Ancaman Kepunahan Penyu Hijau

24 Gambar 12. Perolehan PAD Kab. Berau dari pengusahaan telur penyu Sumber : Data Kabupaten Berau, 2002 Dalam lima dekade terakhir terjadi penurunan hebat populasi penyu di kepulauan Derawan, diperkirakan mencapai 90 dari jumlah yang bisa ditemukan 50 tahun lalu. Penyebab yang paling dominan adalah pengambilan telur penyu secara sistematis WWF-Wallacea, 2000.

2.4 Ancaman Kepunahan Penyu Hijau

Sebagai ahli ekologi, Wilson berpendapat bahwa secara keseluruhan isu tentang lingkungan yang mutakhir adalah kepunahan spesies Wilson,1980. Harding G.W. 1998 menyatakan bahwa kehidupan suatu spesies tidak berubah selama jutaan tahun. Beberapa spesies yang mengalami proses adaptasi dengan adanya perubahan kecil yang terjadi pada ekosistem. Namun jika perubahan cukup besar dalam waktu pendek maka spesies tidak mampu beradaptasi akan gagal dalam proses reproduksi dan mengalami kepunahan. Kepunahan spesies diartikan sebagai hilangnya suatu spesies dari muka bumi untuk selamanya. Kepunahan secara massal telah terjadi dimana 40 hingga 95 spesies binatang dan tumbuhan telah hilang dari bumi dan setiap tahun diperkirakan 10 hingga 20 spesies telah punah. Wilson 1980 menyatakan bahwa peningkatan kepunahan spesies pada abad ini telah didokumentasikan dan sebagian besar penyebabnya karena aktivitas manusia, kerusakan habitat dan pengenalan spesies baru ke dalam suatu kawasan. Ancaman kepunahan penyu hijau sama seperti yang dialami spesies anggota keluarga penyu laut lainnya. Populasi penyu hijau mengalami penyusutan akibat 25 eksploitasi manusia. Ancaman manusia memberi tekanan pada sepanjang hidup penyu baik ketika masih berwujud telur hingga penyu dewasa. Ackerman 1997 ancaman dari manusia yang paling merugikan adalah pemanen telur penyu dan penangkapan induk penyu secara sengaja di daerah peneluran. Ancaman lain yang bersifat insidentil adalah dampak dari perubahan lingkungan di daratan maupun di laut, penangkapan penyu tidak sengaja by catch, kerusakan habitat, serangan penyakit dan predator, kematian penyu karena teknik penangkapan ikan dengan menggunakan drift netting, shrimp trawling, dynamite fishing, dan long-lining, pembangunan gedung daerah pantai, penambangan pasir dan abrasi pantai. Adanya cahaya lampu di daerah peneluran juga berpengaruh negatif terhadap perilaku bertelur induk penyu Witherington, 1992 dan perjalanan anakan penyu yang baru ditetaskan lebih tertarik pada sumber cahaya daripada bergerak menuju ke laut Witherington dan Bjorndal, 1990. Wabah penyakit tumor Fibropapilloma juga menyerang penyu hijau sebagai akibat dari kerusakan habitat George, 1997. Pencemaran air laut dan pengaruh eksplorasi minyak dan gas di bawah laut telah menyebabkan ancaman yang serius terhadap populasi penyu laut pada umumnya George, 1997. Montimer menyoroti ancaman kepunahan penyu sebagai akibat dari eksploitasi yang dilakukan manusia secara berlebihan. Menurut Montimer 1995, penangkapan induk dan pemanenan telur penyu secara berlebihan dan berlangsung secara terus-menerus selama beberapa dekade berakibat kepunahan populasi penyu. Pada Gambar 13 menunjukkan suatu hipotesis jika manusia mengkonsumsi daging penyu dari semua induk yang akan bertelur di pantai. Situasi ini terdapat di daerah peneluran Pulau Seychelles sebelum tahun 1980. Gambar 13. Penangkapan induk penyu secara berlebihan Montimer, 1995 26 Gambar 14. Akibat dari pemanenan telur penyu Montimer, 1995 Gambar 14 menunjukkan kerusakan populasi penyu hijau jika pemanenan telur dilakukan secara berlebihan pada beberapa wilayah di Asia Tenggara. Menurut Montimer 1995 pada model ini induk penyu diasumsikan memiliki usia produktif 20 hingg 50 tahun, dan rata-rata aktivitas produksi penyu selama 20 tahun Carr, 1987. Proses kehancuran populasi secara bottom up Gambar 13 dan secara top down disajikan pada Gambar 14. Perbedaan keduanya adalah sudut pandang melihat kehancuran suatu populasi jika terjadi eksploitasi berlebihan. Penangkapan induk dan pemanenan telur secara berlebihan akan menyebabkan tidak ada lagi anakan yang ditetaskan. Selanjutnya tidak akan ada lagi anakan yang menjadi induk pada generasi di depan Montimer, 1995.

2.5 Penanganan Ancaman Kepunahan Spesies