IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Daerah yang dipilih dalam penelitian mengenai pertumbuhan sektor-sektor perekonomian ini adalah Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan
daerah penelitian dilakukan secara purposive sengaja, dengan alasan: 1 Kabupaten Asahan merupakan wilayah penghasil PDRB terbesar kedua di
Propinsi Sumatera Utara setelah Kota Medan, 2 adanya Undang-Undang Otonomi Daerah yang mulai diterapkan di Kabupaten Asahan pada 1 Januari 2000
menyebabkan pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih luas dalam menggali serta mengembangkan potensi sektor-sektor perekonomian yang ada di
wilayah Kabupaten Asahan, sehingga diperlukan analisis Shift Share untuk mengidentifikasi perkembanganpertumbuhan sektor-sektor perekonomian
tersebut, 3 tersedianya data PDRB setiap sektor di wilayah Kabupaten Asahan sebelum diberlakukannya otonomi daerah dan pada masa otonomi daerah, serta
data-data pend ukung lainnya yang relatif cukup lengkap jika dibandingkan dengan Daerah Tingkat II lainnya di Propinsi Sumatera Utara, 4 belum adanya
penelitian yang menganalisis pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Asahan sebelum dan pada masa otonomi daerah.
Pengumpulan dan analisis data serta penulisan hasil penelitian dalam bentuk skripsi dilaksanakan mulai bulan Desember 2005 sampai Pebruari 2006.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan data sekunder. Data sekunder tersebut berupa data PDRB Kabupaten Asahan dan PDRB lima propinsi penghasil PDRB
terbesar di Indonesia tahun 1995-2002 yang disajikan berdasarkan harga konstan tahun 1993 menurut lapangan usaha serta data pendukung lainnya, yang diperoleh
dari dinas-dinas yang terkait dengan penelitian, seperti: Badan Pusat Statistik Pusat dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Asahan serta dinas-dinas yang terkait lainnya yang terdapat di wilayah Kabupaten Asahan.
4.3 Metode Analisis
Analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif diakukan secara deskriptif dari data
yang diperoleh. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dibandingkan secara
relatif dengan sektor-sektor lainnya dan menunjukkan perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya dengan menggunakan analisis
Location Quotient dan Shift Share yang diolah dengan program MS Excel 2000.
4.3.1 Model Ana lisis Shift Share
Model analisis shift share membagi tiga komponen pertumbuhan, yaitu: komponen Pertumbuhan Regional PR, komponen Pertumbuhan Proporsional
PP dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW yang dinyatakan sebagai berikut:
46
Misalkan terdapat m daerahwilayah j=1, 2, 3,...,m dan n sektor ekonomi i=1, 2, 3,...,n maka perubahan tersebut di atas dapat dinyatakan sebagai berikut:
? Y
ij
= PR
ij
+ PP
ij
+ PPW
ij
.........................................................................1 Atau secara rinci dapat dinyatakan sebagai berikut:
Y’
ij
– Y
ij
= ? Y
ij
= Y
ij
R
a
-1 + Y
ij
R
i
-R
a
+ Yij r
i
-R
i
..............................2 dimana:
? Y
ij
= Perubahan dalam produksi sektor i pada wilayah Kabupaten Asahan. Y
ij
= Produksi dari sektor i pada wilayah Kabupaten Asahan pada tahun dasar analisis Tahun 1995 untuk periode Sebelum Otonomi Daerah dan
Tahun 2000 untuk periode Otonomi Daerah . Y’
ij
= Produksi dari sektor i pada wilayah Kabupaten Asahan pada tahun akhir analisis Tahun 1999 untuk periode Sebelum Otonomi Daerah dan
Tahun 2004 untuk periode Otonomi Daerah. Y
i .
=
∑
= m
1 j
ij
Y = Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten dari sektor i pada tahun dasar analisis Tahun 1995 untuk periode Sebelum
Otonomi Daerah dan Tahun 2000 untuk periode Otonomi Daerah. Y’
i .
=
∑
= m
1 j
ij
Y = Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten dari sektor i pada tahun akhir analisis Tahun 1999 untuk periode Sebelum
Otonomi Daerah dan Tahun 2004 untuk periode Otonomi Daerah. Y.. =
∑∑
= =
n i
m j
ij
Y
1 1
= Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Sumatera Utara pada tahun dasar analisis Tahun 1995 untuk periode Sebelum Otonomi
Daerah dan Tahun 2000 untuk periode Otonomi Daerah. 47
Y’.. =
∑∑
= =
n i
m j
ij
Y
1 1
= Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Sumatera Utara pada tahun akhir analisis Tahun 1999 untuk periode Sebelum Otonomi
Daerah dan Tahun 2004 untuk periode Otonomi Daerah. r
i
= Y’
ij
Y
ij
.........................................................................................3 R
i
= Y’
i .
Y
i .
.......................................................................................4 R
a
= Y’.. Y.. .....................................................................................5 r
i
- 1 = persentase perubahan PDRB pada sektor i kabupaten j R
i
- 1 = PR
ij
= Persentase perubahan PDRB yang disebabkan perubahan komponen Pertumbuhan Regional.
R
i
- R
a
= PP
ij
= Persentase perubahan PDRB yang disebabkan perubahan komponen Pertumbuhan Proporsional.
r
i
– R
i
= PPW
ij
= Persentase perubahan PDRB yang disebabkan perubahan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Secara skematis model shift share dapat disajikan dalam gambar di bawah ini:
Gambar 3. Model Analisis Shift Share
Sumber: Budiharsono, 2001
Maju PP+PPW = 0
Komponen Pertumbuhan
Sumatera Utara
Komponen Pertumbuhan
Pangsa Wilayah
Lamban PP+PPW 0
Waktu t Waktu t
1
Komponen Pertumbuhan
Proporsionl Wilayah
Kabupaten Asahan
Sektor ke i Wilayah
Kabupaten Asahan
Sektor ke i
48
Apabila PPij 0, menunjukkan bahwa sektor i pada kabupaten Asahan pertumbuhannya lamban. Sedangkan apabila PPij 0 menujukkan bahwa sektor i
di Kabupaten Asahan pertumbuhannya cepat. Apabila PPWij 0, itu berarti wilayah Kabupaten Asahan mempunyai daya saing yang baik apabila
dibandingkan dengan wilayah lainnya untuk sektor ke i, atau dapat dikatakan bahwa Kabupaten Asahan mempunyai comparative advantage untuk sektor ke i
dibandingkan dengan wilayah lainnya di Propinsi Sumatera Utara. Sehingga pertumbuhan sektor i di Kabupaten Asahan lebih cepat daripada tingkat atasnya.
Sedangkan apabila PPWij 0, dapat diartikan bahwa di Kabupaten Asahan, sektor tersebut tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan
wilayah lainnya, yang mengakibatkan pertumbuhannya lebih lamban daripada tingkat atasnya untuk sektor yang sama.
Penjumlahan dua komponen pertumbuhan wilayah, yaitu komponen Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah dapat digunakan
untuk mengidentifikasi pertumbuhan suatu wilayah atau suatu sektor dalam suatu wilayah. Jumlah antara dua komponen tersebut disebut sebagai Pergeseran Bersih
PB yang dinyatakan sebagai berikut: PB
ij
= PP
ij
+ PPW
ij
PB
j
= PP
j
+ PPW
j
Dimana: PB
ij
= Pergeseran Bersih sektor i pada Kabupaten Asahan PB
j
= Pergeseran Bersih Kabupaten Asahan Apabila PB
ij
= 0, maka pertumbuhan sektor i di Kabupaten Asahan termasuk dalam kelompok progresif maju. Sedangkan apabila PB
ij
0, maka 49
pertumbuhan sektor i di Kabupaten Asahan termasuk lamban. Begitu juga apabila Apabila PB
j
0, maka pertumbuhan wilayah tersebut termasuk dalam kelompok progresif maju. Sedangkan apabila PB
j
0, maka pertumbuhan wilayah tersebut termasuk lamban.
4.3.2 Model Analisis Location Quotient LQ
Model Analisis LQ merupakan perbandingan relatif antara pendapatan relatif suatu sektor dalam suatu daerah dengan total pendapatan relatif sektor yang
sama pada daerah yang lebih luas, dengan formulasi sebagai berikut:
LQ =
N S
Ni Si
dimana: LQ
= besarnya kuosien lokasi sektor i Si
= PDRB dari sektor i Kabupaten Asahan S
= PDRB total Kabupaten Asahan Ni
= PDRB dari sektor i pada tingkat yang lebih luas Propinsi Sumatera Utara
N = PDRB total pada wilayah yang lebih luas
Propinsi Propinsi Sumatera Utara Jika LQ 1, maka sektor tersebut termasuk kedalam sektor basis, yang
berarti bahwa sektor tersebut memiliki peran yang penting bagi perekonomian Kabupaten Asahan dibandingkan daerah atasnya Propinsi Sumatera Utara.
Selain itu nilai LQ yang lebih besar dari satu memperlihatkan bahwa sektor tersebut mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. Namun apabila nilai LQ
1, berarti sektor tersebut termasuk dalam sektor non basis, yang berarti produksi 50
sektor tersebut hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Asahan.
4.4 Definisi Operasional
1. Otonomi Daerah : Hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur
rumah tangganya sendir berdasarkan kepada asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
3
2. Daerah Otonom diartikan sebagai kesatuan masyarakat, hukum dan
mempunyai batas-batas wilayah tertentu, serta berhak, berwenang, berkewajiban mengatur, mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan
negara kesatuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4
3. Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah pusat
daerah atas kepada pemerintah daerah daerah tingkat bawah dan menjadi urusan rumah tangga pemerintah daerah tersebut
4. Pembangunan adalah semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menuju ke arah perbaikan Irawan dan
Suparmoko, 1987 5.
Keunggulan Komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah Tarigan,
2004. Keunggulan komparatif suatu daerah dapat berupa kondisi alam, yaitu sesuatu yang sudah dimiliki daerah tersebut misalnya: lahan yang subur,
kandungan mineral dan tambang, pemandangan alam yang indah dan potensi
3
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004
51
alam lainnya. Selain itu dapat juga berupa wilayah yang dekat dengan pasar, daerah yang merupakan konsentrasisentra dari suatu kegiatan tertentu dan
daerah aglomerasi. Keunggulan komparatif juga dapat terjadi karena usaha- usaha manusia, misalnya: masyarakat yang menguasai teknologi atau
keterampilan khusus, kebijakan pemerintah dan mentalitas masyarakat. 6.
Produk Domestik Regional Bruto PDRB berdasarkan harga konstan merupakan output yang dihasilkan dari seluruh sektor perekonomian daerah,
output tersebut dihitung dengan cara mengalikan kuantitas barang yang dihasilkan dengan harga per unitnya berdasarkan harga konstan tahun 1993.
Output ini dapat berupa barang atau jasa BPS, 2005. 52
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5.1. Keadaan Fisik Daerah
Asahan merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Asahan berada pada
2 03’00’’ – 3
26’00’’ Lintang Utara, 99 1 – 100
00 Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 1.000 meter di atas permukaan laut, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut: Utara
: Berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai ± 28,5 Km Selatan
: Berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Labuhan Batu ± 70 Km dan Kabupaten Toba Samosir ± 146 Km
Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Simalungun ± 124 Km
Timur : Berbatasan dengan Selat Malaka ± 102 Km
Kabupaten Asahan menempati area seluas 462.441 Ha dengan berbagai macam penggunaan lahan. Penggunaan lahan untuk perkebunan memiliki areal
terluas yaitu 211.085,01 ha terdiri dari perkebunan besar seluas 128,938,01 dan perkebunan rakyat 82.147 ha. Sedangkan untuk penggunaan tanaman
panganhortikultura seluas 64.457 ha. Hal ini terjadi akibat adanya sebagian masyarakat mengkonversi lahan tanaman panganhortikultura menjadi tanaman
perkebunan sawit, karet dan coklat. Secara rinci luas areal menurut penggunaan lahan adalah sebagai berikut: Pemukiman seluas 31.360,99 ha; Industri seluas
3.217,46 ha; Sawah Irigasi Teknis 54.10 ha; Sawah non Irigasi seluas 1.343 ha; Tanah keringTegalan seluas 13.63,26 ha; Kebun campuran seluas 135.422,47;