Otonomi Daerah di Kabupaten dan Kota Teori Basis Ekonomi

Tabel 8. Perbedaan Sumber Dana Perimbangan Keuangan Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah Persen Jenis Pengeluaran UU No. 51974 UU No. 251999 Pusat Prop Kab Kota Pusat Prop KabupatenKota Semua Kab Kota Penghasil Kab Kota lain I. Bagian Daerah 1. PBB 10 16.2 64.8 10 16.2 64.8 2. BPHTB 20 16 64 20 16 64 3. IHH 55 30 15 20 16 32 32 4. IHPH 30 70 20 16 64 5. Royalti emas dan batubara 20 16 64 20 16 32 32 6. Land Rent 20 16 64 20 16 64 7. Royalti Migas a. Minyak Bumi 100 85 3 6 6 b. Gas Alam 100 70 6 12 12 8. Agraria 40 40 20 100 9. Royalti Perikanan 20 80 II. Dana Alokasi Umum 75 25 22.5 III. Dana Alokasi Khusus Sumber: UU No. 5 Tahun 1974 dan UU No. 25 Tahun 1974

2.6 Otonomi Daerah di Kabupaten dan Kota

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Pasal 4 menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi dibentuk dan disusun Daerah Propinsi, Daerah kabupaten, dan Daerah Kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prkarsa sendir berdasarkan aspirasi masyarakat dan daerah masing- masing berdiri send ir dan tidak mempunyai hubungan hirearkhi satu sama lain. Dalam Pasal 6 dinyatakan bahwa daerah yang tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah dapat dihapus atau digabung dengan daerah lain sesuai dengan Peraturan Pemerintah. 27

2.7 Teori Basis Ekonomi

Teori basis memisahkan sektor-sektor ekonomi ke dalam basis dan non basis. Sektor basis merupakan kagiatan masyarakat yang hasil- hasilnya baik berupa barang maupun jasa dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan luar daerah. Sedangkan sektor non basis merupakan sektor yang hasilnya hanya untuk mencukupi kebutuhan masyarakat setempat. Menurut Kartono 1986, pertumbuhan sektor basis akan menimbulkan dan menetukan pertumbuhan secara keseluruhan, sedangkan kegiatan sektor non basis merupakan akibat dari pertumbuhan sektor basis. Hal ini disebabkan karena sektor basis memberikan dua sumbangan terhadap perekonomian daerah, baik langsung maupun tidak langsung. Sumbangan langsung diantaranya; 1 kenaikan ekspor akan menyebabkan kenaikan barang-barang mengimpor modal yang penting dalam pembangunan daerah, 2 pengembangan ekspor berarti pengalokasian dana kepada sektor yang efisien untuk dapat bersaing dengan daerah lain, 3 kegiatan ekspor akan memperluas pasar produk dalam negeri dan memungkinkan untuk memperluas skala sektor yang bersangkutan, 4 karena harus bersaing maka kegiatan sektor tersebut harus dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi kegiatan. Sumbangan tidak langsung terhadap perekonomian daerah diantaranya: 1 kenaikan kegiatan sektor basis akan dapat meningkatkan pendapatan baik dari dalam maupun luar daerah, 2 pengembangan kegiatan basis akan memudahkan masuknya inovasi dalam teknologi, pemasaran dan keahlian usahawan, 3 adanya peningkatan jumlah dan variasi barang yang dikonsumsi. Sehingga kedua sektor tersebut akan menimbulkan dampak terhadap perekonomian daerah secara keseluruhan. 28 Menurut Glasson 1977, basis ekonomi merupakan pendekatan yang dapat menerangkan pertumbuhan regional suatu daerah, untuk menganalisis struktur daerah dan untuk mengetahui peranan suatu sektor terhadap perekonomian daerah. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam menentukan sektor basis adalah metode Location Quotient LQ sedangkan Richardson 1977 menyatakan bahwa teknik LQ adalah teknik yang lazim digunakan dalam studi basis empirik.

2.8 Model Analisis Shift Share