Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut secara kolaboratif

133

6.4.3.2 Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut secara kolaboratif

Pengelolaan KKL Kep. Derawan secara kolaboratif diusulkan sebagai resolusi konflik. Pengelolaan secara kolaborasi adalah bentuk peralihan atau berada di tengah-tengah atau jalan kompromistik antara pengelolaan di bawah kontrol pemerintah dengan pengelolaan di bawah kendali masyarakat. Ada reposisi peran pemerintah, pemerintah merubah perannya dari memegang hirarki tertinggi dalam pengambilan keputusan menjadi peran sebagai fasilitator, koordinator dan pendukung setiap kegiatan pengelolaan. Reposisi peran pemerintah tersebut memerlukan perubahan kelembagaan dalam birokrasi pemerintah. Keunggulan pengelolaan secara kolaborasi mampu menampung banyak kepentingan dan pembagian tanggung jawab serta kewenangan baik pemerintah, masyarakat maupun pengguna sumberdaya lain. Jalinan kerjasama yang dimulai sejak bernegosiasi hingga menentukan kerangka kerja yang tepat tentang kewenangan dan tanggung jawab. Jika pengelolaan KKL Kepulauan Derawan dilaksanakan secara kolaboratif diperlukan jalinan kemitraan dari berbagai stakeholder di tingkat Kabupaten Berau, antara lain : 1. Kabupaten Berau dengan kepentingan : − Memiliki otoritas pengelolaan wilayah laut sejauh 4 mil dari garis pantai menuju laut lepas. − Membangun Kawasan Konservasi Laut untuk melindungi penyu. − Memberi perijinan eksploitasi telur penyu di P. Bilang-Bilang, P. Mataha, P. Sambit, dan P. Balembangan. 2. Dinas Perikanan dan Kelautan dengan kepentingan : − Mendukung pembentukan Kawasan Konservasi Laut. − Mengatur kegiatan perikanan laut. 3. BAPPEDA dengan kepentingan merencanakan pembangunan daerah. 4. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan kepentingan mengurus bidang kepariwisataan dan kebudayaan. 5. BAPEDALDA dengan kepentingan mengurus pengendalian dampak lingkungan. 134 6. Dinas Kehutanan dengan kepentingan mengurus bidang kehutanan. 7. Kecamatan dengan kepentingan mengurus wilayah Kecamatan Derawan. 8. Balai KSDA Kalimantan Timur dengan kepentingan : − Pelaksana kegiatan konservasi di Kabupaten Berau. − Mengurus kegiatan pengelolaan SM Semama dan TWA Sangalaki. 9. Yayasan WWF-Indonesia dengan kepentingan mengembangkan konservasi keanekaragaman hayati di ekoregion Sulu-Sulawesi. 10. The Nature Conservancy TNC perwakilan wilayah Kalimantan Timur dengan kepentingan mengembangkan konservasi berbagai tipe habitat di ekoregion Sulu-Sulawesi. 11. Conservation International CI perwakilan wilayah Kalimantan Timur dengan kepentingan mengembangkan konservasi keanekaragaman hayati dan keserasian kehidupan manusia. 12. Yayasan Mitra Pesisir Perwakilan wilayah Kalimantan Timur dengan kepentingan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. 13. The Turtle Foundation perwakilan wilayah Kalimantan Timur dengan kepentingan melaksanakan konservasi penyu di P. Sangalaki. 14. Yayasan Bestari dengan kepentingan pengelolaan sumberdaya alam secara lestari dan berbasis masyarakat. 15. Yayasan KALBU perwakilan wilayah Kalimantan Timur dengan kepentingan melaksanakan pelestarian penyu. 16. Yayasan KEHATI perwakilan wilayah Kalimantan Timur dengan kepentingan mengembangkan konservasi penyu di P. Sangalaki. 17. Pengusaha hotel dan biro perjalanan wisata Kabupaten Berau dengan kepentingan memfasilitasi pengunjung wisata bahari. 18. Eksportir ikan dengan kepentingan perdagangan ikan nilai ekonomis tinggi ke Hongkong dan Taiwan. Namun demikian pengelolaan secara kolaborasi memerlukan waktu yang panjang karena perlu interaksi yang intensif antara pemerintah dengan para 135 pihak lain sejak konsultasi dalam penjajagan awal, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi hingga evaluasi pengelolaan.

6.4.3.3 Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut berbasis masyarakat