modal menjadi hal vital yang harus dilakukan oleh aktor dalam pemenangan dalam PILKADES.
Penggunaan strategi yang tepat bisa dilihat dari strategi yang diterapkan oleh bapak Jan Nofri Saragih. Beliau melihat bahwa bisa meraih dukungan dari warga
yang beragama Islam dengan mendekati tokoh kelompok mereka. Lebih jelasnya telihat dari kasus berikut ini.
Bapak Jan Nofri saragih yang pada saat itu menjadi orang baru membuat beliau melakukan strategi dengan melakukan pendekatan lebih pada tokoh desa yaitu
bapak Elve Linson Purba. Beliau merupakan tokoh agama Islam yang memiliki pengaruh kuat pada pemeluk agama Islam di Desa Raya Humala. Bapak Jan Nofri
Saragih yang melihat ada peluang untuk mendapatkan dukungan dari beliau berusaha mendekati samapi bapak Elve menjadi salah satu tangan kanan beliau pada saat
menjelang pemilihan. Setelah dilakukan pemilihan memang suara dari semua pemeluk agama Islam ada pada bapak Jan Nofri Saragih.
Kasus diatas tentu membuktikan dengan penggunaan strategi yang tepat dalam mendekati tokoh desa tertentu dapat menentukan jumlah dukungan yang di
dapatkan oleh aktor. Bapak Jan Nofri Saragih menyadari itu sehingga beliau dapat bersaing dalam pertarungan calon Kepala Desa walaupun beliau masih dianggap
orang baru di desa itu.
4.6.1 Pertarungan Modal Sosial Aktor Dalam Arena
Pertarungan dalam Amanda 2014: 57 dikatakan sebagai perjuangan yang artinya perkelahian dalam memperebutkan sebuah tujuan antara dua atau lebih orang
atau pihak. Pertarungan dalam hal ini memiliki arena yang menjadi tempat bertarung
Universitas Sumatera Utara
bagi aktor yang ikut dalam dunia politik. Setiap pertarungan yang terjadi memiliki
tiga aspek yang dapat dilihat di setiap arena yaitu aktor, tujuan pertarungan dan ranah pertarungan. Ranah politik yang berisi bermacam modal menjadi kekuatan bagi
setiap aktor yang memiliki beberapa modal yang dapat di gabungkan dalam mendapat dukungan rakyat. Jalinan jaringan pertemanan dan keluarga menjadi alat
membentuk jaringan sosial dalam modal sosial yang dimiliki oleh aktor. Pertemanan itu tentu saja menjadi alat yang tepat untuk menjadi salah satu cara dan strategi
pemenangan Kepala Desa. Seperti salah satu tokoh sosiologi perancis yang menjadi pencetus dan
pengembang modal sosial yaitu Pierre Bourdieu dalam Amanda 2014: 85 mengungkapkan bahwa dunia sosial menjadi hasil dari akumulasi sejarah dimana
interaksi yang terus menerus secara alami antara agen sebagai perantara dan akumulasi dari kapital atau modal dengan segala dampaknya. Modal sosial dalam hal
ini menjadi alat dalam mendapatkan sumbangan dari orang yang secara sukarela dan dengan potensi dan kapasitasnya membutuhkan waktu untuk bisa memetik hasilnya
dengan keuntungan dalam bentuk lain yang bisa di dapat aktor. Modal sosial dalam Amanda 2014: 86 dikatakan sebagai sekumpulan sumber-sumber potensial dan
nyata dimana terkait dengan kepemilikan jaringan hubungan yang terlembagakan dan saling mengenal dalam kelompok atau masyarakat tempat pergaulannya. Interaksi
yang dilakukan oleh aktor yang sudah terjalin sejak lama dan telah melembaga antara hubungan yang terbentuk bisa menjadi jaringan untuk mengumpulkan kelompok
pendukung bagi aktor. Kelompok ini akan mendukung aktor dalam berbagai hal seperti dukungan moril, materi, bahkan menjadi sukarelawan dalam kampanye. Hal
ini menjadi modal yang vital dalam diri aktor karena telah membuat hubungan baik
Universitas Sumatera Utara
dengan masyarakat sehingga tercipta jaringan yang bisa membantunya menang dalam PILKADES.
Sama halnya yang terjadi dengan semua calon Kepala Desa yang ikut bertarung dalam bursa pemilihan Kepala Desa di Nagori Bahapal Raya. Mereka juga
mengunakan jalinan pertemanan dalam pergaulan ataupun institusi yang mereka miliki dalam mendapatkan dukungan dari rakyat. Mereka mulai lebih aktif mendekati
beberapa orang yang memang menurut mereka mau membantu dan bisa mempengaruhi masyarakat desa. Orang yang membantu inilah nantinya menyatukan
dan menjalin kembali jaringan yang sudah terbentuk sehingga lebih mudah mengkontrolnya. Hal itu dapat kita lihat dari beberapa hasil kutipan wawancara
langsung dengan semua calon Kepala Desa di Nagori Bahapal Raya di bawah ini. Seperti bapak Jasinton Saragih yang mengatakan sumber modal sosial menjadi alat
pertarungannya dalam ranah modal politik. Agar lebih rinci kita ikuti wawancara dengan beliau di bawah ini.
Kalau untuk jalinan pertemanan sudah menjadi andalan saya dalam proses pemenangan pemilihan Kepala Desa. Saya sudah lama bergaul dengan
masyarakat yang ada di nagori Bahapal Raya ini. Bahkan untuk kegiatan agama maupun adat atau pesta-pesta saya selalu aktif sehingga warga tidak
ada yang tidak mengenal saya. Jalinan pertemanan, keluarga, dan gereja menjadi alat untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat desa. Saya tidak
terlalu khawatir dengan calon Kepala Desa yang lain kalau masalah pergaulan karena semua orang sudah tahu bagaimana cara saya bergaul dan sumbangan
apa saja yang sudah saya berikan dan korbankan dalam keseharian saya bergaul walaupun saya tidak bermaksud meminta balasannya. Saya yang
menjadi Kepala Desa tentu menjadi tempat pengaduan dan konsultasi bagi masyarakat yang ada di sekitar sini sehingga ada rasa keterikatan langsung
antara saya dan masyarakat yang ada di desa ini.
Terlihat jelas kalau modal sosial menjadi alat yang digunakan oleh bapak Jasinton Saragih dalam pertarungan politiknya. Beliau sering ikut terlibat dan
berperan aktif dalam kegiatan bersama seperti acara gereja, pesta pernikahan, kemalangan dan kalau ada keluhan dari masyarakat akan di sampaikan langsung
Universitas Sumatera Utara
kepada beliau. Hal ini jalinan hubungan yang baik itu terus dibina secara berkelanjutan sehingga masyarakat dapat memiliki kepercayaan pada beliau untuk di
dukung dalam PILKADES. Aktor lain yang juga mengandalkan pergaulan adalah bapak Agus Harianto Purba yang merupakan tokeh kerbau yang cukup sukses.
Keseharian beliau memang selalu ada di jalan baik itu sekedar minum kopi dengan rekan bisnisnya atau berjumpa dengan masyarakat yang memelihara kerbau
miliknya. Jalinan pertemanan bisnisnya itulah menjadi alat kedekatan dia dengan masyarakat dan mencari dukungan dalam pemilihan Kepala Desa. Hal itu dapat kita
lihat dalam wawancara berikut ini dengan beliau. Saya sehari-harinya memang selalu ada dekat dengan pergaulan masyarakat
yang ada di Nagori bahapal Raya. Terkadang saya pergi ke Desa Gunung Huluan untuk urusan bisnis kerbau saya dan tiba-tiba nanti ada lagi urusan ke
Desa Rayahumala untuk urusan bisnis atau yang lain sehingga waktu saya lebih banyak habis di luar dalam pergaulan dengan masyarakat. Pergaulan
yang sudah terjalin inilah yang menjadi andalan dan alat bagi saya mendapat dukungan dari saya. Pergaulan yang saya jalin juga tidak pernah membeda-
bedakan orang jadi semua menjadi teman bagi saya. Bahkan terkadang ada beberapa orang datang pada saya untuk meminjam uang dan saya berikan
kalau memang dalam kesusahan dan uangnya tidak memakai bunga apapun. Modal pergaulan saya ini tentu tak perlu saya ragukan karena saya tahu
bakalan banyak yang memilih saya dengan semua jalinan pertemanan yang sudah lama terbentuk.
Kesamaan pergaulan dalam menjalin hubungan sosial yang di bentuk oleh bapak Jasinton Saragih dan bapak Agus Harianto Purba menjadi andalan keduanya
dalam mendapatkan dukungan penuh dari warga yang telah menaruh kepercayaan pada diri aktor. Masyarakat menjadi ada rasa ingin membantu para aktor disebabkan
karena sudah di kenalnya aktor sejak lama dan banyak bantuan yang telah di berikan oleh aktor pada masyarakat sekitar sehingga perlu ada waktu yang tepat dalam
membalas dengan hal lain seperti ikut mendukung karena modal sosial memang menjadi alat pertukaran. Proses modal sosial yang di menjalin hubungan terus
menerus dengan hubungan timbal balik antara kedua belah pihak baik dalam acara adat dan agama serta kegiatan lain yang bisa mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Berbeda halnya dengan dua aktor lain yang lebih mengandalkan pergaulannya hanya dalam lingkup institusi ataupun organisasi yang ada dekat
dengannya karena kurang dalam jalinan pergaulan sehari-hari. Hal ini seperti bapak Jalesman Sinaga yang menjadi Pengantar Jemaat Porhanger lebih mengandalkan
institusi gereja untuk wadah dalam mendapatkan dukungan masyarakat padahal gereja itu hanya untuk lingkup kecil saja yaitu Desa Rayahumala. Hal ini tentu
menjadi kendala bagi aktor dalam mendapat dukungan karena banyak orang jadi kurang mengenalnya dalam pencalonan Kepala Desa dan tidak mengetahui visi dan
misi yang di bawanya. Keadaan yang sama juga di tunjukkan oleh bapak Jonny Purba yang memang sudah beberapa tahun ini menggalakkan program kelompok tani
yang di bentuknya. Beliau memiliki keyakinan kuat kalau kelompok tani yang di bentuknya dapat menaikkan taraf hidup masyarakat. Keadaan demikian menjadi
mempersempit beliau dalam mendapat suara dukungan dari seluruh desa karena kelompok tani beliau hanya ada di Desa Juma Palia sehingga tidak semua
masyarakat desa tahu apa itu kelompok tani karena beliau juga kurang mensosialisasikan ke desa-desa lain. Melihat lebih rinci akan di ketahui melalui
wawancara berikut ini. Wawancara dengan bapak Jalesman Sinaga.
Dalam pergaulan yang saya miliki hanya lebih banyak dalam kegiatan gereja yang ada di desa ini. Saya jarang pergi ke warung kopi maupun lapo tuak
yang ada di desa ini. Melalui pergaulan saya di gereja maka harapan saya dapat dukungan penuh karena gereja memiliki nilai tersendiri bagi
masyarakat desa yang ada di sini. Setelah saya terdaftar dalam pencalonan Kepala Desa maka saya lebih berperan aktif lagi dalam kegiatan gereja dan
adat pesta sehingga itu menjadi tempat bagi saya dalam mendapatkan dukungan dari masyarakat desa. Beberapa dari teman saya yang ada di gereja
ikut memberi dukungan bagi saya dengan lebih memberikan saya akses lebih mudah dalam berbicara untuk mengatakan visi-misi saya dalam keadaan
tertentu. Saya memang kurang dalam menjalin hubungan dengan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
desa lain hanya lebih sering mencari dukungan dari desa ini saja karena di sini dukungan gereja bisa saya dapatkan.
Hal senada juga di katakana bapak Jonny Purba dalam wawancara berikut ini. Pergaulan yang saya andalkan adalah kelompok tani yang saya bentuk di desa
saya sejak beberapa tahun ini. Dalam kelompok ini saya selalu menekankan bahwa mereka dapat menaikkan taraf hidupnya dengan serius dalam
berkelompok tani. Perjuangan saya untuk ikut dalam pencalonan Kepala Desa juga untuk lebih mengembangkan kelompok tani karena dengan terpilihnya
saya sebagai Kepala Desa maka saya bisa mendapat akses kerjasama dengan pemerintah daerah. Banyak masyarakat di desa saya percaya kalau saya serius
dalam pengembangan kelompok tani sehingga mereka mau mendukung saya dalam pemilihan Kepala Desa. Kurangnya saya pada waktu itu hanya
program kelompok tani yang saya bentuk tidak terlalu di ketahui oleh desa lain yang ada di Nagori Bahapal Raya. Kendala ini menjadi kurangnya suara
yang saya dapatkan pada saat pemilihan Kepala Desa waktu itu.
Kecilnya ruang lingkup aktor dalam mendapatkan dukungan suara yang hanya pada salah satu sektor kehidupan rakyat saja dan lebih pada
mengkonsentrasikan pada desa masing-masing menjadi kendala mendapat dukungan seluruh masyarakat desa di Nagori Bahapal Raya. Bapak jalesman yang hanya
mengandalkan gereja di desanya dan bapak jonny purba juga hanya mengandalkan kelompok tani bentukannya menjadikan dukungan yang mereka dapatkan tidak
menyeluruh. Mereka kurang memiliki pergaulan yang luas dengan masyarakat desa lain dan kurang terlibat dalam kegiatan bersama masyarakat desa. Hal ini menjadikan
modal sosial yang mereka miliki kurang kuat dan kepercayaan dari masyarakat di desa lain tidak dapat di raih. Andalan yang mereka buat dalam membentuk jaringan
sosial dalam membentuk dukungan pada pemilihan Kepala Desa menjadi bisa di dominasi oleh aktor lain yang juga ikut bertarung dalam PILKADES. Aktor lain itu
memiliki jalinan pertemanan di setiap desa dan memiliki negosiasi dengan beberapa tokoh desa sehingga pengaruh yang mereka miliki di akui oleh masyarakat yang ikut
mendukungnya.
Universitas Sumatera Utara
Aktor lain yang juga ikut pencalonan dalam PILKADES di Nagori Bahapal Raya yaitu bapak Jan Nofri Saragih. Beliau merupakan kandidat termuda dan satu-
satunya lulusan sarjana. Beliau memang orang baru di desa itu sehingga pada saat sebelum pemilihan gencar dalam memperkenalkan diri di setiap desa. Hal ini
menjadi strategi beliau dalam menghadapi pertarungan antar aktor dalam menjalin pergaulan dengan masyarakat desa. untuk lebih jelasnya dapat kita lihat melalui
kutipan langsung saat wawancara di bawah ini. Saya tahu kalau saya orang baru di desa ini karena sudah lama merantau ke
dumai untuk mengurus lahan keluarga saya dan yang tinggal di desa ini hanya istri saya. Maka dari itu sejak pertama yang saya rencanakan untuk bisa dekat
dengan semua masyarakat desa agar saya lebih di kenal dan mereka mau mendukung saya dalam pencalonan Kepala Desa. setiap hari saya singgah di
warung kopi dan lapo tuak serta kalau ada pesta ataupun acara gereja saya tekankan untuk berperan aktif. Hal lain yang saya lakukan dengan membuat
kedekatan khusus dengan tokoh-tokoh desa yang ada di Nagori Bahapal Raya. Pengaruh yang bisa di berikan oleh tokoh desa tadi bisa membuat saya
memiliki pengaruh besar juga pada warga desa karena perkataan saya lebih di dengarkan dan mengumpulkan massa pendukung juga lebih mudah
dilakukan.
Modal sosial yang di bentuk oleh bapak Jan Nofri Saragih memang bukan di bentuk dengan waktu yang lama seperti kandidat calon Kepala Desa yang lain.
Beliau melakukan pendekatan secara intens kepada masyarakat desa selama tiga 3 bulan dengan melalui berbagai macam pendekatan. Di mulai dari berkunjung ke
warung-warung kopi, kegiatan gereja, pesta pernikahan bahkan acara adat yang meninggal dunia. Semua itu beliau usahakan untuk menonjolkan diri serta berperan
aktif demi menunjukkan keseriusan dalam mendekati hati dari masyarakat desa dan bisa mendapat kepercayaan dari mereka. Cara lain yang di tunjukkan dalam mencari
dukungan masyarakat dengan adanya pendekatan pada tokoh-tokoh desa tertentu yang diharapkan mendapat legitimasi dari mereka dan bisa pengaruh mereka menjadi
cara mendapat dukungan dari masyarakat desa. secara keseluruhan pendekatan yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukannya menjadi pendekatan yang sangat efektif mengingat orang baru yang berada di desa itu menjadi memiliki kedekatan khusus karena banyaknya keterlibatan
langsung dengan kehidupan masyarakat desa. Melalui semua rincian wawancara langsung dengan semua aktor di atas
menjadi terlihat bahwa pertarungan modal sosial memang menjadi salah satu penentu dalam mendapatkan pengaruh dan dukungan dari masyarakat. Aktor yang telah lama
membangun jalinan pertemanan dengan masyarakat desa menjadi memiliki pengaruh dan kedekatan khusus pada masyarakat desa sedangkan aktor lain yang hanya
bergaul hanya pada satu sektor kehidupan masyarakat serta dalam lingkup kecil menjadi kurang memiliki pengaruh dan dukungan dengan masyarakat desa yang luas.
Beberapa aktor yang kurang memiliki jalinan pertemanan dalam masyarakat cenderung bekerja secara sendiri tanpa mau mengandalkan temannya dan kerabatnya
karena merasa belum memiliki kedekatan khusus dengan mereka. Hanya orang yang memiliki jalinan pertemanan yang kuat dan sering bergaul yang cenderung meminta
bantuan pada tokoh desa dan temannya agar mau mencarikan dukungan baginya dalam pemilhan Kepala Desa. pertarungan dengan mengandalkan modal sosial ini
telah membuktikan kalau modal sosial juga menjadi faktor penentu banyaknya dukungan dan suara yang di dapatkan oleh aktor dalam pemilihan Kepala Desa.
4.6.2 Pertarungan Modal Budaya Aktor Dalam Arena