daerah, sektor penggalian juga mengalami hal yang sama yaitu memiliki pertumbuhan yang paling rendah dari 9 sektor-sektor perekonomian penyusun
PDRB Kabupaten Asahan. Akan tetapi untuk masa otonomi daerah, sektor penggalian menunjukkan adanya perbaikan. Sektor yang merupakan satu-satunya
sektor yang mempunyai laju pertumbuhan yang negatif selama kurun waktu lima tahun 1995-1999 ini mengalami pertumbuhan PDRB pada masa otonomi daerah
2000-2004. Selama kurun waktu tersebut, sektor ini mengalami perubahan menjadi 0,05 persen dari total pertumbuhan PDRB Kabupaten Asahan selama
kurun waktu lima tahun. Tahun 2000 sektor ini mampu memberikan kontribusi sebesar 0,26 persen atau sebesar Rp 8,06 milyar. Sedangkan pada tahun 2004
sektor ini mengalami peningkatan kontribusi secara riil bagi PDRB kabupaten Asahan menjadi Rp 9,63 milyar, meskipun dalam hal persentase, sektor ini
mengalami penur unan sebesar 0,01 persen menjadi 0,25 persen dari total PDRB Kabupaten Asahan.
6.2 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Asahan
Sebelum Otonomi Daerah 1995-1999 dan Pada Masa Otonomi Daerah 2000-2004
6.2.1 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Asahan Sebelum Otonomi Daerah 1995-1999
Dalam analisis komponen pertumbuhan wilayah terdapat tiga komponen yang mempengaruhi pertumbuhan daerah yang dianalisis, yaitu komponen
Pertumbuhan Regional PR, komponen Pertumbuhan Proporsional PP, dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW.
88
Tabel 13. Komponen Pertumbuhan Regional Kabupaten Asahan Sebelum Otonomi Daerah Periode 1995-1999 Juta Rupiah
No Lapangan Usaha
Komponen Pertumbuhan Regional
PRi persentase
1 Pertanian 53.428,80
6,85 2 Penggalian
659,10 6,85
3 Industri Pengolahan 62.722,50
6,85 4 Listrik Gas Dan Air Bersih
335,47 6,85
5 Bangunan 4.406,83
6,85 6 Perdagangan Hotel Dan Restoran
20.028,81 6,85
7 Pengangkutan Dan Komunikasi 5.842,02
6,85 8 Keuangan, Persewahan Dan Jasa Perusahaan
3.530,50 6,85
9 Jasa-Jasa 6.058,68
6,85 Total
157.012,71 6,85
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2000 dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, 2000 diolah
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa komponen pertumbuhan
regional semua sektor PRi Kabupaten Asahan memiliki nilai yang positif. Hal ini terkait dengan tingkat pertumbuhan di Propinsi Sumatera Utara, yaitu
mengalami laju pertumbuhan yang positif sebesar 6,85 persen, yang dapat dilihat dari persentase komponen pertumbuhan regional. Jika laju pertumbuhan di
Kabupaten Asahan sama dengan pertumbuhan di Propinsi Sumatera Utara, maka perubahan kontribusi setiap sektor di Kabupaten Asahan dapat dilihat dari nilai
riil pertumbuhan regional PR pada setiap sektor. Dari nilai yang terdapat pada Tabel 13, terlihat bahwa setiap sektor
perekonomian mengalami kontribusi yang semakin meningkat. Peningkatan terbesar terjadi pada sektor industri pengolahan yaitu sebesar Rp 62,72 milyar.
Hal ini berarti bahwa sektor ini tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan kebijakan regional maupun kondisi perekonomian secara umum.
Berdasarkan Tabel 13 juga dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan Kabupaten Asahan jauh lebih baik dari tingkat pertumbuhan di Propinsi Sumatera
Utara. Hal ini dapat dilihat dari persentase Pertumbuhan Regional PR yang 89
merupakan persentase pertumbuhan Propinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 6,85 persen. Sedangkan pertumbuhan di Kabupaten Asahan dapat dilihat dari
persentase perubahan PDRB yaitu sebesar 27,68 persen Tabel 11.
Tabel 14. Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Asahan Sebelum Otonomi Daerah Periode 1995-1999 Juta Rupiah
No Lapangan Usaha
Komponen Pertumbuhan Proporsional PPi
Persentase
1 Pertanian 163.633,01
20,98 2 Penggalian
-1.548,43 -16,09
3 Industri Pengolahan -112.861,91
-12,33 4 Listrik dan Air Bersih
3.226,76 65,89
5 Bangunan -1.736,36
-02,70 6 Perdagangan Hotel dan Restoran
-27.377,35 -09,36
7 Pengangkutan dan Komunikasi -5.643,55
-06,62 8
Keuangan, Persewahan dan Jasa Perusahaan
-4.626,99 -08,98
9 Jasa-Jasa 1.248,65
01,41
Total 14.313,83
00,62
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2000 dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, 2000 diolah
Pengaruh pertumbuhan proporsional terhadap pertumbuhan Kabupaten Asahan dapat dilihat pada Tabel 14. Bila nilai PP suatu sektor positif PPi 0,
maka sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dan mempunyai daya saing yang lebih baik jika dibandingkan dengan sektor lain yang nilai
pertumbuhan proporsionalnya negatif. Sebelum otonomi daerah, berdasarkan nilai pertumbuhan proporsional PP, di Kabupaten Asahan terdapat enam sektor yang
laju pertumbuhannya lebih lamban dibanding laju pertumbuhan sektor lainnya. Keenam sektor tersebut antara lain: sektor penggalian, industri pengolahan,
bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewahan dan jasa-jasa. Hal tersebut dikarenakan keenam
sektor tersebut mempunyai daya saing yang kurang baik bila dibanding dengan daya saing sektor-sektor lain dalam perekonomian. Kondisi tersebut dapat dilihat
dari nilai kontribusi sektor PP yang negatif. Nilai negatif tersebut memperlihatkan 90
bahwa kontribusi yang diberikan keenam sektor tersebut mengalami penurunan. Penurunan tersebut yaitu sebesar Rp 1,55 milyar untuk sektor penggalian, Rp
112,.86 milyar untuk sektor industri pengolahan, Rp 1,74 milyar untuk sektor bangunan, Rp 27,38 milyar untuk sektor perdagangan hotel dan restoran, Rp 5,64
milyar untuk sektor pengangkutan dan komunikasi dan, Rp 4,63 milyar untuk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Tiga sektor lainnya mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dan mmiliki daya saing yang lebih baik dari ketiga sektor tersebut diatas. Menurut
nilai PP sektor yang memiliki daya saing yang paling baik adalah sektor listrik dan air bersih, sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya kenaikan kontribusi yang diberikan, yaitu sebesar 65,89 persen, 20,98 persen, dan 1,41 persen. Namun bila dilihat dari nilai riil yang diberikan terhadap
PDRB, sumbangan yang paling besar diberikan oleh sektor pertanian sebesar Rp 0,16 milyar, sektor listrik dan air bersih Rp 3,27 milyar, dan sektor jasa-jasa
sebesar Rp 1,25 milyar. Kondisi ini terjadi karena komponen pertumbuhan proporsional sangat tidak dipengaruhi oleh jumlah permintaan produk akhir,
sehingga jika permintaan produk akhirnya tinggi maka kemungkinan besar nilai riil yang disumbangkan akan tinggi juga.
91
Tabel 15. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Asahan Sebelum Otonomi Daerah Periode 1995-1999 Juta Rupiah
No Lapangan Usaha
Komponen Pertumbuhan PangsaWilayah PPW
PPW i
persentase
1 Pertanian 195.869,97
25,11 2 Penggalian
-1.453,31 -15,10
3 Industri Pengolahan 131.489,57
14,36 4 Listrik dan Air Bersih
-1.877,74 -38,34
5 Bangunan 3.182,43
04,95 6 Perdagangan Hotel dan Restoran
89.240,89 30,52
7 Pengangkutan dan Komunikasi 18.313,39
21,47 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
12.022,19 23,33
9 Jasa-Jasa 16.266,82
18,39 Total
463.054,21 20,20
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2000 dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, 2000 diolah
Komponen pertumbuhan yang ketiga adalah komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW. Komponen PPW dapat memperlihatkan kemampuan
suatu wilayah dalam mendukung pengembangan sektor-sektor dalam perekonomian, dibanding dengan wilayah lain Propinsi Sumatera Utara. Suatu
wilayah mempunyai daya saing wilayah terhadap sektor i bila nilai PPWnya positif PPW0. Berdasarkan Tabel 15, sebelum otonomi daerah, hampir semua
sektor di Kabupaten Asahan mempunyai nilai PPW yang positif, kecuali sektor penggalian, listrik dan air bersih. Sektor-sektor perekonomian yang bernilai
positif berarti bahwa pengembangan semua sektor tersebut didukung oleh kemampuan untuk bersaing dengan wilayah lain yang ada di Propinsi Sumatera
Utara. Selain itu hal tersebut juga menunjukkan bahwa Kabupaten Asahan mempunyai keunggulan komparatif yang mendukung pengembangan sektor-
sektor tersebut. Keunggulan komparatif yang dimiliki Kabupaten Asahan, antara lain: kondisi alam terutama daya dukungnya terhadap sektor pertanian, sehingga
menyebabkan pertanian di Kabupaten Asahan terutama tanaman perkebunan mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam dan luar daerah yang dapat menambah
92
pendapatan daerah. Hal tersebut yang menjadikan Kabupaten Asahan sebagai sentra perkebunan terutama untuk komoditas karet, kelapa sawit dan coklat.
Sektor pertanian sebagai sektor yang memiliki nilai PPW yang terbesar memberikan kontribusi sebesar Rp 195,87 milyar terhadap PDRB Kabupaten
Asahan. Sektor yang memiliki nilai PPW yang negatif adalah sektor penggalian
dan sektor listrik dan air bersih. Nilai negatif tersebut menunjukkan bahwa kedua sektor tersebut tidak didukung oleh kemampuan untuk bersaing dengan wilayah
lain yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Sedangkan untuk masalah air, sebagian besar masyarakat di Kabupaten Asahan masih menggunakan air sumur, air sungai
dan air hujan untuk memenuhi berbagai keperluan rumah tangga. Sehingga permintaan terhadap air PDAM tidak begitu besar.
6.2.2 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Asahan Pada Masa Otonomi Daerah 2000-2004