Kebijakan Sektoral Kabupaten Asahan Sebelum Otonomi Daerah

sampai batas waktu yang telah ditentukan maka akan dilakukan pelelangan. Nilai pelelangan yang terjadi pada tahun 2004 mencapai 105,6 juta rupiah, sedangkan di Perum Pegadaian cabang Labuhan Ruku kredit yang disalurkan sebesar 4,461 milliar rupiah. 9. Sektor Jasa-Jasa. Sektor jasa-jasa memberikan kontribusi terbesar ke empat dari sembilan sektor yang terdapat di Kabupaten Asahan meskipun mengalami penurunan yaitu sebesar 3,64 persen pada tahun 2003 menjadi 3,49 persen tahun 2004. Dalam sektor jasa-jasa, jasa pemerintahan memberikan kontribusi yang terbesar yaitu sebesar. Pada tahun 2003 jasa pemerintahan mampu memberikan kontribusi bagi PDRB untuk sektor jasa-jasa sebesar 2,13 persen akan tetapi berdasarkan angka sementara yang diperoleh pemerintah Kabupaten Asahan, jasa pemerintahan mengalami penurunan menjadi 2,05 tahun 2004.

5.4 Kebijakan Sektoral Kabupaten Asahan Sebelum Otonomi Daerah

Kebijakan sektoral yang dilakukan Kabupaten Asaha n mengarah pada penge mbangan dan peningkatan kualitas dan kemampuan sumber daya manusia di Kabupaten Asahan. Terdapat beberapa kebijakan sektoral yang terdapat di Kabupaten Asahan sebelum otonomi daerah yang meliputi: sektor pertanian, industri dan perdagangan, pendidikan dan kebudayan dan ketenaga kerjaan. 1. Sektor Pertanian Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, kebijakan sektoral yang diambil didasarkan pada kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Kebijakan tersebut meliputi program peningkatan kemampuan sektor pertanian 68 yang atas ketahanan pangan, peningkatan poduktivitas sub sektor perkebunan sebagai andalan terutama komoditas kelapa sawit dan karet. Akan tetapi selama kurun waktu 1995-1999 terdapat beberapa Kebijakan Pemerintah yang berupa Surat Keputusan Menteri yang mengakibatkan penerimaan dari produksi perkebunan terutama kelapa sawit mengalami pasang surut. Kebijakan Pemerintah pada Produk Kelapa Sawit selama kurun waktu sebelum otonomi daerah dalam Riadsyah 2004 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Kebijakan Pemerintah Pada Produk Kelapa Sawit 1994-1999 Tanggal Surat Keputusan Hal 31 Agustus 1994 SK Menteri Keuangan No. 439KMK0171994 Penetapan Pajak Ekspor CPO 4 Juli 1997 SK Menteri Keuangan No. 622KMK0171997 Penurunan Pajak Ekspor CPO dan Produk turunannnya dari sekitar 10-12 menjadi 2-5 persen secara advelorem 17 Desember 1997 SK Menteri Keuangan No. 622KMK0171997 Penetapan Pajak Ekspor Tambahan PET sebesar 40-70 berdasarkan harga ekspor dan harga dasar 19 Desember 1997 SK Memperindag No. 456MPPKEP121997 Penetapan AlokasiKuota 80 dari produksi untuk pasokan dalam negeri 24 Desember 1997 SK Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 420DJPDNXI97 Pelarangan Ekspor 7 Juli 1998 SK Menteri Keuangan No. 334KMK0711998 Kenaikan PE CPO: 40 menjadi 60. Pelarangan Ekspor Swait Produksi PTPN 29 Januari 1999 SK Menteri Keuangan No. 30KMK0011999 Penurunan PE CPO dari 60 menjadi 40 3 Juni 1999 SK Menteri Keuangan No. 189KMK.061999 Penurunan PE CPO dari 40 menjadi 30 2 Juli 1999 SK Menteri Keuangan No. 360KMK.061999 Penurunan PE CPO dari 30 menjadi 10

2. Sektor Industri dan Perdagangan

Pemerintah Kabupaten Asahan lebih mefokuskan program pengembangan sektor industri pengolahan yang berbasis pada hasil perkebunan serta adanya upaya pengembangan sektor usaha kecil dan menengah dan koperasi berupa pemberian bantuan berupa modal usaha bagi koperasi yang dinyatakan layak. 69

3. Sektor Pendidikan dan Kebudayaan

Sebelum otonomi daerah sistem pendidikan masih mengacu pada kurikulum yang berasal dari pusat melalui pencanangan Wajib Belajar 9 Tahun serta berbagai upaya perbaikan fasilitas- fasilitas pendidikan. Kebijakan ini diarahkan terutama bagi kecamatan di Kabupaten Asahan yang memiliki jumlah penduduk yang besar seperti Kecamatan Kisaran yang merupakan ibukota Kabupaten Asahan.

5.5 Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Asahan