Strategi Pemenangan Aktor Dalam Ranah Politik

melewati internalisasi dulu baru bisa dikatakan sebagai habitus aktor dalam arena politik.

4.5 Strategi Pemenangan Aktor Dalam Ranah Politik

Pertarungan yang berlangsung di arena politik desa telah membuat para kandidat calon Kepala Desa mengerahkan sumber daya modal yang ada dalam dirinya yang nantinya dapat menjadi nilai lebih dalam menggerakkaan massa untuk mendukung dirinya. Modal dalam ranah politik ada beberapa macam kategorinya dan bisa saling di pertukarkan tergantung kemampuan dan kapasitas aktor dalam menggunakannya. Modal itu menurut Pierre Bourdieu dalam pantouw 2012: 13 di kategorikan dalam 4 hal yaitu modal ekonomi, modal budaya dan modal sosial. Modal dalam hal ini cakupannya menjadi luas bagi aktor dalam ranah politiknya. Modal dapat menjadi hal material yang bisa menjadi nilai sombolik nagi diri aktor seperti kepemilikan harta maupun barang mewah menempatkannya pada strata atas dalam masyarakat. Kemudian modal budaya juga dapat menjadi pengetahuan dalam diri aktor, pendidikan formal dan informalnya serta gaya hidup dan cara membawakan dirinya. Semua hal itu bisa dipertukarkan dalam membentuk strategi aktor dalam ranah politikya. Modal bisa menjadi cara untk membangun hubungan dengan setiap elit politik, masyarakat dan organisasi yang di pertukarkan dengan modal pada aktor politik. Arena yang sering disebutkan oleh Bourdieu dalam bukunya sebagai field of struggle maka para aktor selalu di harapkan untuk menunjukkan eksistensinya melalui posisi objektif aktor. Berbeda halmya dengan arena menurut Dobbin dalam Munandar 2011: 34 sebagai kelompok yang terorganisasi di seputar kepentingan Universitas Sumatera Utara yang sama, orang-orang yang bersaing untuk memperoleh suatu set sumberdaya material tertentu yang perilakunya terorganisasikan di sekitar kompetisi itu. Berada dalam setiap pertarungan politik, para aktor harus memiliki strategi dalam memenangkan dirinya dengan berbagai cara pergerakan aktif aktor secara objektif dengan tujuan melakukan pergerakan aksi melalui pembentukan pola dan keteraturan pola sosial yang sudah di rumuskan aktor dengan tim pemenangannya. Namun sering terjadi dalam ranah perjuangan yang aktor lakukan memiliki keterbatasan oleh posisi nyata aktor dalam ranah politik dikarenakan oleh pembagian modal tertentu dan cara pandang mereka terhadap arena tempat mereka berjuang Bourdieu dan Wacquant dalam Munandar 2011:35. Modal menjadi hal yang tetap dan berfungsi dalam arena politik aktor karena memiliki kekuatan bagi aktor dalam menentukan posisinya dalam mendominasi atau terdominasi oleh aktor lain dengan pertarungan modal oleh tiap aktor. Modal juga dijadikan sebagai alat dalam menghasilkan susunan strategi yang bisa di gunakan aktor dalam mengalahkan aktor lain dan dapat membuat pola yang bisa mengatur cara kerja arena politik dengan kekuasaan yang ada pada aktor. Pengaturan pada arena politik itu dapat menjadi keuntungan-keuntungan yang bisa di peroleh para aktor di dalam arena politik. Keuntungan yang di dapat bisa menghasilkan kepercayaan masyarakat pada aktor karena telah terbangun citra diri yang baik melalui kampanye, nilai simbolik aktor, modal sosialnya serta terdominasinya aktor lain dengan kekuatan modal dalam penerapan strateginya. Dalam pemilihan Kepala Daerah dan pemilihan kepala pemerintahan dalam tingakatan nasional tentu mereka memiliki tim perumusan yang nantinya mengatur jadwal kampanye dan bahkan melakukan survei tempat yang bisa di jadikan mendulang lumbung suara. Hal itu Universitas Sumatera Utara dilakukan demi bisa mendapatkan kursi di pemerintahan daerah maupun pusat karena itu banyak para calon kandidat berlomba-lomba melakukan perumusan strategi yang paling jitu agar menang dalam pemilihan. Seperti Anwar Arifin dalam Sakinah 2010: 3 memberikan konsep strategi sebagai keseluruhan keputusan kondisional oleh aktor tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan yang hendak di capai. Semua sumber daya yang bisa di manfaatkan aktor menjadi alat yang bisa mendukung strategi yang akan di buat oleh aktor dan timnya agar bisa menang dalam pertarungan perebutan kursi Kepala Desa. hal dapat kita lihat dari hasil wawancara yang sudah saya lakukan dengan semua kandidat calon Kepala Desa yang ikut mencalon di Desa Bahapal Raya. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dari kutipan di bawah ini. Kutipan wawancara dengan bapak Situa Jasinton Saragih tentang strategi dalam pemenangan Kepala Desa. Strategi yang saya buat pada saat menjelang pemilihan Kepala Desa tidak terlalu ada yang khusus bahkan sama saja dengan kandidat yang lain. Strategi yang paling sering saya lakukan hanya dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat desa. Saya tidak pernah melakukan pembeda-bedaan dalam bergaul dengan semua warga saya karena menurut saya semua orang itu sama dan memiliki kelebihan masing-masing. Waktu itu juga beberapa tokoh Kepala Desa juga sudah berpihak pada saya karena mereka juga sudah menjadi tim sukses saya dari periode pertama saya mencalon Kepala Desa.hal itu tentu sangat membantu saya dalam memberikan pengaruh untuk ikut memilih saya serta akses dalam mendapatkan kesempatan berbicara di tengah-tengah umum. Paling kalau pun ada yang khusus hanya kegiatan gereja yang memang saya sebagai salah satu pengurus sehingga memiliki akses lebih dan mengumpulkan masyarakat desa dengan acara makan untuk kumpul bersama. Perlu diketahui saya tidak pernah melakukan hal-hal yang bisa merusak hubungan saya dengan masyarakat di sini karenanya saya terus berhubungan dengan mereka dan tetap memberikan pertolongan dan perhatian kalau mereka dalam kesusahan. Saya rasa itu menjadi strategi yang jitu untuk bisa memenangkan saya dalam pemilihan Kepala Desa karena saya memupuk hubungan bukan di dapat secara cepat tetapi dengan rasa percaya yang terjalin dalam waktu lama. Universitas Sumatera Utara Penggunaan strategi yang di lakukan oleh bapak Jasinton Saragih masih bisa di katakana hal yang wajar dan lumrah yang selalu di lakukan oleh aktor yang ikut mencalon sebagai Kepala Desa. Memang yang menguntungkan beliau adalah banyaknya tokoh desa yang memihak kepadanya di karenakan pencalonan untuk periode yang kedua sehingga tim pemenangan di periode satu bisa di gunakan lagi pada pencalonan kedua. Hal yang sama juga di tunjukkan oleh bapak Agus Harianto Saragih dalam hal pergaulan yang selalu berkaitan dengan pekerjaannya yang selalu turun di jalanan dengan banyaknya bergaul dengan hampir semua masyarakat hanya perbedaan yang kontras pada pelobian pada tokoh desa. Lebih jelasnya akan kita lihat pada wawancara bapak Agus Harianto Purba berikut ini. Saya itu kan sudah di kenal oleh semua masyarakat yang ada di seluruh desa ini jadi pada waktu itu saya tidak perlu untuk membuat strategi-strategi khusus. Semua yang telah saya lakukan dalam keseharian saya saja sudah banyak memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Mulai dari pergaulan saya dengan semua orang, seringnya menolong yang kesusahan dan aktifnya dalam semua kegiatan masyarakat. Berhubung nama besar keluarga saya juga masih bersih dan agak terpandang maka itu yang lebih saya tonjolkan pada waktu itu. Lalu kalau sekali-sekali saya memang mau mengumpulkan massa untuk memotong hewan bersama agar ada jalan untuk kumpul serta mempengaruhi masyarakat sekitar. Kalau untuk penggunaan uang untuk menyuap masyarakat saya tidak mau melakukannya karena bertentangan dengan prinsip hidup saya. Melihat penggunaan siasat dan strategi dari kedua kandidat yang memang lebih menonjolkan pergaulannya sehari-hari maka mereka tidak terlalu menganggap hal itu sebagai strategi yang memang di rumuskan oleh tim pemenangannya tetapi lebih kepada hal yang dilakukan secara spontanitas dan keharusan bagi mereka. Bahkan kalau yang dilakukan dengan mendekati beberapa elit politik desa seperti tokoh adat, tokoh agama, serta aparatur desa hanya di lakukan kalau ada hubungan keluarga atau pertemanan yang akrab saja nukan karena manuver politik dalam meraih suara yang banyak dalam pemilihan Kepala Desa. sedikit berbeda dengan Universitas Sumatera Utara yang dilakukan oleh bapak Jan Nofri Saragih yang merupakan lulusan FISIP USU, maka beliau banyak melakukan pendekatan kepada tokoh desa bahkan yang berbeda agama dengan meloby mereka dengan berbagai pertukaran sosial. Hal itu dirasakan perlu oleh beliau demi meraih suara pada saat pemilihan karena dirinya yang masih tergolong baru di kenal masyarakat waktu itu. Berikut penuturan wawancara langsung saya dengan beliau. Memang kalau dikatakan strategi yang di buat oleh tim pemenangan dan saya tidak terlalu ada dengan jelas tetapi kami membuatnya dengan beberapa tindakan saja dalam mendapatkan dukungan. Pertama sekali dulu saya tentu meminta pada keluarga dekat saya untuk di kenalkan dengan beberapa tokoh di sekitar desa ini. Waktu itu ada seorang tokoh muslim yang bernama Elve Linson Purba, beliau punya pengaruh yang kuat untuk masyarakat muslim di desa Rayahumala karena hanya di desa itu yang paling banyak muslimnya. Hampir seluruh suara mereka memang di berikan kepada saya dalam pemilihan waktu itu. Tindakan lain untuk melobi juga saya lakukan bukan hanya pada beliau tetapi hampir di seluruh desa tetapi beberapa ada yang gagal karena sudah terlanjur mendukung calon Kepala Desa yang lain. Pendekatan yang saya lakukan kepada masyarakat waktu itu adalah dengan banyaknya saya singgah di setiap warung kopi yang ada di beberapa desa. Hal itu saya lakukan agar ada kedekatan khusus sekaligus memperkenalkan diri saya pada orang banyak dan di lain kesempatan saya juga ikut kegiatan gereja serta adat dalam rencana memperkenalkan diri saya di tengah-tengah masyarakat yang ingin mencalon sebagai Kepala Desa waktu itu. Terlihat jelas bahwa tindakan politik yang dilakukan oleh bapak Agus Harianto Saragih merupakan salah satu hal yang sering dilakukan oleh banyak politik dengan adanya negosiasi politik dengan beberapa tokoh desa. hal itu juga yang membuat beliau mendapat banyak suara pada saat pemilihan Kepala Desa dengan suara kedua paling banyak di bawah Kepala Desa terpilih. Hal ini sudah pencapaian yang cukup bagus karena bisa pada urutan kedua dengan selisih angka yang tidak terlalu banyak hanya sekitar puluhan suara saja. Hal lain yang di tunjukkan oleh kandidat lain seperti bapak Jhoni purba yang kurang melakukan pendekatan pada tokoh desa dan hanya lebih banyak menonjolkan dirinya melalui program kelompok Universitas Sumatera Utara taninya pada masyarakat. Lebih jelasnya akan kita lihat pada wawancara saya dengan beliau di bawah ini. Untuk melakukan strategi khusus tidak terlalu ada yang saya lakukan dalam mendapat dukungan dari rakyat. Kegiatan yang saya lakukan hanya dengan menonjolkan diri saya kepada masyarakat pada kegiatan kelompok tani, kunjungan gereja, warung kopi dan lapo tuak. Hal itu memang hampir di lakukan oelh semua calon Kepala Desa. untuk saat yang tepat bagi saya dalam menjalankan strategi yang ada dalam visi-misi saya hanya saat kampanye yang di berikan kepada semua kandidat yang mencalon. Kalau untuk melobi tokoh desa saya kurang melakukannya karena saya memang lebih banyak bergerak sendiri daripada bersama dengan orang lain dalam mendapatkan dukungan. Untuk masyarakat desa saya juga melakukan pendekatan pribadi saja tanpa ada hal-hal lain karena memang itu yang saya andalkan dengan memperkenalkan program tani sehingga bisa merubah pikiran mereka agar mau ikut dengan saya dengan memilih saya sebagai Kepala Desa. Melihat tindakan-tindakan politik yang dilakukan bapak Jonni Purba dalam menjalankan strateginya masih selalu berada pada satu hal saja dengan mengandalkan program kelompok tani yang sudah di rintisnya. Hal ini tentu kurang optimal dalam mempengaruhi masyarakat desa karena hasil kerja dari kelompok tani juga masih belum dirasakan oleh semua masyarakat desa karena program kelompok tani ini bentukan beliau masih hanya di Desa Juma Palia. Hal ini tentu kurang mendapat respon terlalu positip karena banyak yang belum mengetahui manfaat dan beliau juga hanya lebih banyak mensosialisasikannya di desanya saja padahal Nagori Bahapal Raya terdiri dari banyak desa dan tokoh-tokoh desa yang berpengaruh. Ada kemiripan juga hal yang dilakukan oleh bapak Jonni Purba dengan bapak Jalesman Sinaga karena hanya bergerak pada satu sektor saja tanpa mengoptimalkan sektor lain yang bisa memenangkan mereka dalam perebutan kursi Kepala Desa. Berikut wawancara yang saya lakukan dengan bapak Jalesman Sinaga. Pada saat melakukan proses pencarian dukungan untuk saya dalam pemilihan Kepala Desa maka untuk penggunaan strategi yang di buat secara rinci tidak ada. Saya hanya selalu lebih menonjolkan diri pada kegiatan gereja dan Universitas Sumatera Utara agama secara khususnya. Saya memang sudah menjadi pengantar jemaat atau porhanger pada waktu itu sehingga memiliki pengaruh besar dalam gereja. Gereja menjadi alat bagi saya mendapatkan dukungan walau dalam lingkup kecil saja karena hal itu berlaku di desa Rayahumala saja. Kalau untuk pendekatan tokoh desa hanya saya lakukan pada tokoh desa ini juga karena kurang terlalu ada juga yang saya lakukan untuk mendekati tokoh desa yang berada pada desa lain. Selebihnya saya hanya bergaul pada masyarakat dengan ke warung kopi dan perkumpulan bapak-bapak. Hal lain yang saya lakukan dengan memotong hewan untuk di konsumsi secara bersama agar ada alat kebersamaan dan mengumpulkan orang desa dalam mendapat dukungan. Hal yang di lakukan oleh bapak Jalesman di atas menjadi kendala yang cukup besar karena kurangnya pengaruh yang dimiliki di desa lain. Beliau terlalu terkonsentrasi pada desanya saja padahal peluang untuk mendapat suara di desa lain bisa saja di dapatkannya. Proses pelobian yang kurang juga diakukan oleh beliau membuat kurang ada legitimasi dari tokoh desa yang lain kepadanya menjadikan beliau bisa terdominasi oleh aktor lain yang melakukan tindakan politik dengan mendapat dukungan dari tokoh desa yang tersebar di beberapa desa. aktor lain yang rela menghabiskan waktunya bergaul dengan masyarakat agar modal sosial dapat terbentuk sehingga memberikan akses yang lebih mudah dalam banyak hal untuk berinteraksi dengan masyarakat dan ada kepercayaan masyarakat pada mereka nantinya. Bahkan ada beberapa aktor dengan modal sosial yang sudah terbentuk dan di tambah dengan pengorbanan materi yang cukup banyak juga dalam menjalankan strateginya. Melalui acara bersama dengan memotong hewan di semua desa dengan waktu yang berbeda-beda agar di konsumsi secara bersama dan itu menjadi tempat bagi beliau dalam mendapatkan suara dan dukungan baginya. Di lain pihak juga mau menyumbang gereja agar dapat perhatian serta simpati dari warga desa yang melihat dan mendengarnya. Semua itu dilakukan demi menjalankan rencana untuk memenangkan para aktor dalam pencalonan Kepala Desa. Universitas Sumatera Utara

4.6 Pertarungan Aktor Dalam Arena Politik