memiliki biaya penyimpanan per unit yang hubungannya berlawanan dengan biaya pemesanan per unit dikaitkan dengan kuantitas persediaan.
6.3.3 Material Requirement Planning
MRP adalah sistem perencanaan dengan penjadwalan mundur yang menterjemahkan kebutuhan bahan baku dari permintaan produk jadinya,
umumnya sistem informasi ini dibantu dengan fasilitas komputer. Perusahaan dengan skala besar membutuhkan fasilitas pengolaan data
persediaan yang lebih canggih. Sistem penjadwalan mundur ini umumnya sudah banyak diterapkan perusahaan dan sangat efektif dalam perencanaan pengadaan
bahan baku, bila permintaan produk jadinya dapat diprediksi.
6.3.4 JIT dalam proses produksi
JIT bertujuan untuk mengurangi non added value activities dengan membentuk pola proses produksi sehingga meniadakan mengurangi persediaan
bahan setengah jadi. Perusahaan katering dalam skala besar maupun dalan skala kecil dapat
menerapkan konsep ini apabila perancangan pola proses produksinya dapat meniadakan atau mengurangi persediaan bahan setengah jadi. Baik proses
produksi yang didominasi oleh mesin atau tenaga kerja manusia dapat menerapkan sistem ini. Sistem ini sangat membantu perusahan yang bergerak
dalam produk makanan dalam hal ini PT ACS dalam menjaga kualitas mutu makanan yang dihasilkan.
6.3.5 JIT dalam pengadaan bahan baku
Just In Time dalam pengadaan bahan baku memiliki konsep bahwa
pemesanan bahan baku hanya dilakukan pada saat bahan dibutuhkan dan bahan tersebut tiba digudang pada saat akan digunakan.
Konsep ini dapat diterapkan bila harga bahan baku di pasar input relatif stabil dan kontinuitas ketersediaan bahan baku terjamin. Kondisi pemasok dan
pasar input di Indonesia belum memungkinkan penerapan konsep ini di perusahaan-perusahaan manufaktur kasus PT ACS.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Teori dibentuk dan dirumuskan dari pengalaman-pengalaman yang ada. Pengumpulan data dari lapang, diolah, dikelompokkan sesuai dengan karakteristik
variabel-variabelnya, kemudian digenerasikan dan dipaparkan. Ketika teori akan diterapkan kembali ke lapang, hal-hal yang sudah digeneralisasi tadi berhadapan
kembali dengan situasi dan kondisi yang khusus, maka penerapan teori harus selalu diadaptasikan dengan kondisi khusus tersebut. Generalisasi yang dibentuk
oleh teori mempermudah dalam mempelajari dan mengetahui kondisi suatu hal secara umum tetapi tidak dapat langsung diterapkan ke lapang tanpa melalui
modifikasi-modifikasi untuk kondisi khusus. Begitu pula halnya dengan teori- teori manajemen persediaan, yang dirumuskan dari kondisi lapang, tetapi telah
melewati tahap pengelompokan dan generalisasi. Untuk menerapkan kembali teori-teori tersebut di lapang, harus terlebih dahulu diadaptasikan sesuai dengan
kondisi khusus yang ada di perusahaan. Manajemen persediaan PT Aerowisata Catering Service dibangun
berdasarkan kondisi dan permasalahan yang dihadapai perusahaan bottom up bukan hanya berdasarkan teori. Teori yang ada dijadikan garis besar dan panduan
yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Manajemen persediaan yang memberikan hasil optimal dan efektif dalam penerapannya, adalah manajemen
persediaan yang selalu berubah mengikuti perkembangan kondisi eksternal dan