5.3.3. Pendidikan Formal
Pendidikan formal pengrajin tempe pada umumnya adalah tamatan SMP 46,1, dan SD 35,9. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi cara
berpikir dan bertindak pengrajin tempe dalam mengelola usahanya. Pendidikan yang pernah diperoleh seseorang akan mempengaruhi pandangan dan
tindakannya. Dillon dan Hardaker 1985 berpendapat bahwa pendidikan dapat mengubah pola pikir dan daya nalar seseorang. Slamet 1992 mengemukakan
bahwa pendidikan seseorang mempengaruhi perilaku individu, baik dari segi pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Riyanti 2003 berpendapat bahwa pendidikan memainkan peranan penting pada saat wirausaha mencoba mengatasi masalah, dan mengoreksi
penyimpangan. Meskipun pendidikan formal bukan syarat untuk dapat mengelola usaha, namun pengetahuan yang diperoleh pada saat mengikuti pendidikan
formal, memberi dasar yang baik untuk mengelola usaha. Menurut Soekanto 2002 pendidikan mengajarkan kepada individu berbagai macam kemampuan.
Pendidikan memberi nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru yang lebih baik dan juga bagaimana cara
berpikir ilmiah Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka pengrajin yang
memiliki pendidikan lebih tinggi memiliki peluang untuk berhasil lebih besar dari pada pengrajin yang berpendidikan lebih rendah. Karena pengrajin yang
berpendidikan lebih tinggi lebih memiliki berbagai pengetahuan yang dapat membantunya dalam mengelola usaha, dan lebih mudah serta lebih kritis dalam
memahami persoalan usaha yang dihadapi. Pengrajin yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah belajar untuk menjadi lebih baik.
5.3.4. Sifat Wirausaha
Seorang wirausahawan mampu melihat dan menilai peluang-peluang usaha, serta mampu mengoptimalisasikan sumberdaya yang dikuasai, serta
mengambil tindakan dan bermotivasi tinggi dalam mengambil risiko untuk mencapai tujuan usaha Syahyuti, 2006
Sifat wirausaha yang dimiliki pengrajin tempe termasuk dalam kategori cukup, data tersebut mununjukkan bahwa dalam mengelola usaha pengrajin
tempe belum didukung oleh sifat wirausaha yang sangat baik, yang secara nyata mempengaruhi keberhasilan dalam mengelola usaha. Menurut Riyanti 2003
sebagian besar keberhasilan usaha khususnya usaha kecil, sangat ditentukan oleh kepribadian wirausaha yang dimiliki pengrajin.
Kadarisman 2007 berpendapat bahwa kegiatan usaha kecil yang bergerak di bidang apapun, sesungguhnya adalah proses pembelajaran bagi
pengusaha untuk memperoleh sifat dan semangat wirausaha. Pendapat ini, mengandung arti bahwa kegiatan usaha kecil dapat menumbuhkan dan
mengembangkan sifat dan semangat wirausaha, serta berpengaruh secara positif terhadap kompetensi pengrajin dalam mengelola usaha industri tempe.
Dengan demikian pengrajin tempe yang rata-rata telah mengelola usaha selama 15,1 tahun belum
menjadikan kegiatan usahanya sebagai tempat menumbuh kembangkan sifat-sifat wirausaha.
5.3.5. Motivasi