j. Koordinasi jadwal produksi dan pengiriman dengan pemasok dan
distributornya k.
Saling berbagi dalam penelitian pasar, dan l.
Mengoptimalkan ruang-ruang kosong di dalam gudang.
2.2. Kinerja
Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual dan
pencapaian misi perusahaan. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam periode waktu tertentu yang mencerminkan
tingkat kesehatan perusahaan tersebut Sugiyarso dan Winarni, 2005. Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting
karena berdasarkan hasil penelitian tersebut ukuran keberhasilan perusahaan selama satu periode tertentu dapat diketahui. Dengan demikian, hasil
penilaian tersebut dapat pergunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja selanjutnya. Ukuran kinerja perusahaan menurut
Suta 2005 dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Ukuran Kinerja Suta, 2005
Pengukuran Kinerja Perusahaan
Kinerja Operasional : - Pangsa pasar
- Kualitas produk - Efektivitas pemasaran
Kinerja Keuangan
Ukuran berbasis akuntansi : - Pertumbuhan penjualan
- Profitabilitas - Imbal hasil aset ROA
- Imbal hasil ekuitas ROE - Imbal per saham EPS
Basis Pasar : - Total imbal hasil
saham pertumbuhan harga saham
- Likuiditas saham - Distribusi saham
- Kapitalisasi pasa
r
2.3. Stuctural Equation Modeling SEM 2.3.1. Definisi Structural Equation Modeling
Model persamaan struktural atau SEM adalah sekumpulan teknik- teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian
hubungan yang relatif rumit secara simultan Ferdinand, 2002. Hubungan yang rumit itu dapat dibangun antar satu atau beberapa
variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independen. Masing-masing variabel dependen dan independen dapat berbentuk
faktor atau konstruk, yang dibangun dari beberapa variabel indikator. Variabel-variabel itu dapat berbentuk sebuah variabel tunggal yang
diobservasi atau diukur langsung dalam sebuah proses penelitian. Menurut
Hair et al.,
2006 SEM merupakan bagian dari ilmu statistik yang dapat menerangkan hubungan antara banyak variabel.
SEM merupakan model yang memiliki berbagai nama, diantaranya adalah analisis struktur kovarian covariance structure analysis,
analisis variabel laten latent variabel analysis, analisis faktor konfirmasi confirmatory factor analysis, dan sering juga disebut
sebagai analisis Lisrel software statistik yang banyak digunakan untuk analisis SEM. SEM dihasilkan dari sebuah evolusi dari multiequation
modeling yang dikembangkan dengan prinsip ekonometrik dan
digabungkan dengan prinsip-prinsip pengukuran dalam psikologi dan sosiologi. SEM tidak untuk menghasilkan kausalitas, tetapi untuk
membenarkan adanya kausalitas teoritis berdasarkan uji empiris. Jika pada statistik biasa yang penting adalah signifikansi atau yang dicari
adalah penolakan terhadap H
,
tetapi pada SEM yang diusahakan adalah menerima H
yang berarti tidak ada perbedaan antara kedua data baik teori maupun empiris.
2.3.2. Bentuk dari Structural Equation Modeling
Bentuk model persamaan struktural dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.
Gambar 7. Model SEM dalam Bentuk Diagram Lintas Tim Dosen Statistika IPB, 2007
Dimana : ξ = “ ksi” merupakan vektor variabel laten eksogen
= “eta” merupakan vektor variabel laten endogen X = variabel indikator bagi variabel eksogen
Y = variabel indikator bagi variabel endogen = “ gamma” merupakan matriks koefisien variabel eksogen
ξ = “beta” merupakan matriks koefisien variabel endogen
φ = “phi” merupakan koragam antar variabel laten = “zeta” merupakan vektor kesalahan struktural
= “ epsilon” merupakan vektor sisaan pengukuran terhadap y = “delta” merupakan vektor sisaan pengukuran terhadap x
λ = “lamda” merupakan loading factor terhadap laten eksogen λ
X
dan laten endogen
λ
Y
η
1
η
2
η
3
ξ
1
ξ
2
Y
1
Y
2
Y
3
Y
4
Y
5
Y
6
Y
7
X
1
X
2
X
3
X
4
X
5
ε
6
ε
1
ε
2
ε
3
ε
4
ε
5
ε
7
δ
1
δ
2
δ
3
δ
4
δ
5
ζ
1
ζ
3
ζ
2
γ
11
γ
23
φ
21
β
31
β
32
λ
Y 3
λ
Y 1
λ
Y 1
λ
Y 1
λ
Y 2
λ
Y 2
λ
X 2
λ
X 1
λ
X 2
λ
X 2
λ
X 1
λ
Y 3
Model persamaan struktural terdiri dari dua komponen model yaitu model variabel laten atau model struktural dan model
pengukuran. Model struktural digambarkan relasi antar variabel laten yang mencerminkan kerangka analisis pokok. Variabel laten adalah
variabel yang tidak dapat diukur secara langsung dan informasinya diperoleh dari indikator-indikator penyusunnya. Model pengukuran
menjelaskan keterkaitan variabel laten dengan indikator-indikatornya. Secara umum model persamaan struktural dapat dirumuskan sebagai
berikut: = B +
Гξ + ....................................................................................1 dimana: = vektor variabel laten endogen berukuran m x 1
B = matriks koefisien variabel endogen berukuran m Г = matriks koefisien dari variabel laten eksogen ξ berukuran
m x n ξ = vektor variabel laten eksogen berukuran n x 1
= vektor sisaan acak hubungan antara dengan ξ berukuran
m x 1 dengan m = banyaknya variabel laten endogen, yaitu variabel
laten tidak bebas atau dependen. n = banyaknya variabel laten eksogen, yaitu variabel
laten bebas atau independen. Model pengukuran dirumuskan sebagai berikut:
y = Λy + ..........................................................................................2
x = Λxξ + ..........................................................................................3
dimana: y = variabel indikator bagi variabel endogen yang dapat diamati berukuran p x 1
x = variabel indikator bagi variabel eksogen yang dapat diamati berukuran q x 1
Λy = matriks koefisien regresi y terhadap berukuran p x m Λx = matriks koefisien regresi x terhadap ξ berukuran q x n
= vektor sisaan pengukuran terhadap y berukuran p x 1
= vektor sisaan pengukuran terhadap x berukuran q x 1 dengan p = banyaknya indikator bagi variabel laten endogen,
q = banyaknya indikator bagi variabel laten eksogen, yaitu variabel laten bebas atau independen.
Asumsi-asumsi persamaan model struktural adalah sebagai berikut:
tidak berkorelasi dengan tidak berkorelasi dengan
ξ ς tidak berkorelasi dengan ξ
, dan ς saling bebas
Pada model pengukuran ini dapat dilihat berapa kontribusi dan bagaimana signifikansi dari masing-masing variabel indikator terhadap
variabel laten. Tahap-tahap yang dilakukan dalam menyusun model persamaan struktural adalah: mengembangkan model berdasarkan teori,
membangun diagram lintas path analysis, konversi diagram lintas ke persamaan, mengidentifikasi model, penetapan kriteria kesesuaian
model, dan interpretasi dan modifikasi model.
2.3.3. Ukuran Kesesuaian Model
Langkah pertama yang dilakukan dalam menafsirkan model adalah apakah model tersebut layak atau tidak. Menurut Hair et al.,
2006 dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk menguji hipotesis mengenai model, sehingga digunakan beberapa fit
index untuk mengukur kebenaran-kebenaran model. Ukuran yang dapat
dijadikan patokan kesesuaian model dalam SEM adalah sebagai berikut: a. Ukuran kebaikan suai Khi-Kuadrat Chi-Square
Ukuran ini pada dasarnya merupakan pengujian seberapa dekat matrik hasil dugaan dengan matriks data asal dengan menggunakan
uji Chi-Square. Semakin kecil nilai ukuran ini maka model yang digunakan semakin baik. Ukuran kebaikan Chi-Square ini sensitif
terhadap ukuran contoh sehingga harus didampingi dengan ukuran kebaikan model yang lain.
b. P-value
P-value diharapkan untuk lebih besar dari 0.05 atau 0.1 yaitu uji tidak signifikan. Bila hasil menunjukkan tidak signifikan, yang
berarti matrik input dan matrik estimasi tidak berbeda, maka model yang diajukan layak. Nilai p berkisar antara 0 sampai 1 dan model
persamaan struktural akan semakin baik jika nilai p mendekati 1. c.
Root Mean Square Error of Approximation RMSEA
Ukuran ini merupakan ukuran ketidakcocokan model dengan data. Semakin kecil nilai ini berarti model semakin baik. Patokan
antara 0.05-0.08 sering dijadikan acuan bagi model ideal. d.
Goodness-of-Fit Index GFI
Ukuran GFI pada dasarnya merupakan ukuran seberapa besar model mampu menerangkan keragaman data. Semakin besar nilai ini
berarti model semakin baik. Batas minimal 0.9 sering dijadikan patokan suatu model dikatakan layak.
e. Adjusted Goodness-of-Fit Index AGFI Ukuran ini merupakan modifikasi dari GFI dengan
mengakomodasi derajat bebas model dengan model lain yang dibandingkan. Nilai AGFI paling tidak sebesar 0.8 sering dijadikan
patokan suatu model dikatakan layak.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan manajemen rantai pasokan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penelitian Terdahulu No
Nama Penulis Judul
Hasil Penelitian 1. Ana
Oktiya, Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor, 2006 Analisis Rantai Pasokan
Terhadap Produktivitas Di UKM Keramik Klampok
Banjaranegara Penulis menyatakan bahwa sistem manajemen rantai pasokan
berpengaruh nyata terhadap produktivitas UKM Kramik Klampok Banjarnegara. Model rantai pasokan di UKM Keramik Klampok
Banjarnegara terdiri dari beberapa anggota yaitu pemasok, UKMproduksi, pengepul barang ekspor, retailer dan pelanggan.
Produktivitas didasarkan pada beberapa indikator, yaitu keahlian tenaga kerja, teknologi, perencanaan dan pengawasan produksi,
bentuk kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan, kebijakan pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah daerah, serta kualitas
produk. Data diolah dengan menggunakan regresi stepwise dan regresi logistik. Hasilnya diperoleh bahwa dari beberapa elemen
MRP yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas adalah kerjasama.
2. Oryza Sativa Ritonga,
Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2005.
Analisis Pemasaran komoditas Kentang dengan Pendekatan
SCM Di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Penulis melakukan penelitian dengan mengidentifikasi model rantai pasokan kentang di kota Semarang, untuk kemudian
memberikan solusi rancangan MRP yang paling efektif.Metode yang digunakan adalah metode analisa deskriptif, analisa pola
rantai pasokan, dan analisa rantai nilai dengan pendekatan marjin pemasaran. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa rantai
pasokan yang paling efektif adalah kentang dari petani dikumpulkan di pengepul, kemudian dibawa ke pasar grosir
bandungan, untuk kemudian di bawa ke pasar tradisional dan akhirnya sampai ke konsumen akhir. Pola rantai pasokan ini yang
paling efektif dilihat dari total marjin yang menurun sehingga petani mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
3. Joel D. Winser, Journal of
Business Logistics, University of Nevada, Las Vegas, 2003.
A Structural Equation Model of Supply Chain Management
Strategies and Firm Performance
Peneliti melakukan penelitian untuk melihat pengaruh manajemen rantai pasokan MRP terhadap kinerja perusahaan. Responden
yang yang dipilih adalah perusahaan manufaktur dan jasa yang berada di Eropa dan USA. Jumlah contoh diambil secara acak
dan berjumlah 350 responden. Pengolahan data menggunakan metode analisis structural equation modeling SEM dengan
software
LISREL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi manajemen pemasok dan strategi hubungan pelanggan secara
positif dan nyata berpengaruh terhadap strategi MRP. Strategi MRP berpengaruh secara positif dan nyata terhadap kinerja
perusahaan.
4. Setiadi Djohar, Hendri Tanjung, dan Eko Ruddy
Cahyadi, Manajemen Agribisnis, Magister
Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor,
2003. Building a Competitive
Advantage on CPO through Supply Chain Management
Studi Kasus di PT. Eka Dura Indonesia, Astra Agro Lestari,
Riau Para peneliti menyatakan bahwa manajemen rantai pasokan
berpengaruh nyata terhadap keunggulan bersaing perusahaan. Keunggulan bersaing dapat dilihat dalam dua hal, yaitu
keunggulan produktivitas dan keunggulan nilai. Keunggulan produktivitas dapat dicapai dengan tingginya jumlah produksi
dengan biaya produksi yang rendah. Keunggulan nilai dapat dicapai melalui diferensiasi produk dan kualitas produk.
Keunggulan nilai sangat dipengaruhi oleh ketepatan panen dan penjadwalan pasokan. Produktivitas didomonasi oleh
remendemen dan tingginya biaya per palm product. Penelitian menggunakan model simulasi dan menggunakan alat bantu
software
stella 4.0.2.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Peran dan kontribusi sub sektor perkebunan sangat besar dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu
sub sektor perkebunan yang terus berkembang di Indonesia baik secara luas areal maupun volume produksi, sumbangan terhadap PDB dan nilai ekspor,
penyerapan tenaga kerja, serta terhadap ketahanan pangan dan lingkungan. Hal ini merupakan nilai strategis yang harus dikelola dengan baik sehingga
akan terus berkembang dan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia. Nilai strategis sub sektor perkebunan akan optimal
bila dilakukan pengelolaan manajemen yang efektif dan efisien. Salah satu bentuk pengelolaan manajemen yang dapat diterapkan adalah MRP. MRP
dapat mengatur aliran barang dari pemasok ke pelanggan dengan baik yang akan meningkatkan kinerja perusahan sehingga tercapai keunggulan bersaing
perusahaan. PTPN VIII Gunung Mas adalah salah satu perusahaan perkebunan di
Indonesia yang menghasilkan komoditas teh. PTPN VIII Gunung Mas selama ini menunjukkan perkembangan yang terus meningkat dan sangat
berkontribusi terhadap perkebunan teh Indonesia. Oleh karena itu, PTPN VIII Gunung Mas harus terus meningkatkan keunggulan bersaingnya.
Keunggulan bersaing dapat dicapai apabila perusahaan memiliki kinerja yang baik. Kinerja perusahaan akan baik apabila ditunjang oleh pengelolaan
perusahaan yang baik pula. Pengelolaan perusahaan mencakup kegiatan dalam rantai pasokan. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan
identifikasi struktur rantai pasokan dengan memperhatikan dua hal utama yaitu, strategi hubungan dengan pemasok dan strategi hubungan dengan
pelanggan. Strategi manajemen pemasok dan pelanggan akan mempengaruhi strategi manajemen rantai pasokan. MRP perusahaan yang efektif dan efisien
akan meningkatkan kinerja perusahaan sehingga secara tidak langsung dapat