahnya 1- 3
orang, dengan hasil produksi 1.200 kg – 11.400 kgbulan. Mutu tempe yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jumlah industri tempe berdasarkan
mutu tempe yang diproduksi
Mutu Tempe Jumlah
Industri Persen
1. Grade I Sangat baikSuper 2
5,13 2. Grade II Baik
27 69,23
3. Grade III Cukup baik 7
17,95 4. Grade IV Kurang baik
3 7,69
Jumlah 39 100
Sebanyak 69,23 industri tempe memproduksi tempe mutu grade II baik, grade I sangat baiksuper, diproduksi oleh dua industri 5,13. Tempe
grade II adalah tempe yang kandungan kedelainya 100, dan kedelainya direbus sebanyak satu kali, sedangkan tempe grade I, kandungan kedelainya
sama dengan tempe grade II namun kedelainya direbus sebanyak dua kali. Perebusan kedelai yang dilakukan sebanyak dua kali akan menambah
biaya produksi untuk bahan bakar, sedangkan rasa tempe grade I dengan grade II tidak berbeda nyata. Tempe grade I dapat simpan selama 3 hari,
sedangkan tempe grade II selama 2 hari, lebih dari itu tempe akan mengalami proses pembusukan. Jumlah industri tempe yang
melakukan perebusan kedelai sebanyak satu kali, mencapai 94,87. Proses produksi yang dilakukan pengrajin
tempe disajikan pada Gambar 3.
• Kedelai yang rusak atau busuk dibuang.
• Kedelai dibersihkan dari kotoran yang
menempelkerikil. •
Kedelai direbus selama 1-2 jam, dengan air bersih seluruh air yang digunakan dalam proses pembuatan
tempe tidak mengandung garam dan kaporit. •
Perebusan dilakukan untuk mematangkan dan mengembangkan kedelai.
• Kedelai yang sudah direbus direndam di dalam air
bersih selama 12 -15 jam. •
Kedelai ditekan-tekan menggunakan mesin pemisah kulit.
• Kedelai yang kulitnya sudah terlepas direndam dalam
air agar kulitnya mengambang •
Kulit yang telah mengambang dibuang. •
Kedelai ditiriskan selama 1-2 jam, di atas tampah, dengan cara meletakkan kacang kedelai secara
merata dan tipis.
• Kacang kedelai yang sudah dingin dan kering
diinokulasi dengan ragi kapang rhizopus. •
Jumlah ragi yang diberikan 2 dari berat kacang kedelai.
• Tempe dicetak dan dibungkus menggunakan daun pisangpelastik. pembungkus harus dibuat berlubang-
lubang agar ragi memperoleh udara selama fermentasi.
• Ukuran cetakan sesuai permintaan pasar.
• Kacang kedelai yang telah dibungkus disimpan selama
36-38 jam di rak-rak. •
Penyimpanan tidak dilakukan dengan cara ditumpuk. •
Pada poses peragian tangan pekerja dan peralatan harus steril, terutama dari garam.
• Dicari tempe yang tidak jadirusak disisihkan, agar
tidak turut terjual.
Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan tempe grade II.
Kacang Kedelai Mensortir dan membersihkan
kacang kedelai Merebus kacang kedelai
Merendam kacang kedelai Mengupas dan memisahkan
kulit kacang kedelai
Meniriskan kacang kedelai
Melakukan inokulasi
Mencetak dan membungkus
Melakukan fermentasi
Memanen dan mensortir tempe sebelum dijual
Tempe siap dijual
Secara umum masalah yang dihadapi usaha industri tempe adalah: • Harga kedelai terus naik hingga 110 dari harga normal Rp 3.500 – Rp 4.000
menjadi Rp 8.000 per kg. Lonjakan kenaikan harga kedelai terjadi sejak bulan November 2007 Mustofa, 2008.
• Adanya persaingan yang kurang sehat antar pengrajin, yang dilakukan dengan cara menurunkan harga jual tempe.
• Belum adanya program penyuluhan dari instansi terkait.
5.3. Identifikasi Faktor Internal Pengrajin Tempe