Pemenuhan kebutuhan kesehatan di Desa Bahapal Raya memiliki beberapa alat kelengkapan kesehatan. Kelengkapan kesehatan ini dibuat pemerintah guna agar
kesehatan di setiap desa yang ada di Indonesia bisa terjaga. Desa Bahapal Raya memiliki beberapa tempatsarana kesehatan yang terdiri dari yaitu dua2 Bidan dan
satu 1 tenaga medis lainnya. Terdapat juga beberapa posyandu yang tersebar di beberapa desa di Nagori Bahapal Raya.
4.1.4.2 Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan di Nagori Bahapal Raya masih hanya memiliki sampai hierarki pendidikan dasar saja termasuk satu PAUD pendidikan anak usia dini
sehingga bagi anak sekolah menengah pertama maupun menengah atas harus pergi ke Kota Raya ataupun Pematang Siantar.
4.1.4.3 Sarana Transportasi
Dalam jangkauan transportasi yang bisa di akses setiap orang yang ingin pergi ke Desa Bahapal Raya hanya dengan jalur darat. Jarak yang ditempuh berkisar
4 km dari Kota Raya. Jalan beraspal hanya bisa di temukan hanya di desa Gunung Huluan Dan Bahapal Raya sedangkan Desa Raya Humala dan Talun Kahombu
masih berupa jalan bebatuan tetapi secara umum bisa dikatakan kalau pada musim hujan saja agak susah untuk menjangkau desa yang belum beraspal tersebut.
4.1.4.4 Sarana Listrik
Semua desa yang ada di Nagori Bahapal Raya sudah di aliri listrik dan menjadikan arus informasi juga dapat di akses lebih mudah karena penggunaan alat
Universitas Sumatera Utara
elektronik berupa televisi, radio, internet dll. Penggunaan listrik yang sudah tersedia di Desa Bahapal Raya tidak dirasakan oleh semua penduduk dikarenakan masih
banyak juga penduduk yang tidak memiliki aliran listrik di rumahnya.
4.1.4.5 Sarana Sumber Air Minum
Sebelum ada sumber air minum bersama yang di gagas oleh masyarakat sekitar melalui anggaran desa yang direalisasikan oleh Kepala Desa maka banyak
penduduk desa yang kesulitan untuk mendapatkan air minum. Air minum penduduk di dapat dari mata air yang berada di dekat hutanladang yang bisa berjarak ratusan
meter dari kampung dengan jalan yang masih tanah dan terkadang berlumpur. Penggunaan air minum mayoritas oleh penduduk berasal dari bak mandi air minum
yang berada di tengah desa karena di situ tempat penampungan air bersih walupun demikian ada juga beberapa penduduk yang mampu menggunakan sumur bor agar
lebih praktis penggunaannya.
4.2 Profil Informan
A. Profil Calon Kepala Desa yang Terpilih
1. Nama
: Jasinton Saragih Jenis kelamin
: laki-laki Status
: menikah Umur
: 59 tahun Agama
: Kristen Protestan Pekerjaan
: Kepala Desapetani Pendidikan
: SMA
Universitas Sumatera Utara
Hari pertama saya melakukan penelitian tentang skripsi saya adalah menuju langsung kerumah Pangulu Jasinton Saragih. Saya tiba di rumah beliau sekitar jam 9
pagi dan beliau saya lihat sedang berdiri di depan teras rumahnya seperti sedang menunggu seseorang. Setelah beliau melihat kedatangan saya maka beliau
menyambut saya dengan senyuman hangat yang tergambar di raut wajahnya. Saya langsung menyapa beliau terlebih dahulu dan menjabat tangannya dan Pangulu
Jasinton Saragih juga menjabat tangan saya. Saya sudah dikenal beliau sebelumnya karena sudah pernah berjumpa dengan beliau juga pada saat pra observasi. Setelah
perkenalan diri beberapa lama maka Pangulu Jasinton Saragih menanyakan maksud kedatangan saya ke desa Bahapal Raya. Kemudian saya utarakan maksud kedatangan
saya yang ingin melakukan penelitian di Desa Bahapal Raya ini demi memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana di perguruan tinggi. Lalu setelah Pangulu
Jasinton Saragih mendengar penjelasan saya tetap raut wajah tersenyum masih terlihat yang berarti saya diterima dengan baik di Desa Bahapal Raya tersebut.
Kedatangan saya hari ini sepertinya memang tidak tepat waktu dikarenakan seperti yang saya utarakan diatas bahwa Pangulu Jaterson Saragih sedang menunggu
seseorang. Ternyata hari ini adalah jadwal bapak itu untuk mengutipmemanen buah kakao di ladangnya dan sekalian memompa jeruk siangnya. Berhubung karena
kesibukan bapak tersebut maka jadwal wawancara dengan Pangulu Jasinton Saragih menjadi tertunda. Solusi yang diberikan oleh bapak itu adalah dengan memberikan
nomor HP nya dan memberitahu beliau kalau saya harus membuat jadwal dulu dengan beliau supaya waktunya dapat diatur. Maka saya menerima nomor hp bapak
itu dan membuat jadwal pertemuaan wawancara dengan beliau dua hari setelahnya.
Universitas Sumatera Utara
Pertemuan wawancara yang saya lakukan dengan bapak itu dilakukan hari rabu jam 07.30 WIB saya sudah tiba di rumah beliau karena saya takut kalau jadwal
keladangmya akan terganggu. Beliau menyambut saya dengan hangat di kursi teras rumahnya. Saya mulai melakukan wawancara dengan beliau dan beliau mulai
menjawab pertanyaan saya walaupun terkadang pertanyaannya harus saya jelaskan secara detail karena memang kata-kata dalam pertanyaan saya hanya bisa di mengerti
oleh kalangan akademis saja. Dalam melakukan wawancara dengan beliau di teras rumah saya juga harus berhenti terkadang karena banyak juga orang yang datang
dengan kepentingan berbeda-beda. Baik itu karena ingin meminta tanda tangan maupun karena ingin konsultasi tentang masalah yang dihadapi masing-masing
individu. Bahkan beberapa orang yang berada di teras rumah itu adalah teman akrab
Pangulu Jasinton Saragih dan orang-orang kepercayaannya sehingga terkadang menimpali jawaban yang ditujukan kepada Pangulu Jasinton Saragih. Terlihat
mereka yang berada pada tempat itu cukup antusias melihat proses wawancara saya dengan Pangulu Jasinton Saragih. Beliau juga menceritakan secara panjang lebar
tentang perjuangannya mendapatkan kursi Kepala Desa. Beliau mengatakan bahwa dirinya sudah menjabat sebagai Kepala Desa selama dua periode dan menurut
penuturan beliau, itu semua bisa didapatkan karena terus manjalin hubungan baik dengan masyarakat dan terus bergaul juga.
Pangulu Jasinton Saragih ini juga merupakan salah satu tokoh agama di Desa Bahapal Raya ini karena beliau merupakan wakil Pengantar Jemaat wakil pimpinan
gereja di Desa Bahapal Raya. Statusnya sebagai Pengantar Jemaat tersebut tentu memberikan status yang tinggi di desa tersebut ditambah dengan jabatan sebagai
Universitas Sumatera Utara
Kepala Desa. Terlihat jelas kalau beliau menjadi panutan bagi desa itu dan juga orang terhormat di desa itu.
B. Profil Informan Calon Kepala Desa yang Kalah
1. Nama
: Agus Harianto Purba Jenis kelamin
: laki-laki Status
: menikah Umur
: 40 tahun Agama
: Kristen protestan Pekerjaan
: pengusaha Pendidikan
: SMA Bapa Tongah nama panggilan pada orang tua dalam adat simalungun Agus
Harianto Purba merupakan salah satu orang terpandang dan terkaya yang ada di Desa Bahapal Raya. Terlihat dari sekilas kekayaan yang dimilikinya dengan rumah yang
cukup besar untuk ukuran kampung dan mobil Avanza serta mobil truk yang terparkir di samping rumahnya. Beliau merupakan pengusaha yang tergolong cukup
sukses di Kecamatan Raya, beliau memiliki bisnis sebagai tokeh kerbau. Cara tokeh kerbau di Raya cukup unik karena beliau memberikan kerbaunya kepada masyarakat
untuk dibesarkan dan setelah besar maka keuntungan penjualan dibagi sesuai kesepakatan antara tokeh kerbau dan orang yang membesarkan kerbau tersebut.
Beliau tidak hanya memberikan kerbaunya untuk dibesarkan oleh warga yang mau membesarkanya kepada masyarakat yang ada di Kecamatan Raya saja tetapi sampai
ke Saribu Dolok, Kecamatan Purba. Beliau juga menjual dan membeli kerbau
Universitas Sumatera Utara
masyarakat untuk dijual kembali ke rumah potong yang ada di Kota Siantar dan Kisaran.
Saya berjumpa dengan bapa tongah Agus Harianto Purba di jalan, ternyata setelah saya menyapa dan memperkenalkan diri saya menanyakan pulang dari mana.
Ternyata beliau baru transaksi bisnisnya dengan tokeh lain di Kota Kecamatan Raya. Setelah selesai sedikit berbasa-basi dengan beliau, saya mulai mengutarakan maksud
kedatangan saya ke rumah beliau. Sesaat setelah mendengar penjelasan saya maka raut wajah beliau sedikit agak kurang nyaman dengan topik penelitian saya tetapi
saya terus mencoba untuk membuat nyaman percakapan di dalam wawancara dengan bapak tersebut. Selang beberapa menit wawancara istri beliau datang membawa teh
manis untuk minum. Istri beliau merupakan Bidan Desa. Melewati sekitar beberapa pertanyaan Tongah Agus Harianto Purba mulai terbuka dan mau untuk bercanda
kepada saya. Beliau menceritakan bagaimana perjalanan beliau saat periode perebutan kursi Kepala Desa pada waktu itu.
Menurut penuturan beliau, sebenarnya beliau punya kesempatan untuk menang dalam pemilihan PILKADES karena beliau cukup dermawan di desa itu dan
semua orang mengenalinya. Dalam perebutan kursi tersebut beliau mengatakan bahwa hanya mengandalkan pergaulannya saja di kehidupan sehari-hari. Kekalahan
yang didapatkan pada saat perebutan kursi Kepala Desa itu tidak langsung menjadikannya memusuhi warga desa karena tidak memilihnya pada saat
PILKADES. Beliau mengatakan bahwa semua warga desa bebas memilih calon Kepala Desa yang di sukainya dan tidak mau memaksa kehendaknya. Hubungan
yang terus dijaga dengan baik ini juga diharapkan oleh Tongah Agus Harianto Purba dapat membantunya lagi memenangkannya lagi di pemilihan calon Kepala Desa
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya. Harapan besar yang dimiliki oleh Bapa Tongah Agus Harianto Purba inilah yang menjadi bahan evaluasi dalam pertarungan perebutan Kursi Kepala Desa
selanjutnya. Beliau mengatakan akan ada pematangan rencana dan lebih aktif lagi ikut kegiatan masyarakat desa.
2. Nama
: Jonni Purba Jenis kelamin
: laki-laki Status
: dudasingle parent Umur
: 50 tahun Agama
: Kristen protestan Pekerjaan
: petani Pendidikan
: SMA Bapa Tongah Jhoni Purba berada di Desa Juma Palia, berjarak sekitar 1 km
dari Nagori Bahapal Raya. Saya sebelum tiba di rumah beliau harus bertanya dulu kepada beberapa warga letak tepat dari rumahnya di Desa Juma Palia karena ini juga
pertama kali saya datang ke desa ini. Setelah mengetahui letak tepat rumah beliau saya langsung bergegas ke rumah beliau karena kebiasaan di kampung ini kalau
sudah jam 9 ke atas maka banyak penduduk yang tidak berada di rumah lagi. Setelah berselang beberapa menit akhirnya saya sampai ke rumah beliau dengan melalui
jalan bebatuan dan agak berlumpur karena pada saat itu lagi musim hujan di Kecamatan Raya.
Pada saat saya datang kerumahnya, beliau sedikit bingung dengan kedatangan saya dengan pakaian mahasiswa kebanyakan karena melihat wajah saya yang tidak
terlihat familiar baginya. Sesampainya saya memarkirkan sepeda motor saya dan
Universitas Sumatera Utara
mengucapkan salam kepada beliau. Beliau dengan masih sedikit bingung membalas salam saya. Kemudian saya memperkenalkan diri saya kepada beliau dengan
mengatakan asal-usul saya dengan bahasa simalungun beliau mulai agak menyiratkan senyum di wajahnya karena merasa masih menganggap orang sesama
Suku Simalungun. Selesai setelah saya memperkenalkan diri saya, maka mulai saya
mengungkapkan maksud kedatangan saya kepada beliau, bahwa saya ingin melakukan penelitian di desa ini guna memenuhi penelitian skripsi saya. Beliau
menanggapi maksud kedatangan saya dengan cukup positip dan bersedia untuk melakukan wawancara dengan saya walau terlihat mukanya terlihat seperti ingin
segera pergi ke suatu tempat. Dalam melakukan wawancara dengan beliau maka saya sempatkan menanyakan beliau ingin pergi kemana. Beliau mengatakan bahwa sudah
memiliki janji dengan kelompok tani yang di bentuknya di desa itu. Setelah mengetahui hal tersebut beliau mengatakan masih bisa menunda dan mengabari
teman kelompok taninya akan datang agak terlambat. Beliau mulai menceritakan bahwa motivasi beliau mencalon sebagai calon
Kepala Desa pada waktu itu adalah guna mengembangkan program kelompok tani yang sudah di bentuknya dan sedang di kembangkannya. Beliau juga menuturkan
kalau beliau dalam kampanye hanya kepada keluarga dekatnya dan di desanya saja. Di setiap kampanye yang dilakukan beliau selalu membahas tentang program
kelompok tani yang ingin di kembangkannya dan kurang memperhatikan tentang hal politiknya.
Beliau bukan tokoh yang memiliki kekayaan yang melimpah atau kedudukan sosial tinggi seperti calon kandidat Kepala Desa yang lain. Terlihat dari rumah yang
Universitas Sumatera Utara
umumnya dimiliki oleh penduduk desa. keinginannya yang kuat tentang pengembangan program kelompok tani sajalah yang membuatnya ikut dalam
perebutan kursi Kepala Desa. Dalam pikiran beliau dengan bisa menang menjadi Kepala Desa maka bisa memudahkan pengembangan kelompok tani dan anggaran
serta hubungan dengan pemerintah daerah bisa diakses lebih mudah.
3. Nama
: Jalesman Sinaga Jenis kelamin
: laki-laki Status
: menikah Umur
: 62 tahun Agama
: Kristen Protestan Pekerjaan
: petani Pendidikan
: SMP Rumah kediaman dari bapa tongah Jalesman Sinaga berada di Desa Raya
Humala tepatnya berjarak sekitar 3 km dari Desa Bahapal Raya. Ini juga merupakan pertama kalinya saya datang ke kampung ini sehingga perlu untuk menanyakan
beberapa warga desa yang saya jumpai untuk mengetahui letak tepatnya Desa Raya Humala dan rumah beliau. Setelah melewati Desa Juma Palia maka baru saya
menemukan Desa Raya Humala. Saat saya tiba di desa ini maka saya langsung menanyakan rumah kediaman bapa tongah Jalesman Sinaga, tak selang berapa lama
saya sudah mengetahui letak rumah beliau dan langsung menuju kesana. Sampai di depan rumah bapa tongah Jalesman Sinaga, saya berjumpa dengan
wanita paruh baya yang sedang menjemur biji kakao di depan rumahnya yang cukup luas. Dari depan pagar rumah beliau saya mengucapkan salam dan bertanya kepada
Universitas Sumatera Utara
ibu tersebut apakah benar ini merupakan rumah kediaman Jalesman Sinaga. Ibu tersebut menjawab dengan senyum di wajahnya dan berkata iya, lalu ibu tersebut
menanyakan maksud kedatangan saya kerumah beliau. Saya terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada ibu tersebut dan kemudian memperkenalkan maksud
kedatangan saya kepada ibu tersebut. Setelah tahu bahwa saya mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di desa tersebut maka ibu tersebut menanggapinya
dengan cukup antusias dan senang. Lalu saat saya menanyakan apakah bapak Jalesman Sinaga ada di rumah maka ibu mengatakan bahwa beliau sudah pergi
keladang untuk menyemprot ladang jeruk mereka. Ibu itu menjelaskan kalaui ingin menemui beliau boleh ke ladangnya langsung karena berada tepat di pinggir jalan
dan hanya berjaraka 200 meter dari rumahnya. Niat saya yang ingin mewawancarai beliau hari itu juga maka saya jumpai
bapak itu keladangnya dengan tidak mengetahui pasti dimana tepatnya ladang jeruknya. Di sepanjang jalan banyak sekali terlihat ladang jeruk yang menjadikan
bingung saya sehingga saat ada orang di salah satu kebun jeruk warga maka saya langsung menanyakannya saja kepada warga tersebut. Setelah bertanya kepada
warga yang berada di salah satu ladang jeruk tersebut ternyata jaraknya masih agak jauh lagi dan saya teruskan pencarian saya dan setelah melewati hampir 80 meter
maka saya melihat ada seorang laki-laki paruh baya yang sedang duduk di pondok- pondok ladang jeruknya. Saya memasuki ladang tersebut dan menanyakan apakah
beliau bapak Jalesman Sinaga. Beliau dengan wajag bingung dan agak waspada tetap menjawab saya dengan cukup tenang. Lalu saya memperkenalkan diri saya dengan
bahasa simalungun supaya bisa lebih akrab.
Universitas Sumatera Utara
Setelah memperkenalkan diri saya pada beliau dan saya teruskan dengan mengatakan maksud kedatangan saya menjumpai bapak tersebut di ladang jeruknya.
Pertama mengetahui kalau saya datang untuk melakukan penelitian di desa itu dengan beliau sebagai informan saya maka beliau masih menanggapinya dengan
agak kebingungan kemudian saya menjelaskan lagi secara lebih terperinci maka beliau baru bisa mengerti dan mengetahui cara kerja wawancara.
Saya memulai proses wawancara saya kepada bapak tersebut dan terlihat beliau masih agak kebingugan menjawabnya tetapi dengan sedikit penjelasan lebih
terperinci maka bapak tersebut dapat menjawabnya dan untuk pertanyaan-pertanyaan berikutnya sudah jadi lebih terbiasa dan wawancara dapat berjalan lebih lancar.
Beliau menceritakan bahwa beliau sebelumnya adalah pengantar jemaatpemimpin gereja dan baru 2 tahun ini pensiun karena usia yang sudah lanjut. Beliau
mengatakan ikut bertarung dalam perebutan kursi Kepala Desa beberapa tahun yang lalu dengan lebih banyak mempengaruhi masyarakat melalui wadah kegiatan agama
ataupun kegiaatan gereja. Beliau merupakan salah satu tokoh masyarakat yang cukup sukses di desa itu karena melihat rumahnya yang cukup besar untuk ukuran desa dan
mobil avanza serta mobil pick up yang terparkir di sampan rumahnya dan banyaknya kebun jeruk yang dimilikinya. Semua tersebut tentu yang memotivasi beliau untuk
mencalon sebagai Kepala Desa. karena keinginan untuk mencalon sebagai Kepala Desa tersebut tidak murni karena keinginannya sendiri tapi dorongan dari keluarga
dan tetangga dekatnya. Berpijak dari itu maka bapa tongah Jalesman Sinaga ikut bertarung dalam pertarungan Kepala Desa.
4. Nama
: Jan Nofri Saragih
Universitas Sumatera Utara
Jenis kelamin : laki-laki
Status : menikah
Umur : 39 tahun
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : gelar sarjana S1
Pagi hari jam 06.30 wib pagi saya telah berangkat dari rumah menuju Desa Raya Humala. Saya telah mengetahui letak rumah dari bapak Jan Nofri Saragih
sebelumnya saat wawancara dengan bapa tongah Jalesman Sinaga. Setibanya saya di depan rumah beliau, saya melihat rumah beliau masih tertutup dan di samping
rumahnya saya melihat seorang ibu rumah tangga sedang membersihkan rumput yang ada di depan rumahnya. Kemudian saya menanyakan lagi kepada ibu tersebut
apakah rumah itu kediaman dari tulang Jan Nofri Saragih maka ibu tersebut membenarkannya. Setelah saya ingin permisi untuk pergi kerumah tulang Jan Nofri
Sinaga maka saya melihat rumah beliau sudah terbuka dan beliau sedang berdiri di depan rumahnya.
Saya mendatangi rumah beliau sambil mengucapkan salam dalam bahasa simalungun dan tulang Jan Nofri Sinaga juga menyambut saya dengan senyuman.
Setelah saling berbalik salam beliau mulai menanyakan saya dari mana, lalu saya memperkenalkan diri saya pada beliau dengan bahasa Simalungun agar bisa terlihat
lebih akrab. Perkenalan yang berlangsung secara beberapa menit diiringi beberapa candaan maka bapak itu mempersilahkan saya masuk kerumahnya. Beliau sibuk
membersihkan meja dan kursi yang agak berantakan agar bisa duduk dengan nyaman. Di dalam rumah saya melihat istri beliau sedang memberi makan anak
Universitas Sumatera Utara
mereka yang masih balita. Istri beliau melemparkan senyum dan mempersilahkan saya masuk ke rumahnya.
Tulang Jan Nofri Saragih mulai duduk dan mempersilahkan saya untuk duduk juga. Saya mulai duduk dan mengatakan maksud kedatangan saya kepada
beliau bahwa saya mahasiswa yang ingin melakukan penelitian di desa ini. Setelah mengatakan maksud kedatangan saya, terlihat jelas muka beliau sangat senang
karena ternyata beliau juga lulusan sarjana juga. Secara kebetulan beliau merupakan alumni FISIP USU jurusan Antropologi stambuk 95. Saya pun langsung merasa
nyaman dengan keadaan itu karena yang saya wawancarai adalah alumni senioran saya. Sebelum melakukan proses wawancara kepada beliau maka saya terlebih
dahulu untuk menanyakan masa-masa beliau mahasisiwa dulu. Beliau mulai menceritakan kalau beliau merupakan salah satu mahasiswa aktivis dan tergabung di
organisasi GMNI. Beliau menceritakan sering melakukan aksi pada saat itu dan masih merasakan peristiwa tahun 1998 dimana itu merupakan terjadinya reformasi
dan turunnya rezim Soeharto. Selesai menceritakan masa-masa perkuiahanya dulu di FISIP USU maka saya
mulai melakukan wawancara dengan beliau. Saat sedang melakukan wawancara istri beliau datang membawakan kopi hitam untuk kami berdua. Proses wawancara
dengan beliau berjalan sangat lancar karena beliau walaupun tidak lagi mahasiswa aktivis tetapi masih bergulat pada dunia itu juga. Beliau sudah membentuk program
kelompok tani juga dan sering berkunjung ke kantor bupati baik itu untuk mengajukan proposal untuk alat pertanian maupun administrasi desa lainnya. Beliau
juga mengatakan beberapa kerja kerasnya sudah berhasil, dimana mesin bajak, mesin pompa semprot dan beberapa alat pertanian lainnya sudah diberikan pemerintah pada
Universitas Sumatera Utara
desa itu serta jalan untuk keladang juga mengalami perbaikan karena kerjasama dengan PEMDA juga.
Bicara tentang pertarungan beliau untuk perebutan kursi Kepala Desa maka beliau mulai mencritakan bahwa beliau ikut mencalon karena dicalonkan oleh
keluarganya yang ada di desa tersebut. Sebelum mencalon beliau sebenarnya tinggal di dumai mengurus sawit tulangnya yang masih baru di tanam Karena pada saat itu
beliau masih baru berumah tangga. Beliau juga datang ke Desa Raya Humala tiga bulan sebelum pemilihan Kepala Desa. Beliau juga datang ke desa ini tujuan awalnya
untuk ikut ke acara pembaptisan anaknya yang pertama ternyata pada saat itu juga akan diadakan pemilihan Kepala Desa. Sebagai lulusan sarjana fakultas FISIP maka
maka keluarga besar beliau mendukungnya untuk ikut PILKADES. Beliau juga berpikir untuk perlu ikut terjun ke dunia politik demi pengaplikasian ilmu beliau.
Selama 3 bulan tersebut beliau berusaha terus bergaul dengan seluruh desa yang ada di Nagori Bahapal Raya karena beliau belum terlalu familiar bagi
masyarakat dan perlu untuk perkenalan juga dengan seluruh masyarakat desa. Beliau dalam bergaul tersebut tidak hanya berjalan sendiri tetapi ada orang yang
membantunya termasuk keluarga dan beberapa orang di desanya yang juga membawa ke desa lain agar dibawakan dalam memperkenalkan beliau dalam
pergaulan itu. Usaha beliau terus dilakukan terus menerus sampai hari pendaftaran dan pemilhan Kepala Desa tiba. Beliau kalah dengan selisih suara yang tidak terlalu
banyak dengan Kepala Desa yang terpilih. Beliau berada pada posisi kedua suara terbanyak dan beliau mengatakan bahwa beliau mengatakan akan ikut kembali dalam
pemilihan Kepala Desa selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
C. Profil Informan Tokoh DesaNagori Bahapal Raya
Tokoh Agama
1. Nama
: Sintua jabatan gereja Jansudin Saragih garingging Jenis kelamin
: laki-laki Status
: menikah Umur
: 60 tahun Agama
: Kristen Protestan Pekerjaan
: Pengantar Jemaat dan Petani Pendidikan
: SMP Pada hari selasa saya datang ke rumah tulang Jansudin Saragih kira-kira jam
10.30 siang dan saya sebenarnya sudah punya keraguan kalau tulang Jansudin Saragih akan sulit berjumpa pada jam segitu. Rumah beliau ada di Gunung Huluan
walaupun sebagai Pengantar Jemaat di Nagori Bahapal Raya. Sebelum saya sampai tepat di kediaman rumah beliau maka saya terlebih dahulu bertanya di warung yang
ada di simpang mau ke rumah beliau. Di sana saya berjumpa dengan 2 orang bapak- bapak dan pemilik warung seorang wanita. Bertanya kepada bapak-bapak tersebut
dengan bahasa simalungun maka menjawabnya dengan ramah dan senyuman juga. Informasi yang saya dapatkan di warung tadi menuntun saya langsung ke
rumah kediaman sintua Jansudin Saragih. Saat saya sampai di rumah beliau maka saya melihat rumah beliau terkunci rapat tetapi tetap saya tetap mencoba mengetuk
dan memanggil rumah beliau. Panggilan yang saya lakukan selama beberapa menit tidak mendapat sahutan sedikit pun. Kemudian saya mencoba memanggil
tetangganya juga dan ternyata hasilnya tetap sama. Lalu saat itu juga saya pulang dan berencana kembali lagi sorenya sekitar jam 6 dan sebelum pulang saya kembali lagi
Universitas Sumatera Utara
singgah di warung yang sebelumnya saya singgahi untuk menanyakan kapan kira- kira pulang beliau dari ladang. Seperti perkiraan dari informasi yang saya dapatkan
dari warung tersebut maka beliau biasanya pulang sekitaran jam 18.00 wib. Maka sorenya sekitar jam 18.00 wib saya sudah tiba di rumah beliau dan
terlihat rumah beliau sudah terbuka dan ada seorang ibu yang sedang berada di halaman rumah dengan sapu lidi yang berada di tangannya. Beliau cukup bingung
dengan kedatangan saya karena tidak mengenal saya dan dengan tampilan pakaian yang berbeda dengan pakaian pemuda kampung itu. Lalu untuk mencairkan suasana
maka saya coba memberi salam pada ibu tersebut dan menjabat tangan beliau. Beliau dengan tetap masih berwajah sedikit bingung membalas salam dan jabatan tangan
saya. Selesai member salam, saya memperkenalkan diri saya dan mengatakan maksud kedatangan saya. Ibu itu dengan wajah cukup serius mendengar perkataan
saya dan menanggapinya. Lalu ibu itu menjelaskan kalau tulang Jansudin Saragih akan telat pulang hari ini karena ada pekerjaan di ladang yang harus di selesaikan
sehingga pulangnya agak malam. Ibu itu menyarankan agar saya datang pagi sekali sekitar jam setengah 7 dan saya sepakat dengan ibu tersebut kalau besok jam 06.30
saya akan datang lagi kerumah beliau. Besoknya dengan janji yang sudah disepakati saya sudah tiba jam setengah 7
tujuh di rumah beliau. Pada pagi itu juga saya sudah melihat tulang Jansudin Saragih sedang memanaskan kereta persiapan keladang. Ternyata kedatangan saya
sudah di tunggu beliau dan langsung menyambut saya dengan hangat, ternyata saya dan beliau masih ada keterikatan keluarga dari garis keturunan ayah saya. Hal itu
membuat suasana menjadi terlihat akrab dan beliau menyuruh istrinya untuk membuatkan kopi untuk kami berdua. Lalu saya mengutarakan kedatangan saya pada
Universitas Sumatera Utara
beliau dan menanggapinya secara serius dan hangat. Kami melakukan proses wawancara dengan cukup lancar dan beliau bercerita kalau beliau mendukung calon
Kepala Desa yang sekarang karena melihat cara kerja Kepala Desa pada periode sebelumnya yang cukup bagus. Beranjak dari situlah beliau tetap member dukungan
dan karena sama-sama sepengurus juga dalam keanggotan gereja di Nagori Bahapal Raya.
Tokoh Adat
2. Nama
: Dikson Saragih Jenis kelamin
: laki-laki Status
: menikah Umur
: 56 tahun Agama
: Kristen Protestan Pekerjaan
: petani Pendidikan
: SMP Saya datang kerumah tulang Dikson Saragih di hari yang sama dengan ingin
menjumpai Sintua Jansudin Garingging. Sama seperti halnya dengan keadaan saat saya menjumpai tulang Jansudin Garingging maka pada hari itu juga saya juga gagal
menjumpai bapak Dikson Saragih. Waktu itu sepulang dari rumah Tulang Jansudin Saragih kira-kira pukul 18.20 menit saya datang ingin menemui beliau. Setibanya
saya di rumah beliau dengan sinar matahari yang sudah tidak lagi terang, saya mengetuk rumah beliau yang pintunya masih terkunci dan lampu di dalam rumahnya
yang sudah hidup. Setelah beberapa kali memanggil namun tak ada sahutan saya memutuskan untuk menanyakan tetangganya. Pas di samping rumahnya ada satu
Universitas Sumatera Utara
orang laki-laki yang masih muda dan duduk di atas becak yang bermain-main dengan anaknya. Saya coba untuk menegur dan sedikit berbasa-basi sebelum menanyakan
tentang keberadaan beliau. Saat sudah merasa waktu yang tepat maka saya coba menanyakan tentang tulang Dikson Saragih kepada laki-laki tersebut. Dia menjawab
saya dengan muka ramah dan senyum dan mengatakan bahwa baru saja tulang Dikson Saragih pergi dari rumahnya tetapi tidak tahu pergi kemana ataupun kapan
pulangnya. Saya kemudian permisi dari laki-laki tersebut dan memutuskan untuk kembali lagi besok pagi setelah wawancara dengan tulang Jansudin Saragih.
Besoknya setelah wawancara dengan tulang Jansudin Saragih maka saya langsung bergegas ke rumah tulang Dikson Saragih. Ketika saya sampai di rumah
beliau, saya sudah melihat kalau pintu terbuka yang berarti ada beliau di rumah. Saya memasuki halaman rumah beliau dan mulai mendekati pintu untuk melihat kedalam
rumah dan mencoba mengetuk pintu sembari mengucapkan salam. Di dalam rumah saya melihat seorang laki-laki dengan perawakan cukup tinggi dengan seorang
wanita yang cukup tua sedang bermain dengan cucu mereka. Salam yang saya sudah ucapkan sebelumnya di sambut oleh mereka tetapi dengan sedikit wajah bingung.
Mereka menghampiri saya dan menanyakan saya siapa. Saya pun memperkenalkan diri saya kepada mereka dan mengatakan kalau saya ini sedang melakukan penelitian
untuk desa ini yang berkaitan dengan judul skripsi saya. Mereka mulai mengerti dan mempersilahkan saya untuk masuk ke rumah mereka.
Di dalam rumah saya di persilahkan untuk duduk di satu tikar yang sudah tergelar di lantai rumah tulang Dikson. Kemudian saya pun duduk dengan kaki
bersila dan mulai mengutarakan maksud saya yang ingin mewawancarai beliau untuk mendapatkan data untuk skripsi saya. Beliau lalu mengiyakan maksud saya dan
Universitas Sumatera Utara
mempersilahkan untuk memulai proses wawancara. Saat proses wawancara berlangsung, beliau bercerita kalau di periode pertama saat Kepala Desa yang terpilih
mencalon adalah saat tulang Dikson Saragih sangat aktif mengkampanyekan beliau sampai ke seluruh desa yang ada di Nagori Bahapal Raya. Pada saat itu beliau
menceritakan memberikan banyak sumbangan pikiran, ide dan beberapa materi agar calon yang di dukungnya yaitu Kepala Desa terpilih bisa menang dalam PILKADES.
Untuk yang periode yang kedua beliau tidak terlalu lagi banyak aktif walaupun kalau pada saat tertentu tetap ikut berperan dalam proses pemenangan Kepala Desa di
Nagori Bahapal Raya.
Tokoh pendidikan
3. Nama
: Sintua Japaner Saragih Jenis kelamin
: laki-laki Status
: menikah Umur
: 73 tahun Agama
: Kristen Protestan Pekerjaan
: pensiunan Guru SMP dan pensiunan Porhanger Pendidikan
: SPG sekolah pendidikan guru Oppung Japaner Saragih merupakan salah satu tetua yang sangat disegani di
Desa Bahapal Raya karena sosoknya yang menjadi panutan dan juga merupakan tokoh yang bergerak dalam bidang pendidikan sehingga sering pemikirannya
menjadi hal yang bermanfaat bagi desa itu. Saya datang ke rumah oppung Japaner
Universitas Sumatera Utara
Saragih sekitar jam 11.00 wib siang, saya tidak terlalu khawatir kalau oppung Japaner Purba tidak di rumah. Oppung ini sudah cukup lama pension menginjak usia
73 tahun sehingga oppung Japaner Saragih selalu lebih banyak berada di rumah. Mengingat usia yang sudah lanjut dan pergerakan serta kesehatan juga sudah jauh
menurun. Ketika saya tiba di depan rumah oppung Japaner Purba saya sudah melihat
beliau sedang duduk di salah satu kursi yang ada di teras rumahnya. Saya mengucapkan salam kepada beliau dan menghampirinya untuk menjabat tangannya.
Beliau melihat saya dengan wajah agak bingung karena tidak mengenal saya. Saya lalu memperkenalkan diri pada beliau dan mengatakan asal-usul saya agar lebih bisa
cepat akrab pada suasan tersebut. Oppung Japaner Saragih mendengar saya dan mulai menanyakan maksud kedatangan saya ke rumah beliau. Saya mengutarakan
maksud kedatangan saya kepada beliau dan mengatakan bahwa saya sedang melakukan penelitian untuk penyelesaian skripsi saya di kampus saya. Beliau mulai
mengerti dan menanggapinya secara positip dan mempersilahkan saya kalau ingin mewawancarai beliau.
Saya memulai wawancara dengan pertanyaan yang sudah saya susun dan menanyakannya pada beliau. Beliau cukup bisa menjawab pertanyaan saya dengan
lancar terlihat seperti sudah banyak pengalaman yang dirasakan di aktvitasnya sepanjang hidup yang berkutat di sekitar organisasi juga seperti menjadi ketua LPM
lembaga pemberdayaan masyarakat. Bicara soal perebutan kursi calon Kepala Desa maka beliau mengatakan pada saat itu lebih mendukung Kepala Desa terpilih
sekarang. Selain karena keterikatan keluarga yang masih ada hubungan darah langsung tetapi juga karena melihat rekam jejak Kepala Desa terpilih yang
Universitas Sumatera Utara
mengatakan bahwa beliau cukup bagus cara kerjanya. Mendasari dari pemikiran itulah beliau lebih mendukung Kepala Desa terpilih dan ikut memberi dukungan
dengan melalui sesama tetanga sekitar, teman pergaulan dan lebih banyak lagi di acara adat dan agama.
Aparatur Desa dan Partuha Maujana
4. Nama
: Jhon Wamerson Damanik Jenis kelamin
: laki-laki Status
: menikah Umur
: 48 tahun Agama
: Kristen Protestan Pekerjaan
: petani Pendidikan
: SMA Hari itu masih segar dalam ingatan saya tepatnya pada hari pertama saat saya
berada di kantor Kepala Desa Nagori Bahapal Raya. Saya datang setelah berkunjung dari rumah Kepala Desa Terpilih dan ingin mengambil data tentang profil Desa
Nagori Bahapal Raya. Di sana saya menjumpai seorang gadis yang selalu siap melayani setiap masyarakat yang memiliki kepentingan dengan kantor Kepala Desa.
wanita tersebut menyambut saya dengan ramah dan ternyata kedatangan saya sudah diberitahu oleh Kepala Desa agar setiap urusan saya akan dibantu oleh wanita
tersebut. Saya menyapa wanita tersebut dan menjabat tangannya serta memperkenalkan diri saya. Kemudian saya mengutarakan kedatangan saya
kepadanya dan ingin melakukan demi menyelesaikan skripsi saya yang sedang saya kerjakan.
Universitas Sumatera Utara
Selang beberapa menit saya berbicara dan berkenalan dengan wanita tersebut yang posisinya dalam kantor tersebut sebagai bagian tata usaha yang bertugas
mengerjakan penyimpanan segala adminstrasi desa maupun surat yang berkaitan. Datang seorang laki-laki yang sudah terlihat seperti bapak-bapak dan menyapa kami
berdua dengan suara agak keras tetapi dengan wajah yang ramah. Beliau mengatakan bahwa beliau di suruh oleh Kepala Desa demi untuk membantu informasi atau
kebutuhan yang saya butuhkan dalam melakukan penelitian di Desa Bahapal Raya. Saya kembali memperkenalkan diri saya kepada bapak tersebut dan
mengatakan maksud kedatangan saya ke desa ini adalah untuk melakukan penelitian di desaBahapal Raya. Beliau menyambut maksud saya dengan baik dan positip, saat
saya menanyakan apakah bersedia untuk melakukan wawancara dengan saya maka beliau mengiyakannya. Saya mempersiapkan semua instrumen wawancara dan mulai
melakukan wawancara dengan beliau. Setiap pertanyaan yang saya berikan bisa di jawab oleh bapak tersebut dengan cukup lancar. Dalam perjalanan wawancara
dengan beliau maka bapak itu mulai menceritakan bahwa beliau dulu mau mendukung Kepala Desa terpilih sekarang karena ada perjanjian yang mereka
sepakati bahwa Nagori Dame Raya akan menjadi berpisah dari Nagori Bahapal Raya. Kesepakatan itulah yang menjadi salah satu membuat beliau mendukung
Kepala Desa terpilih.
Gamot Bahapal Raya
5. Nama
: Jaterson Saragih Jenis kelamin
: laki-laki Status
: menikah
Universitas Sumatera Utara
Umur : 62 tahun
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : petani
Pendidikan : SMP
Saat itu di hari pertama saya pertama kali datang ke Desa Bahapal Raya untuk melakukan penelitian. Masih saya ingat bapaktulang Jaterson Saragih
merupakan orang kedua yang saya wawancarai hari itu. Saya menanyakan tentang rumah beliau kepada warga yang saya temui di sekitar jalan yang saya lewati.
Setelah saya mengetahui dimana letak rumah beliau maka saya mulai mengarahkan sepeda motor saya untuk bergerak ke sana. Rumah beliau cukup jauh letaknya di
Desa Bahapal Raya karena terletak di ujung desa walau di sana juga terdapat banyak rumah.
Saat saya tiba tepat berada di depan rumah tulang Jaterson Saragih maka saya melihat ada banyak orang yang sedang berkerumun mengitari seseorang. Lalu saya
mengucapkan salam pada semua orang yang di situ dan mereka membalasnya dengan berbagai macam ekspresi. Ada yang senyum, bingung dan bahkan tidak
terlalu memperhatikan kedatangan saya. Saya pun menanyakan kepada salah satu dari mereka dimana tulang Jaterson Saragih. Lalu dengan suara agak keras wanita
tersebut memanggil tulang Jatersoon Saragih, maka beliau muncul dari dalam rumah dengan melihat saya agak heran. Saya kemudian tersenyum dan mulai menyapa dan
menjabat tangan beliau, ternyata salam dan jabat tangan dari saya di sambut hangat oleh beliau. Saya lalu mengutarakan maksud kedatangan saya ke rumah beliau untuk
melakukan wawancara dengan beliau karena saya sedang melakukan penelitian di desa ini untuk menyelesaikann skripsi saya yang sedang saya kerjakan.
Universitas Sumatera Utara
Melihat keadaan sudah mulai memungkinkan untuk melakukan wawancara maka saya menanyakan tulang Jaterson Saragih apakah sudah bersedia untuk
memulai wawancara dengan saya. Beliau mengiyakan pertanyaan saya dan bersedia untuk diwawancarai maka dari itu saya memulai proses wawancara dengan
pertanyaan yang sudah saya susun. Jalannya proses wawancara boleh dikatakan cukup lancar dan baik karena semua pertanyaan dapat di tanggapi dengan cukup
baik. Dalam proses wawancara itu juga beliau mengatakan dan bercerita bahwa dulu saat sedang kampanye pemilihan Kepala Desa di Nagori Bahapal Raya maka ada dua
orang yang meminta langsung dukungan darinya. Calon Kepala Desa yang meminta dukungan tersebut semuanya berasal dari Desa Bahapal Raya dan Desa Juma Palia
yaitu tulang Jasinton Saragih dan bapa tongah Jonni Purba dan tulang Jaterson Saragih. Pada waktu itu saya lebih cenderung memilih Kepala Desa terpilih karena
saya ingin turut menyukseskan program yang sudah berjalan periode sebelumnya.
4.3 Calon Kepala Desa dan Modal Sosial yang di Milikinya
Di setiap arena yang dilakukan oleh aktor dalam pertarungan politiknya di dalam percaturan politik perebutan kursi Kepala Desa. Terlihat jelas bahwa aktor
harus memiliki modal dalam perjuangannya dalam arena politik walaupun masih dalam skala yang paling kecil sekalipun dalam administrasi wilayah di suatu Negara
yaitu desa. Pertarungan politik di desa tentunya tidak sekompleks pertarungan yang ada di politik nasional tetapi pertarungan yang ada di desa ini menjadi wajah ataupun
representasi dari politik nasional sehingga perlu ada penelitian yang membuka keadaan pertarungan politik dalam hierarki desa. Dalam setiap pergerakan yang
dilakukan oleh aktor tentu perlu membutuhkan source sumber yang dimilikinya
Universitas Sumatera Utara
sehingga bisa menjadi pijakan bagi dirinya untuk survive bertahan dan menunjukkan eksistensi dirnya dalam masyarakat.
Source sumber yang di maksudkan dalam hal ini berupa potensi yang harus di gali dalam diri aktor sendiri. Potensi yang dimiliki oleh setiap aktor pasti memiliki
perbedaan yang kontras karena lahir dari latar belakang yang berbeda. Perbedaan inilah yang menjadikan pertarungan dalam arena politik desa menjadi terlihat
menarik karena menjadikan pencapaian tujuan dengan tidak melalui jalan yang sama tapi berbeda karena sumber modal maupun potensi yang berbeda pula. Modal yang
sering di ketahui oleh masyarakat umum biasanya berupa modal fisik yang berupa uang, barang mewah dan alat produksi yang membuat status dari seseorang di
masyarakat berada di top class kelas atas. Semenjak tahun awal 2000an banyak politisi maupun pengusaha mulai memanfaatkan yang namanya sudah tidak asing
lagi di telinga oleh setiap akademisi dunia pendidikan. Modal itu bukanlah selalu yang erat kaitannya dengan materi karena modal ini lebih kepada
gabunganakumulasi dari hubungan yang terbentuk baik itu oleh individu dengan individu bahkan individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.
Semuanya itu nantinya bisa saling terkait yang disatukan dengan yang sudah sering kita dengar dengan konsep modal sosial.
Banyak sudah para ahli yang sudah memberikan defenisi tentang modal sosial sehingga dapat menjadi acuan dan memperkaya kita dalam menganalisis
tentang pemanfaatan modal ini. Untuk melihat jelas apa sebenarnya konsep modal sosial itu maka kita akan melihatnya dalam pengertian modal sosial oleh ahli berikut
ini. Seorang ahli sosiolog kebangsaan Perancis Pierre Bourdieu dalam Purwanto
Universitas Sumatera Utara
2013: 238 yang terkenal juga dengan teori habitusnya memberikan konsep tentang modal sosial sebagai berikut:
modal sosial adalah agregat sumberdaya aktual dan potensial yang dikaitkan dengan pemilikan jaringan hubungan perkenalan dan pengakuan yang terlembaga dan awet –
atau dengan kata lain, pada keanggotan dalam suatu kelompok yang memberikan pada tiap anggotanya dukungan modal yang di miliki secara kolektif, ’kepercayaan’
yang memungkinkannya mendapatkan kredit dalam berbagai pengertian kata. Jelas sekali kalau dalam hal ini yang menjadi pembentuk itu adalah interaksi yang
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sehingga jaringan hubungan perkenalan itu memberikan kemudahan-kemudahan bagi individu dan dasar kepercayaan kepada
mereka juga. Terkadang calon Kepala Desa yang saya wawancarai tidak mengetahui kalau
beberapa tindakan yang mereka lakukan dalam pertarungan yang sedang mereka lakukan pada saat perebutan kursi Kepala Desa merupakan konsep modal sosial.
Mereka yang belum tahu konsep modal sosial membuat kerangka strategirencana mereka tidak tersusun secara sistematis atau tidak ada motivasi untuk lebih
mengoptimalkannya. Mereka menggunakan konsep modal sosial itu hanya karena tindakan spontanitas yang memang harus mereka lakukan dalam mendapatkan
dukungan dari masyarakat sehingga bisa memenangkan mereka dalam perebutan kursi Kepala Desa. Hal ini tentunya menjadi sangat menarik untuk diteliti karena
banyak melakukan tindakan-tindakan politik yang erat kaitannya dengan konsep modal sosial tanpa mengetahui bahwa tindakan mereka itu merupakan bagian konsep
modal sosial.
Universitas Sumatera Utara
Modal sosial yang bisa membentuk jaringan perkenalan dan keterikatan antara aktor dan masyarakat sekitarnya menjadikan lebih memudahkan mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat karena sudah lama saling mengenal dan ada hubungan timbal balik. Potensi ini tentunya menjadi barang langka yang bisa dimanfaatkan
oleh aktor secara maksimal dalam pemenangan Kepala Desa. Terakumulasinya semua modal baik itu oleh jaringan perkenalan, kepercayaan pada aktor serta
hubungan timbal balik dapat memberikan dukungan bagi berbagai bidang dalam arena politik aktor. Semua modal yang terakumulasi menjadi lebih mudah mendapat
legitimasi dari tokoh desa, mencari dukungan dari masyarakat dan kepercayaan oleh masyarakat kepada aktor akan lebih diakui sehingga aktor bisa menang dalam
pemilihan Kepala Desa.
4.3.1 Trust Kepercayaan 4.3.1.1 Proses Mendapatkan Trust Kepercayaan Dari Masyarakat Desa