yang diinginkan pelanggan. Data yang dibutuhkan, sumber data dan cara memperolehnya merupakan hal yang harus diketahui oleh pengrajin industri
tempe. Menurut Kartasapoetra 1992 dengan diperolehnya informasi pasar maka dapat diramalkan mutu produk yang diinginkan, strategi meningkatkan
permintaan, dan cara penjualan yang efektif. Hasil penelitian pasar dapat memberi informasi kepada pengrajin ada
tidaknya peluang pasar. Peluang pasar dapat diidentifikasi melalui 1 permintaan barang lebih besar dari yang ditawarkan, dan 2 mutu barang yang
ditawarkan atau pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harga yang harus dibayar oleh pelanggan. Menurut Zimmerer Suryana, 2003 peluang pasar dapat
terjadi apabila 1 pesaing tidak aktif, 2 pesaing tidak memiliki teknologi tepat guna, dan 3 pesaing tidak memiliki strategi pemasaran. Kondisi demikian
terbuka peluang pasar bagi pengrajin untuk memanfaatkannya, menurut Scarborough Suryana, 2003 ciri wirausaha adalah selalu mencari peluang.
2.4.2. Bahan baku
Tempe dibuat dari kacang kedelai yang difermentasi. Kedelai yang digunakan untuk pembuatan tempe masih harus diimpor dari Amerika. Kedelai
jenis ini memiliki mutu lebih baik dibandingkan dengan kedelai lokal. Menurut Mustofa 2008 para pengrajin tempe lebih menyukai kedelai impor yang
bungkilnya berukuran lebih besar dibandingkan kedelai lokal. Pengrajin tempe berupaya menjaga ketersediaan dan kesinambungan
kedelai, hal ini dilakukan untuk menjamin kelancaran produksi. Sebagai anggota KOPTI, pengrajin memperoleh prioritas untuk mendapatkan kedelai, namun
untuk menjamin kelancaran pasokan, pengrajin tidak bergantung hanya kepada satu pemasok. Selain KOPTI, pengrajin membina hububungan baik dengan
pedagang kedelai yang berada di pasar. Menurut Meredith, dkk 2005 untuk menjamin bahwa operasi bisnis berjalan lancar, pengusaha harus memelihara
hubungan baik dengan para pemasok, dan harus mampu membeli bahan dalam jumlah yang cukup sehingga dapat menjamin berlangsungnya produksi secara
berkesinambungan dan menguntungkan. Bahan baku menentukan mutu produk, untuk itu bahan baku yang akan
digunakan harus dijamin telah memenuhi persyaratan mutu, selain itu volume dan waktu harus sesuai kebutuhan. Menurut Suardi 2004 untuk keperluan
tersebut, pengusaha harus menilai dan memilih pemasok atas dasar kemampuannya menyediakan bahan baku yang memenuhi persyaratan mutu.
2.4.3. Modal
Di dalam ilmu ekonomi, modal adalah salah satu faktor produksi. Menurut Suardi 2004 modal merupakan sumber daya industri yang harus ditetapkan dan
disediakan. Penggunaan sumber daya harus direncanakan dan dipertimbangkan efisiensinya, termasuk untuk kebutuhan di masa yang akan datang.
Pada umumnya permodalan usaha kecil masih lemah, modal yang dikelola biasanya adalah milik pribadi atau keluarga. Bagi usaha kecil untuk
memperoleh tambahan modal melalui lembaga keuangan seperti bank tidak mudah. Namun tidak semua pengusaha mengharapkan bantuan modal, menurut
Alma 2006 terdapat pengusaha yang tidak mau berhutang, karena takut hutang tersebut menjadi beban hidupnya. Sebaliknya ada yang berpendapat
tanpa hutang, usaha akan sulit berkembang, karena penambahan modal sendiri melalui tabungan memerlukan waktu yang lama, sedangkan peluang usaha yang
menguntungkan cepat berlalu. Menurut Dani dan Triyono 1994, masih banyak usaha kecil menghadapi
kendala dalam memperoleh fasilitas modal yang disediakan lembaga perbankan, disebabkan: 1 tidak memiliki informasi yang cukup tentang fasilitas modal yang
tersedia, 2 kendala pemenuhan persyaratan teknis dan administrasi yang ditetapkan lembaga keuangan terutama perbankan, dan 3 tidak dapat membuat
proposal dengan benar.
2.4.4. Tenaga kerja