Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Asahan Pada Masa Otonomi Daerah 2000-2004

pendapatan daerah. Hal tersebut yang menjadikan Kabupaten Asahan sebagai sentra perkebunan terutama untuk komoditas karet, kelapa sawit dan coklat. Sektor pertanian sebagai sektor yang memiliki nilai PPW yang terbesar memberikan kontribusi sebesar Rp 195,87 milyar terhadap PDRB Kabupaten Asahan. Sektor yang memiliki nilai PPW yang negatif adalah sektor penggalian dan sektor listrik dan air bersih. Nilai negatif tersebut menunjukkan bahwa kedua sektor tersebut tidak didukung oleh kemampuan untuk bersaing dengan wilayah lain yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Sedangkan untuk masalah air, sebagian besar masyarakat di Kabupaten Asahan masih menggunakan air sumur, air sungai dan air hujan untuk memenuhi berbagai keperluan rumah tangga. Sehingga permintaan terhadap air PDAM tidak begitu besar.

6.2.2 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Asahan Pada Masa Otonomi Daerah 2000-2004

Pada masa otonomi daerah, semua sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Asahan memiliki nilai yang positif PR 0, karena pertumbuhan Propinsi Sumatera Utara mengalami tingkat pertumbuhan yang positif 18,85 persen. Berdasarkan komponen pertumbuhan regional, sektor-sektor penyusun PDRB Kabupaten Asahan mengalami pertumbuhan yang positif, yang berarti menambah nilai riil yang diberikan setiap sektor perekonomian terhadap PDRB Kabupaten Asahan. Jika diurutkan berdasarkan sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Asahan, maka sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar baik sebelum otonomi daerah maupun pada masa otonomi daerah. Sedangkan sektor industri pengolahan menempati urutan ke dua yang kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran di posisi 93 ketiga. Jika diurutkan berdasarkan sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Asahan, masing- masing sektor tersebut memberikan sumbangan sebesar Rp 235,15 milyar, Rp 199,06 milyar, dan Rp 77,17 milyar. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ketiga sektor tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan dan kondisi perekonomian regional. Sedangkan sektor perekonomian yang memberikan sumbangan yang terkecil adalah sektor listrik dan air bersih, yaitu sebesar Rp 1,37 milyar, yang berarti bahwa sektor ini tidak terlalu dipengaruhi oleh kebijakan dan kondisi perekonomian regional. Tabel 16. Komponen Pertumbuhan Regional Kabupaten Asahan Pada Masa Otonomi Daerah Periode 2000-2004 Juta Rupiah No Lapangan Usaha Komponen Pertumbuhan Regional PR i Persen 1 Pertanian 235145.93 18.85 2 Penggalian 1519.10 18.85 3 Industri Pengolahan 199061.11 18.85 4 Listrik dan Air Bersih 1371.88 18.85 5 Bangunan 14708.16 18.85 6 Perdagangan Hotel Dan Restoran 77172.69 18.85 7 Pengangkutan Dan Komunikasi 21676.68 18.85 8 Keuangan, Persewahan Jasa Perusahaan 12702.72 18.85 9 Jasa-Jasa 22321.57 18.85 Total 585679.85 18.85 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2005 dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, 2005 diolah Dibanding masa sebelum otonomi daerah, pada masa otonomi daerah jumlah sektor yang mempunyai nilai komponen pertumbuhan proporsional negatif PP 0 semakin berkurang. Sebelum otonomi daerah terdapat enam sektor yang memiliki nilai pertumbuhan proporsional yang negatif seperti: Sektor penggalian, industri pengolahan, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewahan dan jasa perusahaan. Sedangkan pada masa otonomi daerah justru sektor pertanian yang memiliki nilai 94 pertumbuhan proporsional yang negatif yang besar, ditambah dua sektor lainnya yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor keuangan dan jasa persewaan perusahaan. Berdasarkan nilai pertumbuhan proporsional yang negatif, maka kontribusi yang diberikan oleh semua sektor yang ada di Kabupaten Asahan tersebut mengalami penurunan sebesar Rp 40,84 milyar Tabel 17. Hal itu menunjukkan bahwa sektor pertanian sangat mempengaruhi perekonomian Kabupaten Asahan. Sedangkan sektor-sektor perekonomian yang memiliki pertumbuhan proporsional yang positif PP 0 terdiri dari 6 sektor, yaitu sektor: penggalian, industri pengolahan, listrik dan air bersih, bangunan, pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa. Dari enam sektor tersebut, terdapat empat sektor yang sebelum otonomi daerah mempunyai nilai pertumbuhan proprsional yang negatif, pada masa otonomi daerah mampu mengalami pertumbuhan sehingga kontribusi yang diberikan sektor-sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Asahan semakin meningkat. Keempat sektor itu adalah: sektor penggalian, industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi, serta sektor bangunan. Hal itu disebabkan tingkat pertumbuhan keempat sektor tersebut berada diatas tingkat pertumbuhan Propinsi Sumatera Utara, yang dapat dilihat dari selisih antara nilai Ra dan Ri, atau persentase nilai pertumbuhan proporsional berikut. 95 Tabel 17. Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Asahan Pada Masa Otonomi Daerah Periode 2000-2004 Juta Rupiah No Lapangan Usaha Komponen Pertumbuhan Proporsional PP Persen 1 Pertanian -94026.22 -7.54 2 Penggalian 906.26 11.25 3 Industri Pengolahan 1384.10 0.13 4 Listrik Gas Dan Air Bersih 961.23 13.21 5 Bangunan 8957.43 11.48 6 Perdagangan Hotel Dan Restoran -5962.09 -1.46 7 Pengangkutan Dan Komunikasi 74508.03 64.81 8 Keuangan, Persewahan Jasa Perusahaan -41739.62 -61.95 9 Jasa-Jasa 14172.42 11.97 10 Total -40838.45 -1.31 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2005 dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, 2005 diolah Pada Masa otonomi daerah, komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW di Kabupaten Asahan ternyata tidak lebih baik dibandingkan masa sebelum otonomi daerah 1995-1999. Jumlah sektor yang mempunyai nilai PPW yang negatif menjadi tiga sektor yaitu sektor penggalian, pengangkutan dan komunikasi dan jasa-jasa Tabel 17 dari yang sebelumnya hanya dua sektor yaitu sektor penggalian dan sektor listrik dan air bersih. Nilai pertumbuhan pangsa wilayah yang negatif tersebut menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan baik bila dibandingkan wilayah lain yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Menurunnya daya saing sektor penggalian wilayah di Kabupaten Asahan, disebabkan sektor penggalian itu sendiri bukanlah merupakan sektor andalan, baik sebelum otonomi daerah maupun pada masa otonomi daerah. Sedangkan untuk sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa, menurunnya kontribusi yang diberikan, salah satunya adalah kondisi jalan di Kabupaten Asahan pada tahun 2004 masih memerlukan perhatian yang serius, walaupun sudah terjadi perbaikan di beberapa ruas jalan tetapi sebagian besar jalan di Asahan 71,19 96 persen kondisinya masih rusak dan rusak berat baik jalan kabupaten maupun jalan negara. Sedangkan untuk sektor komunikasi dan jasa-jasa, pada tahun 2004 terdapat 19 kantor pos pembantu dan sudah tidak ada lagi rumah pos jumlah. Penurunan jumlah ini dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan alasan efisiensi. Tabel 18. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Asahan Pada Masa Otonomi Daerah Periode 2000-2004 Juta Rupiah No Lapangan Usaha Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW Persen 1 Pertanian 123599.26 9.91 2 Penggalian -849.71 -10.55 3 Industri Pengolahan 118894.76 11.26 4 Listrik Gas Dan Air Bersih 1696.02 23.31 5 Bangunan 8179.80 10.49 6 Perdagangan Hotel Dan Restoran 9414.64 2.30 7 Pengangkutan Dan Komunikasi -76110.33 -66.20 8 Keuangan, Persewahan Jasa Perusahaan 47481.64 70.48 9 Jasa-Jasa -20128.08 -17.00 10 Total 171.339.54 5.52 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2005 dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, 2005 diolah Penurunan kontribusi yang diberikan ketiga sektor tersebut terhadap PDRB Kabupaten Asahan, menunjukkan adanya ketidakmampuan wilayah dalam mendukung perkembangan sektor-sektor tersebut. Penurunan terbesar terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 76,11 milyar -66,20 persen. Sedangkan sektor keuangan dan jasa persewaan mengalami peningkatan sebesar 70,48 persen atau sebesar Rp 47,48 milyar. Akan tetapi meskipun sumbangan yang diberikan oleh sektor keuangan dan jasa persewaan ini mengalami peningkatan, nilai riil pertumbuhan pangsa wilayah yang terbesar masih diberikan oleh sektor pertanian yaitu sebesar Rp 123,59 milyar. 97 6.3 Profil Pertumbuhan PDRB dan Pergeseran Bersih Kabupaten Asahan Sebelum Otonomi Daerah 1995-1999 dan Pada Masa Otonomi Daerah 1999-2004 6.3.1 Profil Pertumbuhan PDRB dan Pergeseran Bersih Kabupaten Asahan Sebelum Otonomi Daerah 1995-1999 Cara yang efektif untuk mengevaluasi pertumbuhan PDRB selama tahun analisis adalah dengan cara mengekspresikan persen pertumbuhan proporsional PP dan persen perumbuhan pangsa wilayah PPW kedalam sumbu vertikal dan horizontal Budiharsono, 2001. Persentase PP diletakkan pada sumbu horizontal sebagai absis sedangkan PPW diletakkan pada sumbu vertikal sebagai ordinat, seperti yang terlihat pada gambar berikut. Gambar 4. Profil Pertumbuhan PDRB Kabupaten Asahan Tahun 1995-1999 Gambar 4 diatas, memperlihatkan bahwa pada periode 1995-1999 sebelum otonomi daerah sektor-sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Asahan tersebar ke dalam 4 kuadran. Sektor yang berada di kuadran I terdiri atas sektor: pertanian dan jasa-jasa. Sektor-sektor yang terdapat dalam kuadran I mempunyai nilai komponen pertumbuhan proporsional PP dan komponen 98 pertumbuhan pangsa wilayah PPW yang positif pula. Itu berarti bahwa kedua sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dan mempunyai daya saing wilayah yang lebih baik dibanding wilayah lain di Propinsi Sumatera Utara. Untuk sektor yang sama. Nilai PP dan PPW yang positif menyebabkan nilai pergeseran bersih PB untuk sektor pertanian dan jasa-jasa bernilai positif PB 0. Hal tersebut berarti bahwa sektor pertanian dan jasa-jasa termasuk kedalam sektor yang pertumbuhannya progresif maju. Sedangkan kuadran II hanya ditempati oleh satu sektor saja yaitu sektor listrik dan air bersih. Itu berarti bahwa sektor listrik dan air bersih yang terdapat di wilayah Kabupaten Asahan memiliki pertumbuhan yang cepat, tetapi pertumbuhan sektor tersebut tidak didukung oleh daya dukung wilayah sehingga sektor tersebut kurang mampu bersaing dengan wilayah lain. Pada kuadran II ini, nilai PP maupun PPW sektor listrik dan air bersih bernilai positif sehingga menghasilkan nilai pergeseran bersih yang positif PB0, maka sektor ini dapat dikelompokkan kedalam sektor yang pertumbuhannya progresif maju. Seperti halnya kuadran II, kuadran III hanya ditempati oleh satu sektor saja yaitu sektor penggalian, yang artinya bahwa sektor penggalian yang terdapat di Kabupaten Asahan memiliki pertumbuhan yang lamban dan tidak mampu bersaing dengan wilayah lain untuk sektor yang sama. Oleh karena nilai PP maupun PPW pada sektor ini bernilai negatif maka nilai pergeseran bersih PB yang dihasilkan akan bernilai negatif pula PB 0. Nilai PB yang negatif memperlihatkan bahwa sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor perekonomian yang pertumbuhannya lamban. 99 Kuadran IV ditempati oleh sektor industri pengolahan, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewahan dan jasa perusahaan. Sektor-sektor yang berada di kuadran IV menginterpretasikan bahwa sektor-sektor ekono mi tersebut memiliki pertumbuhan yang lamban PP 0, tetapi masih mempunyai daya saing wilayah yang baik untuk sektor yang sama si wilayah Propinsi Sumatera Utara PPW 0. Kemampuan untuk bersaing yang dimiliki sektor-sektor perekonomian yang berada di kuadran IV membuat sektor tersebut masih potensial untuk dikembangkan karena didukung oleh keunggulan komparatif. Semua sektor yang terdapat di kuadran IV memiliki nilai pergeseran bersih yang positif PB 0. Itu artinya semua sektor-sektor pada kuadran IV tersebut termasuk kedalam sektor perekonomian yang pertumbuhannya progresif maju. Secara keseluruhan, Kabupaten Asahan memiliki nilai PP yang positif PP.j 0 dan juga memiliki nilai PPW yang positif PPW.j 0 sehingga Kabupaten Asahan termasuk kedalam kuadran I. Sehingga secara keseluruhan dapat diketahui bahwa sektor-sektor perekonomian Kabupaten Asahan sebelum otonomi daerah 1995-1999 memiliki pertumbuhan yang cepat dan mampu bersaing dengan wilayah lain yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Jika dilihat berdasarkan nilai pergeseran bersih yang positif PB 0, maka Kabupaten Asahan termasuk kedalam kelompok wilayah yang mempunyai pertumbuhan progresif maju. 6.3.2 Profil Pertumbuhan PDRB dan Pergeseran Bersih Kabupaten Asahan Pada Masa Otonomi Daerah 2000-2004 Pada masa otonomi daerah, sektor-sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Asahan hanya tersebar dalam tiga kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, 100 dan kuadran IV Gambar 5. Sektor-sektor yang berada di kuadran I adalah sektor bangunan, industri pengolahan dan sektor listrik dan air bersih. Sektor-sektor yang terdapat dalam kuadran I memiliki nilai komponen pertumbuhan proporsional PP dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW yang positif juga. Hal ini dapat diartikan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dan mempunyai daya saing wilayah yang lebih baik untuk sektor yang sama dibanding wilayah lain yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara. Dengan demikian nilai pergeseran bersih PB untuk sektor yang berada di kuadran I adalah positif PB 0, yang mengandung arti bahwa sektor bangunan, industri pengolahan dan sektor listrik dan air bersih termasuk kedalam kelompok sektor yang pertumbuhannya progresif maju. Gambar 5. Profil Pertumbuhan PDRB Kabupaten Asahan 2000-2004 Sektor yang termasuk dalam kuadran II adalah sektor jasa-jasa dan sektor penggalian, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Kuadran ini 101 menggambarkan bahwa ketiga sektor tersebut mempunyai pertumbuhan yang lamban PP 0, akan tetapi masih mempunyai daya saing wilayah yang lebih baik dari Propinsi Sumatera Utara. PPW 0. Kemampuan untuk berdaya saing inilah yang membuat sektor-sektor tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan, karena didukung oleh keunggulan komparatif. Akan tetapi pada masa otonomi daerah 2000-2004 nilai pergeseran bersih yang terdapat pada sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan dan komunikasi adalah negatif, yang berati kedua sektor tersebut termasuk kedalam kelompok sektor yang pertumbuhannya lamban. Sedangkan sektor penggalian memiliki nilai pergeseran bersih sebesar nol yang mengindikasikan bahwa sektor penggalian termasuk kedalam kelompok sektor yang pertumbuannya progresif maju akan tetapi jika sektor ini tidak mendapat perhatian yang lebih baik, maka nilai pergeseran bersih sektor ini menjadi negatif. Pada masa otonomi daerah, tidak terdapat satupun sektor yang berada di kuadran III. Hal ini berarti bahwa pada masa otonomi daerah tidak terdapat lagi sektor yang memiliki pertumbuhan yang “lamban dan tidak mampu bersaing dengan wilayah lain” di Propinsi Sumatera Utara untuk sektor yang sama. Sedangkan sektor-sektor yang termasuk kedalam kuadran IV adalah sektor pertanian, keuangan dan jasa persewaan, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Kuadran IV ini menggambarkan bahwa sektor-sektor perekonomian dalam kuadran ini mengalami pertumbuhan yang lamban PPi 0, akan tetapi sektor ini masih mempunyai daya saing wilayah yang lebih baik dibadningkan dengan wilayah lain di Propinsi Sumatera Utara untuk sektor yang sama PPWi 0. Dengan melihat nilai pergeseran bersih yang dihasilkan, maka sektor-sektor 102 tersebut termasuk dalam kelompok sektor yang mempunyai pertumbuhan progresif, karena nilai daya dukung PPW sektor tersebut lebih baik dibandingkan nilai pertumbuhan proporsionalnya PP. Berdasarkan hasil analisis dari pengolahan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa sektor-sektor perekonomian Kabupaten Asahan secara keseluruhan mengalami pertumbuhan yang masih progresif. Selain itu sektor- sektor perkonomian kabupaten Asahan secara umum didukung oleh daya dukung wilayah PPW.j 0. Dengan melihat nilai pergeseran bersih total yang positif PB.j 0, ini berarti bahwa pada masa otonomi daerah, Kabupaten Asahan termasuk kabupaten yang mengalami laju pertumbuhan yang progresif . Angka tersebut merupakan total penjumlahan dari kedua komponen pertumbuhan wilayah. 6.4 Identifikasi Sektor Basis di Kabupaten Asahan Sebelum Otonomi Daerah 1995-1999 dan Pada Masa Otonomi Daerah 2000-2004