Pembangunan Daerah TINJAUAN PUSTAKA

dan kemampuan perekonomian di dalam negeri. Keinginan dan prakarsa pembangunan harus muncul dari warga negara itu sendiri. Kekuatan yang berasal dari luar seyogyanya hanya dijadikan sebagai kekuatan pendorong bagi pembangunan. Kekuatan luar tersebut hanya bersifat membantu dan tidak bisa dijadikan kekuatan utama dalam pelaksanaan pembangunan.

2.3 Pembangunan Daerah

Dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat serta mendayagunakan potensi daerah secara optimal dan terpadu sesuai dengan persoalan yang berkenaan dengan pembangunan ekonomi dan kebutuhan masyarakat maka pembangunan daerah sangat penting untuk dilaksanakan. Secara mendasar, konsep pembangunan daerah mengandung prinsip pelaksanaan kebijaksanaan desentralisasi dalam kerangka peningkatan pelaksanaan pembangunan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional yang bertumpu pada Trilogi Pembangunan, yaitu pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas Soegijoko, 1997. Sehingga pembangunan daerah merupakan upaya pemerataan pembangunan melalui berbagai kegiatan sektoral secara terpadu, karena adanya perbedaan kepentingan, permasalahan, ciri dan karakteristik dari masing- masing daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dan penjabaran dari pembangunan nasional. Oleh karena itu pembangunan daerah perlu diarahkan untuk lebih mengembangkan dan menyelaraskan laju pertumbuhan antar daerah, dengan memperhatikan daerah terbelakang, padat dan jarang penduduk, daerah 18 transmigrasi, daerah terpencil, dan daerah miskin. Sehingga dapat mengurangi dan tidak menimbulkan kesenjangan pembangunan antar daerah. Arsyad 1999 mengemukakan bahwa secara regionaldaerah, pembangunan daerah merupakan suatu proses dimana masyarakat mengelola sumberdaya yang dimiliki serta membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan swasta untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Tujuan pembangunan wilayah seharusnya diarahkan untuk mencapai pertumbuhan growth, pemerataan equity dan keberlanjutan sustainability. a. Pertumbuhan growth Pertumbuhan ditentukan sampai dimana kelangkaan sumberdaya yang terdiri atas sumberdaya manusia, peralatan dan sumberdaya alam dapat dialokasikan secara maksimal dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan yang produktif. Semakin tinggi tingkat sumberdaya yang dicerminkan dari penguasaan teknologi, maka semakin tinggi pula kemampuan mengelola sumberdaya alam yang tersedia untuk mencapai tingkat pertumbuhan. b. Pemerataan equtiy Pengaturan atau pengalokasian manfaat dari hasil- hasil pembangunan harus adil dan merata, sehingga setiap anggota masyarakat yang terlibat akan memperoleh pembangunan yang adil dalam menikmati hasil- hasil pembangunan. c. Keberlanjutan sustainability Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah memberikan arahan terhadap pembangunan daerah dan pengelolaannya oleh 19 pemerintah daerah serta memiliki kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri dan aspirasi masyarakat lokal. Penerapan otonomi daerah berhubungan erat dengan pembangunan ekonomi daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteran dan mengurangi perbedaan tingkat kemampuan suatu daerah diantaranya, dapat memenuhi kebutuhan pokok masyarakat secara merata, memberikan kesempatan memperoleh pendidikan dan memperole h kesempatan kerja serta pemerataan pembagian pendapatan melalui pemanfaatan sumber-sumber pembangunan yang dimiliki Anwar dan Hadi, 1996 dalam Restuningsih, 2004. Pelaksanaan pembangunan tidak selalu berhasil dan mencapai tujuan yang diharapkan, sehingga laju pertumbuhan pembangunan tidak merata di seluruh wilayah. Menurut Hanafiah 1982, keadaan ini menyebabkan adanya pengelompokan wilayah berdasarkan perkembangannya, yaitu: 1. Wilayah yang terlalu maju; terutama di kota-kota besar dimana terdapat batas pertumbuhan atau polarisasi, umumnya dalam menghadapi masalah diseconomic of scale. Industri- industri maju di kota tersebut akan mundur kembali disebabkan oleh diseconomic of scale, seperti masalah manajemen, kenaikan biaya produksi dan sebagainya. Manfaat aglomerasi juga dapat berkurang akibat meningkatnya biaya fasilitas pelayanan umum, kenaikan gaji dan upah, kenaikan harga bahan baku dan energi serta ongkos sosial seperti: pencemaran suara, udara dan air. Jika keadaan tersebut akan diatasi dan tetap dipertahankan maka akan memerlukan 20 biaya yang tinggi, yang akan dibebankan kepada kegiatan ekonomi di tempat lain. 2. Wilayah netral; yang dicirkan dengan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi, tidak ada kesesakan dan tekanan ongkos sosial. Wilayah ini merupakan kota satelit bagi wilayah yang terlalu maju. 3. Wilayah sedang; merupakan wilayah dengan ciri-ciri campuran, pola distribusi pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif baik, merupakan gambaran kombinasi antara daerah maju dan kurang maju, yang memiliki pengangguran dan kelompok miskin. 4. Wilayah kurang berkembang; merupakan wilayah yang tingkat pertumbuhannya jauh dibawah tingkat pertumbuhan nasional dan tidak ada tanda-tanda untuk dapat mengejar pertumbuhan dan pembangunan nasional. 5. Wilayah tidak berkembang; merupakan wilayah tidak maju atau wilayah miskin, yaitu wilayah yang tidak akan pernah dapat mengembangkan industri modern dalam berbagai skala serta ditandai dengan daerah pertanian yang usahataninya subsistem dan berskala kecil.

2.4 Perbandingan Teori Pertumbuhan dan Teori Pembangunan