Visi PTPN VIII Gunung Mas yaitu menciptakan BUMN perkebunan yang tangguh dalam bidang agribisnis dan agroindustri yang
memuaskan stakeholder customer, pemegang saham, dan karyawan serta berwawasan akan lingkungan.
Misi perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Sebagai Badan Usaha Milik Negara mempunyai Misi :
a. Menghasilkan devisa maupun Rupiah bagi Negara dengan cara seefisien-efisiennya.
b. Memenuhi fungsi sosial, yang diantaranya berupa pemeliharaan penambahan lapangan pekerjaan bagi warga negara Indonesia.
c. Memelihara kekayaan alam berupa pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah, sumber dan tata air serta tanamannya.
2. Agent Of Development Wahana Pembangunan 3. Pengabdian kepada masyarakat pembinaan ekonomi lemah dan
koperasi Dalam hal ini perusahaan telah melaksanakan peningkatan
kesejahteraan tidak hanya terbatas bagi karyawan saja akan tetapi juga masyarakat di sekitarnya, antara lain pengolahan Wisata Agro,
bantuan kepada ekonomi lemah dan koperasi.
4.1.2. Struktur Organisasi
PTPN VIII Gunung Mas dipimpin oleh seorang Administratur yang bertanggung jawab kepada Dewan Direksi PTPN VIII. Sistem yang
digunakan adalah organisasi garis yang membagi kekuasaan di setiap tingkat. Wewenang didelegasikan menjadi suatu tanggung jawab bagi
pelaksana untuk menentukan kebijakan yang tepat sesuai dengan tugas yang dibebankan. Pelaksanaan tugas Administratur sehari-hari dibantu
oleh Sinder yang memimpin setiap bagian di perusahaan. Struktur organisasi PTPN VIII Gunung Mas untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 11.
Keterangan Gambar : Administratur
Sinder Kepala Sinder TUK
Sinder Pabrik Sinder Teknik
Sinder Wisata Agro
Sinder Afdeling Asisten Sinder TUK
Asisten Sinder Pabrik
1 2
3 4
5 6
7
8 9
10 11
12
13
14 15
16 17
18 19
20 21
22 24
23 25
26 27
28 29
30 31
32 36
37 33
34
35 38
39 40
41
42 43
44 45
46 47
48
49 50
51 52
53 54
55 56
Sumber : Bagian TUK PTPN VIII Gunung Mas, 2006
Gambar 11. Struktur Organisasi PTPN VIII Gunung Mas
1. Mandor besar mabes Panen.
29. Mandor Layuan. 2.
Mandor Panen. 30. Mandor Giling.
3. Mabes
Rawat. 31.
Mandor Pengeringan.
4. Mandor
Pestisida 32.
Mabes Kering.
5. Mandor Penyiangan.
33. Mandor Sortasi. 6.
Mandor Pangkas. 34. Mandor Ngepak.
7. Pelaksana.
35. Pelaksana
8. JTU Kepala.
36. JTU Kepala. 9.
JTU Timbang. 37. Pembantu JTU.
10. Petugas Kesehatan.
38. Mabes Bengkel Umum. 11.
JTU Kesehatan. 39. Mandor Bengkel Umum.
12. Petugas Umum.
40. Mandor Listrik. 13.
JTU Sekretaris.
41. Mabes
Bangunan. 14.
JTU Personalia. 42. Mandor Bangunan.
15. Satpam.
43. Mandor
Jalan. 16.
Petugas Tanaman.
44. Pelaksana.
17. JTU Tanaman.
45. JTU Kepala. 18.
Petugas Kas. 46. Pembantu JTU.
19. Petugas Gudang.
47. JTU Kepala. 20.
Pelayan Gudang. 48. Pembantu JTU.
21. Petugas
Tarin. 49.
Retribusi. 22.
JTU TUP. 50. Koordinator Wisata Agro.
23. JTU Tarin.
51. Pengawas Wisma Bungalow. 24.
Operator. 52.
Pengawas tea corner
. 25.
Mabes Tea Bag. 53.
Pengawas PD.
26. Mandor Tea bag.
54. Pengawas
Operasional. 27.
Mabes Basah.
55. Pengawas
cleaning service .
28. Mandor Meber.
56. Pelaksana.
4.2. Identifikasi Rantai Pasokan
Pada umumnya elemen-elemen rantai pasokan tersebut terdiri dari pemasok teh, pabrik pengolahan, distributor perusahaan, perusahaan jasa
distributor independen, dan pelanggan. Model rantai pasokan di PTPN VIII Gunung Mas digambarkan pada Gambar 12.
Gambar 12. Model Rantai Pasokan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor Pemasok bahan baku berupa pucuk teh berasal dari kebun teh yang
terdiri dari tiga daerah penanaman yaitu Gunung Mas I, Gunung Mas II, dan Cikopo Selatan yang dikirim setiap hari. Pucuk teh tersebut masuk ke proses
pengolahan untuk menghasilkan produk jadi, yaitu teh hitam. Teh hitam bubuk yang siap di jual disalurkan oleh distributor perusahaan sendiri untuk
kemudian disalurkan ke dua saluran elemen rantai pasokan. Pertama, produk jadi disalurkan dari distributor perusahaan ke pelanggan lokal. Saluran
elemen rantai pasokan yang kedua yaitu dari distributor perusahaan ke perusahaan jasa distributor independen untuk kemudian disalurkan ke
pelanggan luar negeri. Masing-masing elemen tersebut dijelaskan pada sub bab berikut :
4.2.1. Pemasok Teh
Pemasok yang digunakan PTPN VIII Gunung Mas adalah hanya pemasok bahan baku utama, yaitu pucuk teh. Pucuk teh yang
digunakan oleh PTPN VIII Gunung Mas berasal dari kebun yang dikelola sendiri oleh perusahaan yaitu Gunung Mas I, Gunung Mas II,
dan Cikopo Selatan. Setiap daerah penanaman terdiri dari dua blok, yaitu blok A dan
Blok B. Pembagian blok ini dimaksudkan untuk memudahkan
Gunung Mas I
Gunung Mas II
Cikopo Selatan
Pabrik Pengolahan
Teh Distributor
Perusahaan Pelanggan lokal
Perusahaan Jasa Distributor
Independen Pelanggan
luar negeri Pemasok
Teh
Arus informasi penjadwalan
- Arus bahan baku
- Arus Informasi
pembagian daerah kerja para pemetik dan memudahkan pengawasan oleh mandor terhadap para pemetik pucuk teh. Setiap daerah
penanaman dibawahi oleh satu sinder afdeling dan enam mandor kebun yang terdiri dari dua mandor besar. Setelah pucuk teh dipetik,
para pemetik pucuk teh berkumpul di suatu tempat jalan kendaraan di sekitar kebun untuk mengumpulkan dan menimbang pucuk teh yang
dipetiknya. Pengumpulan dan penimbangan pucuk teh biasanya dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pukul 11.00 dan 14.00 WIB.
Pucuk teh yang telah ditimbang tersebut langsung dibawa ke tempat pelaporan penimbangan oleh kendaraan truk yang dimiliki perusahaan
yang sejumlah empat buah truk. Kemudian pucuk teh tersebut langsung dibawa ke pabrik pengolahan bagian pembeberan dan
pelayuan pucuk. Jumlah pucuk teh yang diperoleh setiap harinya bervariasi.
Jumlah pucuk teh yang diperoleh dalam kondisi yang paling banyak bisa mencapai 20 ton per hari dan paling sedikit hanya mencapai
10 ton per hari. Jumlah pucuk teh yang diperoleh rata-rata sekitar 15 ton per hari. Perusahaan selama ini menetapkan sistem target dalam
mendapatkan pucuk teh yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan pelanggan. Sistem target pucuk teh diperoleh berdasarkan sistem
peramalan, yang dilihat dari dua hal yaitu luas areal kebun yang akan dipetik dan hasil petikan sebelumnya. Perusahaan selama ini selalu
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang dapat dilihat dari kemampuan perusahaan untuk memenuhi Surat Perintah Angkut
SPA dari kantor pusat baik untuk pelanggan lokal atau untuk pelanggan luar negeri.
Kendala yang dihadapi perusahaan selama ini adalah jumlah pucuk teh yang tidak sama jumlahnya setiap harinya dan mutu yang
dihasilkan. Jumlah pucuk teh yang dihasilkan tergantung pada jumlah pemetik dan keahlian pemetik. Jumlah pemetik pucuk teh tidak sama
setiap harinya, karena beberapa orang pemetik teh sakit sehingga mengurangi jumlah pemetik pucuk teh. Kendala ini diatasi dengan