33
2.6.2 Program konservasi penyu di tingkat internasional
Menurut WWF-International, Species Programme 2004, bahwa konservasi penyu laut saat ini telah dilaksanakan pada 44 negara. Latar belakang
permasalahan penyu setiap negara memberi ragam pelaksanaan konservasi yang berbeda-beda Gambar 16.
Gambar 16 . Peta 44 negara yang telah melaksanakan konservasi penyu laut
Sumber : WWF, 2004
WWF 2004 menyatakan permasalahan yang dihadapi dalam upaya konservasi penyu di seluruh dunia, antara lain:
−
Karakteristik siklus hidup penyu menjadi rawan karena kerusakan habitat dan akibat eksploitasi berlebihan;
−
Sifat migrasi yang luar biasa jauhnya yang terkadang melintasi beberapa samudra menyebabkan perhatian yang nyata dari berbagai negara;
−
Keterbatasan sumberdaya dan kemampuan kemauan politik untuk mengelola populasi penyu;
−
Keterbatasan data tentang sejarah kehidupan penyu dan ancaman ketika melaksanakan pengelolaan dan mendiskusikan konservasi penyu;
−
Kekurangan informasi yang dimengerti masyarakat dan pengambil keputusan tentang sifat biologis penyu laut, status konservasi dan
pengelolaan yang diperlukan;
34
−
Kekurangan penghargaan akan nilai penyu saat sekarang dan di masa datang sebagai komunitas pesisir dan ekosistem;
−
Kurangnya koordinasi pemangku kepentingan baik nasional, regional dan lokal;
−
Kurangnya peraturan dan penegakan hukum;
−
Peningkatan penduduk di wilayah pesisir, kemiskinan dan konflik pemanfaatan sumberdaya;
−
Perubahan iklim global. Tujuan konservasi penyu laut dalam WWF-International, Species
Programme 2004 dikelompokkan menjadi empat, antara lain: 1 Mengurangi eksploitasi berlebihan untuk pemanfaatan daging dan bagian-
bagian tubuh lainnya, telur serta pemanfaatan non-konsumsi. Upaya konservasi penyu laut telah dilaksanakan, antara lain:
− Di Pulau Kei Indonesia melalui peningkatan kepedulian dan pendidikan agar masyarakat lokal berpartisipasi dalam konservasi dan
pengaturan penangkapan penyu secara lestari dan peraturan pemerintah. − Di Pulau Ono Fiji dan dan The Great Astrolabe Kadavu dengan
merubah kebiasaan masyarakat tradisional dan non tradisional melakukan perburuan penyu dengan Pembentukan Daerah Perlindungan
Laut Marine Protected Area berbasis masyarakat. − Di Pulau Bali Indonesia dengan melakukan kampanye secara intensif
dan menyebarluaskan pesan konservasi agar masyarakat sadar atau tidak mengkonsumsi daging penyu sebagai keperluan sehari-hari maupun
kepentingan adat keagamaan. − Di Kepulauan Derawan Indonesia dengan menghentikan pemanenan
telur penyu yang dilakukan masyarakat dengan pengaturan pemanenan telur penyu untuk disisihkan sebagai restoking. Penyisihan telur 10
pada tahun 1999 – 2000, meningkat menjadi 20 pada tahun 2001. Pemerintah Daerah pada tahun 2002 melarang eksploitasi telur penyu di
P. Sangalaki. Upaya konservasi lainnya adalah pengembangan wilayah
35
Kepulauan Derawan sebagai Daerah Perlindungan Laut Marine Turtle Santuary Areas.
− Di Fort Dauphin Madagaskar melalui pengembangan alternatif pemanfaatan penyu laut dan peningkatan kelembagaan masyarakat.
− Taman Laut Pulau Mafia Tanzania bekerja sama dengan masyarakat lokal dalam pengelolaan perikanan, penghentian penggunaan alat
tangkap yang merusak serta melaksanakan konservasi penyu laut. Ada wilayah Pulau Mafia yang dijadikan zona no-fishing untuk
mengantisipasi terjadinya penangkapan penyu tidak disengaja by-catch − Di Sine Saloom Senegal melalui penghentian konsumsi daging dan
telur penyu oleh masyarakat lokal dan meningkatkan kepedulian masyarakat.
− Di Lima Bagian Selatan dan Pisco Paracas Peru dengan penghentian konsumsi daging penyu secara ilegal. Konservasi dilaksanakan dengan
penegakan hukum di daratan dan di laut. − Di Jamaica dan Bahama Karibia dengan melakukan dialog dengan
pemerintah untuk mencari alternatif pemanenan penyu laut dengan penelitian pangan dan nilai budaya penyu laut. Upaya konservasi lainnya
adalah penetapan peraturan perlindungan penyu laut di Bahama, Cuba, Republik Dominika, Haiti, Jamaica, Mexico, Puerto Rico, Turki dan
pulau Caicos, Kepulauan British Virgin dan pulau Virgin. Pengembangan Turtugerro sebagai Lembaga Konservasi di wilayah
Karibia telah menunjukkan adanya manfaat ekonomi dari kelangsungan hidup penyu laut dibandingkan jika dilakukan pembantaian penyu laut.
2 Mengurangi penangkapan tidak sengaja by catch dengan bekerja sama dengan nelayan, para pakar dan pemerintah. Upaya konservasi berkaitan
dengan penyu laut dilaksanakan di Australia bagian Utara, The Great Barrier Reef, Orissa India, Mozambique Afrika bagian Timur, Namibia
dan Angola serta Afrika bagian Selatan, Suriname, Guyana, Uruguay, Argentina, Mexico, Ecuador, Italia.
36
3 Pembentukan dan memperkuat wilayah perlindungan Protected Area pada daerah peneluran dan habitat penting penyu laut. Upaya pembentukan
wilayah perlindungan telah dilaksanakan di pulau-pulau penyu kawasan Asia Tenggara seperti di Malaysia, Indonesia dan Filipina yang dikenal
dengan Program Konservasi Tri-National Sea Turtles. Wilayah lainnya pembentukan wilayah perlindungan berada di Viet Nam, The Geat Barrier
Reef Australia, Orissa India, Pulau Solomon, Samoa, Cape Verde, Senegal, Colombia, Turki, Yunani.
4 Melibatkan masyarakat lokal dalam memantau, melindungi dan mengelola penyu laut dan sarangnya telah dilaksanakan di Australia bagian Utara dan
Barat, Malaysia, pulau Cook, Vanuatu, Klunga Kenya Afrika bagian Timur, Brasil, Panama, Spanyol, Turki. Adapun kerja sama antar negara
dilaksanakan di Guyana, Guiana Perancis dan Suriname. Di Indonesia tepatnya di Bali, penyu hijau telah dikonsumsi dalam jumlah yang
sangat besar diperkirakan 20.000 ekor per tahun. Gubernur Propinsi Bali telah menetapkan quota 5.000 ekor per tahun untuk upacara Agama Hindu walaupun
dalam waktu dekat penyu hijau mengalami kepunahan Reuters, 1994 disarikan dalam Nilsson, 2005.
Program konservasi penyu internasional yang dikembangkan di Indonesia, antara lain :
i Program perlindungan habitat penyu laut lintas negara Penandatanganan MoU IOSEA Indian Ocean and South East Asia
Marine Turtle Memorandum of Understanding merupakan bukti dari kemauan negara-negara di dunia untuk melindungi penyu laut. Indonesia
merupakan salah satu negara yang menandatangani MoU bersama 22 negara lain pada 23 Juni 2001. Setiap negara berkomitmen untuk melindungi,
melestarikan, mengembalikan dan memulihkan penyu dan habitatnya atas dasar bukti ilmiah yang terbaik, dan dengan memperhatikan kondisi
lingkungan, sosial-ekonomi dan karakteristik budaya negara penandatangan.
37
ii Perlindungan migratory species Usulan program Indonesias Marine Mammal Management Area dari
The Nature Conservancy pada pertemuan dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Kehutanan, LIPI,
Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Pariwisata, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, WWF, IWF, Proyek
Pesisir, NRM dan CRMP. Pembentukan Kawasan Pengelolaan Habitat Mamalia Laut yang direncanakan di perairan Sawu, Bali, Selat Solor-Alor,
Selat Sape, Selat Lombok dan Laut Maluku. iiiPengelolaan Sulu Sulawesi Marine Ecoregion SSME.
Sulu Sulawesi Marine Ecoregion meliputi wilayah pesisir dan laut yang terletak di antara Sabah Malaysia, Kalimatan Timur Indonesia dan
Pilipina yang mendapat peringkat keempat dalam prioritas global dan peringkat pertama di Asia-Pasifik
DeVantier et al. 2004. Kepulauan
Derawan merupakan salah satu lokasi penting di ekoregion Sulu-Sulawesi. MoU tentang pengelolaan SSME. Penandatangan MoU setingkat menteri
dari negara Malaysia, Pilipina dan Indonesia pada tanggal 13 Februari 2003.
2.7 Kajian Peraturan Perundangan Berkaitan dengan Konservasi Penyu