116
6.3.2 Keberadaan habitat penyu hijau dalam penentuan batas Kawasan Konservasi Laut KKL
Pada Gambar 8 diketahui bahwa Kepulauan Derawan memiliki nesting area tertinggi di Indonesia yang menerangkan bahwa rata-rata 30 ekor penyu
hijau mendarat di P. Sangalaki untuk bertelur setiap malamnya. Ada dugaan perjalanan migrasi penyu hijau mengikuti arus Termoklim Pasifik Utara dan
terbawa di Kepulauan Derawan.
Gambar 63. Peta bathimetry Kepulauan Derawan
Jika Gambar 63 diperhatikan, ketiga irisan melintang dari arah laut menuju daratan Kalimantan memberi penjelasan bahwa Kepulauan Derawan
merupakan wilayah pendaratan yang ideal setelah mengarungi Lautan Pasifik. Pulau Sangalaki merupakan pulau terdepan dalam menghadang arus Termoklim
Pasifik Utara sehingga paling banyak penyu hijau yang mendarat untuk bertelur. Dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Berau diketahui sebaran tiga
ekosistem di Kepulauan Derawan. Keberadaan ekosistem lamun dan terumbu karang menunjukkan habitat feeding penyu hijau Gambar 64. Adapun habitat
breeding diketahui dari laporan Mahardika 2004 tentang proporsi jumlah penyu Gambar 65 dan laporan Adnyana 2005 tentang proporsi jumlah telur
penyu yang terdapat di Kepulauan Derawan Gambar 66.
117
Gambar 64. Keberadaan ekosistem lamun dan terumbu karang di Kepulauan
Derawan sebagai indikasi dari habitat feeding
Sumber : Dinas Perikanan dan kelautan Kab. Berau
Gambar 65.
Proporsi jumlah penyu di delapan pulau sebagai indikasi dari habitat breeding penyu hijau.
Mahardika, N. 2004
118
Gambar 66. Proporsi jumlah telur di delapan pulau sebagai indikasi
dari habitat breeding penyu hijau.
Adnyana, 2005
Dengan menggunakan GIS Geographic Information Systems dilakukan teknik overlay beberapa informasi tentang habitat feeding dan habitat breeding untuk
mengetahui batas Kawasan Konservasi Laut KKL Kepulauan Derawan Gambar 67.
Batas Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Derawan yang berada di P. Rabu-Rabu, P. Panjang, P. Maratua, P. Balembangan, P. Sambit, P. Bilang-
Bilang, P. Mataha, dan P. Manimbora. Dengan asumsi bahwa keberadaan ekosistem terumbu karang pada perairan dangkal 50 meter dan ekosistem
lamun pada kedalaman 10 meter, maka batas kawasan sejauh ± 100 meter dari garis pantai dari setiap pulau ke arah laut.
119
Gambar 67. Peta Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Derawan Gambar 67. Peta Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Derawan
120
6.3.3 Pendapat pakar sebagai bahan pembanding dalam penentuan prioritas konservasi di Kepulauan Derawan
Pada tanggal 22 Oktober 2003 telah menyelenggarakan workshop yang membahas laporan tentang Perencanaan Konservasi Setempat Site
Conservation Planning di Kepulauan Derawan. Perencanaan Konservasi Setempat yang dibahas merupakan hasil penggunaan metode perencanaan
Kerangka 5-S Systems, Stresses, Sources, Strategies, Success dari pendapat pakar The Nature Conservancy, 2003. Hal yang sama dengan yang dilakukan
oleh peneliti. Perbedaannya terletak pada proses diskusi dimana peneliti melakukan diskusi secara partisipatif dengan masyarakat lokal pengguna
sumberdaya alam, sedang TNC melakukan diskusi dengan para pakar. Antara pendapat pakar dan masyarakat lokal menghasilkan perbedaan yang mendasar
sejak identifikasi sumberdaya penting hingga penentuan perioritas konservasi Tabel 17 dan Tabel 18.
Tabel 17. Identifikasi sumberdaya alam penting dan penentuan tekanan
terhadap sumberdaya alam dari pendapat pakar.
Sumberdaya penting Tekanan terhadap sumberdaya Stress
1. Terumbu karang
Kerusakan terumbu karang 2.
Mangrove Kerusakan mangrove
3. Lamun Kerusakan
lamun 4.
Ekosistem danau air asin Perubahan ekosistem danau air asin
5. Beberapa lokasi pemijahan
Kerusakan lokasi pemijahan 6. Ekosistem pantai Pae di
P. Maratua Kerusakan mangrove
7. Karang Muaras Kerusakan terumbu karang
8. Ikan karang Kerusakan ikan karang
9. Penyu Penurunan populasi penyu
10. Manta ikan pari Penurunan populasi manta
11. Cetacean dugong Penurunan populasi dugong
12. Hammerhead shark hiu kepala martil
Penurunan populasi hiu 13. Ikan Napoleon
Penurunan populasi ikan napoleon 14. Coconut crab kepiting kenari
Penurunan populasi kepiting kenari dan ancaman kepunahan
121
Tabel 18. Identifikasi sumberdaya alam penting dan penentuan tekanan
terhadap sumberdaya alam dari hasil diskusi partisipatif.
Sumberdaya penting Tekanan terhadap sumberdaya Stress
1. Penyu Penurunan jumlah induk penyu yang bertelur
2. Terumbu karang Kerusakan terumbu karang
3. Kerapu Penurunan hasil tangkapan kerapu
4. Kima Penurunan hasil tangkapan kerang kima
5. Ikan Napoleon Penurunan hasil tangkapan napoleon
6. Tripang Lolak, Kima Penurunan tangkapan tripang
7. Udang Lobster Penurunan tangkapan lobster
8. Tengiri Penurunan hasil tangkapan tengiri
9. Kepiting kenari Berkurangnya kepiting kenari
10. Kakap merah Penurunan hasil tangkapan kakap merah
11. Kelapa Penurunan produktivitas kelapa
12. Air tawar Kekurangan air tawar di musim kemarau
13. Tongkol Peningkatan tangkapan ikan tongkol
Keduanya menghasilkan penentuan prioritas konservasi yang berbeda walaupun wilayah perencanaan yang sama pada Gambar 68 dan Gambar 69.
Gambar 68. Peta prioritas konservasi di Kep. Derawan hasil penilaian pakar
Sumber : TNC, 2003
122
Gambar 69. Peta prioritas konservasi di Kepulauan Derawan dari hasil diskusi
secara partisipatif
6.4 Arahan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Derawan