wilayah lain pada sektor yang sama. Sehingga nilai PB pada kuadran ini selalu bernilai negatif, yang memperlihatkan bahwa sektor-sektor tersebut termasuk
dalam kelompok yang pertumbuhannya lamban. d. Kuadran IV menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian pada suatu
wilayah memiliki pertumbuhan yang lamban. Namun sektor tersebut memiliki daya dukung wilayah dibandingkan wilayah lain untuk sektor yang sama.
Sehingga potensial untuk dikembangkan. Pada kuadran ini sama halnya dengan Kuadran II nilai PB dapat bernilai positif atau negatif, tergantung dari
selisih nilai PP dan PPW. e. Pada Kuadran II dan IV terdapat garis diagonal yang memotong kedua
kuadran tersebut, yang merupakan garis PB = 0. bagian atas garis diagonal mengindikasikan bahwa suatu sektor termasuk dalam kelompok sektor yang
pertumbuhannya progresif, sedangkan bila berada di bawah garis berarti sektor tersebut termasuk kelompok yang pertumbuhannya lamban.
3.1.2 Analisis Location Quotient LQ
Dalam pelaksanaan pembangunan suatu wilayah, pengembangan basis ekonomi wilayah, terutama kabupatenkota seiring sangat penting dengan
berjalannya otonomi daerah, agar dapat meningkatkan dan menunjang aktivitas pereonomian daerah. Penentuan sektor basis ini berguna untuk menentukan sektor
apa saja yang bisa dijadikan prioritas dalam pembangunan serta kegiatan basis suatu daerah.
Alat analisis yang biasa digunakan untuk mengetahui suatu sektor merupakan basis atau non basis adalah metode Location QuotientLQ. Metode
ini membandingkan kemampuan suatu sektor dalam daerah analisis dengan sektor 39
yang sama yang ada di daerah yang lebih luas atasnya. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah:
1. Penduduk di wilayah analisis ini mempunyai pola permintaan yang sama
dengan pola permintaan penduduk daerah atasnya. 2.
Permintaan wilayah akan suatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, sedangkan kekurangannya adiimpor dari luar daerah.
Berdasarkan asumsi tersebut diatas menyebabkan adanya kekurangan dari model analisis ini. Menurut Glasson kelemahan teori ini diantaranya:
1. Adanya perubahan lokasi harus disesuaikan dengan basis dan non basis.
2. Perubahan arus pemasukan modal seperti investasi pemerintah pusat kepada
daerah yang bersangkutan dapat mengurangi peranan dari ekspor sektor basis. 3.
Kebocoran wilayah berupa tabungan, pajak dan impor konsumsi langsung akan dapat mengurangi peranan sektor basis.
4. Pertumbuhan wilayah dapat terjadi tidak hanya karena pengaruh ekspor,
tetapi dapat juga karena adanya investasi secara besar-besaran oleh pemerintah pusat, migrasi, substitusi impor dan peningkatan efisiensi sektor
non basis. Walaupun memiliki kekurangan dan keterbatasan seperti tersebut diatas,
teori basis ekonoi tetap relevan dalam analisis dan perencanaan regional, karena dapat menjelaskan struktur ekonomi suatu daerah yang diakibatkan oleh kegiatan
basis. Selain itu teori ini memiliki konsep yang sederhana, mudah diterapkan. 40
3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual