Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Asahan

3. Sektor Pendidikan dan Kebudayaan

Sebelum otonomi daerah sistem pendidikan masih mengacu pada kurikulum yang berasal dari pusat melalui pencanangan Wajib Belajar 9 Tahun serta berbagai upaya perbaikan fasilitas- fasilitas pendidikan. Kebijakan ini diarahkan terutama bagi kecamatan di Kabupaten Asahan yang memiliki jumlah penduduk yang besar seperti Kecamatan Kisaran yang merupakan ibukota Kabupaten Asahan.

5.5 Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Asahan

Secara umum pelaksanaan otonomi daerah diatur dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua undang- undang ini menetapkan bahwa pelaksanaan efektifnya paling lambat dilakukan pada bulan Mei 2001 atau dua tahun sejak diundangkan. Kemudian ketetapan MPR No. IVMPR2000 merekomendasikan bahwa: a bagi daerah yang sanggup melaksanakan otonomi daerah secara penuh tuntas dapat segera memulai pelaksanaannya terhitung 1 Januari 2000 yang tercermin dalam APBN dan APBD, sedangkan bagi daerah yang belum mempunyai kesanggupan penuh dapat memulainya secara bertahap. Mulai 1 Januari 2000 Kabupaten Asahan melaksanakan otonomi daerah secara bertahap karena masih diperlukan persiapan-persiapan baik itu berupa rumusan kewenangan yang nantinya akan diterapkan di Kabupaten Asahan. Sejauh ini pemerintah Kabupaten Asahan tela h menetap berbagai kebijakan yang terkait dengan pengembangan sektoral dalam rangka otonomi daerah, seperti pada 70 sektor pertanian, industri pengolahan, sektor ketenagakerjaan dan sektor pendidikan. Kebijakan Sektoral Kabupaten Asahan Pada Masa Otonomi Daerah Dikeluarkannya UU No 22. Tahun 1999 membawa perubahan bagi Kabupaten Asahan dalam penetapan kebijakan sektoral. Kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah untuk mengatur pemerintahan daerahnya sendiri membuat pemerintah Kabupaten Asahan berupaya untuk mengelola dan menggali potensi daerah yang dimiliki serta membuat beberapa kebijakan terkait dengan upaya pengelolaan tersebut. Kebijakan sektoral tersebut meliputi: sektor pertanian, sektor industri perindustrian dan perdagangan, sektor ketenagkerjaan, sektor pendidikan, sektor pariwisata, dan sektor keuangan.

1. Sektor Pertanian

Pada masa otonomi daerah, pemerintah kabupaten Asahan lebih tertuju pada pembangunan sektor perkebunan dan Industri Pengolahan salah satunya dengan melakukan rehabilitasi dan peremajaan Perkebunan rakyat. Kebijakan tersebut terkait dengan kondisi geografis Kabupaten Asahan yang sangat mendukung dalam pengembangan sektor perkebunan terutama komoditas kelapa, kelapa sawit dan karet yang merupakan komoditas ekspor. Tidak kurang dari 41 perusahaan perkebunan besar milik pemerintah, swasta dan swasta asing menguasai lahan 149.981 hektar dan perkebunan rakyat sebesar 66.474 hektar. Hasil perkebunan kelapa dan kelapa sawit ini tidak sebatas diambil buahnya saja, tetapi lidinya pun mampu menembus pasar ekspor. Pada tahun 2000, Kabupaten 71 Asahan mengekspor Lidi kelapa dengan volume 2.850 Ton senilai 1,9 milyar ke Pakistan. Tabel 10. Kebijakan Pemerintah Pada Produk Kelapa Sawit 2000-2001 Tanggal Surat Keputusan Hal 12 September 2000 SK Menteri Keuangan No. 387KMK0172000 Penurunan Pajak Ekspor CPO menjadi 5 9 Februari 2001 SK Menteri Keuangan No. 66KMK0172001 Penurunan Pajak Ekspor CPO menjadi 3 Untuk sub sektor perikanan dan kelautan, Kabupaten Asahan yang merupakan daerah pesisir berupaya mengembangkan kegiatan perikanan dan kelautan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir dan nelayan, dengan cara: 1 Meningkatkan pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan dengan program yang berpihak kepada masyarakat pesisir dan nelayan, 2 Peningkatan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan dalam rangka mengembangkan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja, peningkatan devisa melalui ekspor hasil perikanan dan peningkatan PAD, 3 Peningkatan pengawasan dan pengendalian dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan pesisir dan lautan serta pulau-pulau kecil, 4 Peningkatan sistem pelayanan melalui pengembangan fasilitas, saranaprasarana di wilayah pesisir dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan produk kelautan, 5 Peningkatan hasil perikanan darat melalui penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan. Dalam pengembangan sub sektor peternakan, pemerintah Kabupaten Asahan berupaya meningkatkan populasi, produksi, produktivitas, kualitas dan efisiensi dengan mewujudkan peternakan ya ng berorientasi Agribisnis dan proses pengolahan produksi peternakan berbasis peternakan. 72

2. Sektor Perindustrian dan Perdagangan

Seiring dengan tumbuh pesatnya pembangunan di bidang pertanian khususnya perkebunan, Kabupaten Asahan berupaya untuk menjadi sebuah daerah yang berwawasan agroindsutri terutama yang berskala besar. Tidak kurang dari 23 industri besar saat ini beroperasi di kabupaten Asahan. Pemerintah Kabupaten Asahan memberi keleluasaan kepada para investor untuk melakukan investasi. Selain itu pemerintah Kabupaten Asahan juga memperoleh pendapatan asli daerah berupa iuran. Selain itu pemerintah Kabupaten Asahan melakukan peningkatan kualitas dan hasil produksi agro industri dan industri lainnya yang didukung oleh sistem perdagangan yang kondusif sehingga kegiatan ini mendapat nilai tambah yang lebih tinggi, dengan cara: 1 Menerapkan standarisasi dan memanfaatkan teknologi yang sesuai dan tepat yang didukung sistem pelayanan pemerintahan yang prima, 2 Pengembangan kemitraan antar pelaku ekonomi dalam kegiatan produksi dan pemasaran, 3 Menyediakan informasi peluang usaha, jaringan sistem informasi teknologi dan meningkatkan nilai tambah teknologi dari berbagai industri sesuai dengan karakteristik sumberdaya lokal dan struktural industri kecil, menengah dan koperasi daerah.

3. Sektor Ketenagakerjaan

Distorsi aktivitas ekonomi di masa otonomi daerah ini juga terjadi karena perda mengenai ketenagakerjaan. Bila di tingkat nasional, isu ketenagakerjaan terfokus pada masalah upah minimum, PHK pemutusan hubungan kerja dan pesangon, maupun pegawai outsourcing; dari data yang dimiliki KPPOD 38 perda ketenagakerjaan dari berbagai daerah, di tingkat daerah masalah 73 ketenagakerjaan yang diatur dalam perda umumnya terkait dengan isu kebijakan untuk penggunaan tenaga kerja lokal, ‘perlindungan tenaga kerja’, upah minimum daerah, dan pungutan USD100orangbulan atas tenaga kerja asing.

4. Sektor Pendidikan

Kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan berupa penambahan jumlah pegawai negeri yang berdampak pada berkurangnya jumlah alokasi dana untuk sektor-sektor lainnya. Selain itu dilakukan pembinaan pendidikan tingkat pertama dan tingkat atas, sekolah teknik dan kejuruan, meliputi perbaikan gedung dan peralatan, penambahan dan pentaran guru serta pembinaan perguruan tinggi.

5. Sektor Pariwisata

Mengembangkan kegiatan pariwisata dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan melalui kerjasama dengan kecamatan di kabupaten Asahan dalam melakukan promosi juga melakukan rehabilitasi dan pemeliharaan terhadap objek-objek wisata serta meningkatkan rasa keamanan, Mendorong pembangunan prasarana dan sarana dasar pendukung kawasan wisata.

6. Sektor Keuangan

Meningkatkan investasi dalam dan luar negeri dalam rangka mengembangkan sektor riil dan peningkatan pertumbuhan ekonomi, dengan berupaya: 1 Bekerjasama dengan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Asahan dalam melaksanakan promosi dan berupaya memberikan kemudahan pelayanan kepada para investor, 2 Penciptaan iklim kondusif bagi para calon investor melalui Peraturan Daerah, peningkatan kualitas hubungan antar lembaga dan sebagainya. 74

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN