dengan berkurangnya usaha pembangunan dan perluasan yang dilakukan oleh pemerintah, seperti perluasan jalan, pembuatan jembatan dan lain- lain.
Posisi ke delapan ditempati oleh sektor listrik dan air bersih. Selama kurun waktu lima tahun 1995-1999 sektor ini mengalami peningkatan kontribusi
terhadap PDRB Kabupaten Asahan sebesar 0,07 persen. Tahun 1995 sektor listrik da air bersih mampu memberikan kontribusi sebesar Rp 4,89 milyar 0,21 persen
dan pada tahun 1999 meningkat menjadi Rp 6,58 milyar atau mengalami peningkatan sebesar 0,01 persen menjadi 0,22 persen.
Sedangkan posisi terakhir ditempati oleh sektor penggalian yang merupakan satu-satunya sektor yang mempunyai laju pertumbuhan yang negatif
selama kurun waktu lima tahun 1995-1999. Perubahan PDRB yang terjadi untuk sektor penggalian selama kurun waktu tersebut adalah sebesar -0,10 persen.
Tahun 1995 sektor ini mampu memberikan kontribusi sebesar 0,42 persen atau sebesar Rp 9,62 milyar. Sedangkan pada tahun 1999 sektor ini justru mengalami
penurunan baik dalam hal persentase kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Asahan maupun nilai riil yang diberikan. Sektor ini hanya mampu memberikan
kontribusi sebesar 0,25 persen atau sebesar Rp 7,28 milyar.
6.1.2 Analisis PDRB Kabupaten Asahan dan PDRB Sumatera Utara Pada Masa Otonomi Daerah 1995-1999
Pada masa otonomi daerah 2000-2004, Kabupaten Asahan mengalami pertumbuhan sektor-sektor perekonomian yang cenderung meningkat dan secara
umum nilai PDRB yang dihasilkan selama kurun waktu tersebut juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 besarnya nilai riil PDRB
Kabupaten Asahan atas harga konstan adalah sebesar Rp 3,11 trilyun dan sebesar Rp 3,86 trilyun pada tahun 2004, sehingga selama kurun waktu lima tahun terjadi
81
peningkatan pertumbuhan PDRB sebesar Rp 757,02 milyar yaitu sekitar 24,37 persen. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Peningkatan pertumbuhan
yang terjadi selama kurun waktu tersebut dikarenakan secara umum semua sektor dalam penyusun PDRB Kabupaten Asahan mengalami peningkatan. Akan tetapi
meskipun secara umum semua sektor mengalami peningkatan, terdapat sub sektor yang justru mengalami laju pertumbuhan yang negatif yaitu sub sektor tanaman
bahan makanan sebesar negatif 0,42 persen sehingga sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Asahan berkurang sebesar Rp 12,96 milyar. Selain itu
masih terdapat sub sektor yang mengalami penurunan yaitu sub sektor hotel. Sub sektor hotel memiliki laju pertumbuhan PDRB yang negatif yaitu sebesar negatif
0,01 persen. Meskipun persentase penurunan yang diberikan termasuk kecil, hal ini justru menyebabkan berkurangnya kontribusi yang diberikan sektor
perdagangan hotel dan restoran sebesar Rp 280,10 milyar. Dalam kurun waktu 2000-2004 kontribusi yang diberikan Kabupaten Asahan terhadap PDRB
Sumatera Utara adalah sebesar 13,07 persen tahun 2000 dan pada tahun 2004 menjadi 13,68 persen Lampiran 13. Peningkatan kontribusi tersebut terjadi
karena pertumbuhan di Kabupaten Asahan dalam periode 2000-2004 masih lebih baik dari pertumbuhan propinsi yang hanya mencapai 1,84 pada tahun 2004
Lampiran 11. Peningkatan kontribusi Kabupaten Asahan disebabkan oleh peningkatan kontribusi setiap sektor perekonomian, terutama sektor industri
pengolahan dan sektor pertanian. Baik sebelum otonomi daerah, kedua sektor tersebut masih memberikan kontribusi terbesar untuk sektor yang sama terhadap
PDRB Propinsi Sumatera utara. Pada tahun 1999 sektor industri pengolahan mampu memberikan kontribusi sebesar 20,00 persen dari total industri
82
pengolahan di Propinsi Sumatera Utara dan sektor pertanian sebesar 16,37 persen dari total pertanian di Propinsi Sumatera Utara. Sedangkan tahun 2004, kontribusi
yang diberikan sektor industri pengolahan meningkat menjadi 22,40 persen sedangkan sektor pertanian mampu memberikan kontribusi sebesar 17,83 persen.
Tabel 12. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Asahan Pada Masa Otonomi Daerah Periode 2000-2004 Juta Rupiah
No Lapangan Usaha
Masa Otonomi daerah Perubahan PDRB
2000 persen
2004 persen
2000-2004 persen
1 Pertanian 1.247.181,72
40,15 1.511.900,69 39,13
264. 718,97 8,52
2 Penggalian 8.057,11
0,26 9.632,76
0,25 1.575,65
0,05 3 Industri Pengolahan
1.055.792,81 33,99 1.375.132,78
35,59 319. 339,97
10,28 4 Listrik Gas Dan Air Bersih
7.276,27 0,23
11.305,40 0,29
4.029,13 0,13
5 Bangunan 78.010,08
2,51 109. 855,47
2,84 31.845,39
1,03 6
Perdagangan, Hotel Dan Restoran
409. 313,37 13,18
489. 938,61 12,68
80.625,24 2,60
7 Pengangkutan Dan
Komunikasi 114. 970,16
3,70 135. 044,55
3,50 20.074,39
0,65 8
Keuangan, Persewahan Dan Jasa Perusahaan
67.373,48 2,17
85.818,22 2,22
18.444,74 0,59
9 Jasa-Jasa 118. 390,52
3,81 134. 756,43
3,49 16.365,91
0,53 PDRB TANPA MIGAS
3.106.365,52 100, 00 3.863.384,91
100, 00 757. 019,39
24,37 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2005 diolah
Jika dilihat secara sektoral pada Tabel 12, maka perubahan pertumbuhan PDRB tertinggi ditempati oleh sektor industri pengolahan yang tumbuh sebesar
10,28 persen. Laju pertumbuhan yang tinggi tersebut didukung oleh tingginya tingkat investasi terhadap agroindustri yang terdapat di Asahan Lampiran 19.
Pertumbuhan yang tinggi dari sektor industri pengolahan tersebut juga diiringi semakin meningkatnya kontribusi yang diberikan terhadap PDRB Kabupaten
Asahan. Pada tahun 2000 kontribusi yang diberikan sebesar 33,99 persen atau secara riil nilainya Rp 1,06 trilyun dan pada tahun 2004 meningkat menjadi Rp
1,38 trilyun 35,59 persen, atau selama kurun waktu lima tahun telah mengalami peningkatan sebesar 10,28 persen. Persentase tersebut merupakan kontribusi
terbesar dari sektor yang terdapat di Kabupaten Asahan. 83
Posisi kedua ditempati oleh sektor pertanian. Selama masa otonomi daerah atau kurun waktu lima tahun, sektor pertanian telah tumbuh sebesar 8,52 persen.
Pertumbuhan tersebut terutama didukung oleh sub sektor perkebunan yang memiliki laju pertumbuhan sebesar 3,90 persen selama kurun waktu lima tahun
lihat Lampiran 8. Pada tahun 2000 kontribusi yang diberikan sektor pertanian adalah sebesar 40,15 persen atau sebesar Rp 1,25 trilyun dan pada tahun 2004
sebesar 39,13 persen atau sebesar Rp 1,51 trilyun. Kontribusi tersebut terutama diberikan oleh sub sektor perkebunan. Pada tahun 2000 kontribusi yang diberikan
sub sektor perkebunan adalah sebesar Rp 737,73 milyar atau 32,19 persen dari total kontribusi sektor pertanian dan pada tahun 2004 mengalami penurunan
persentase menjadi 22,23 persen meskipun total nilai yang diberikan meningkat menjadi Rp 858,84 milyar Lampiran 8. Meskipun pertanian menempati urutan
kedua sektor yang mempunyai laju pertumbuhan terbesar, akan tetapi dalam hal kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Asahan, sektor pertanian merupakan sektor
penyumbang PDRB terbesar untuk Kabupaten Asahan. Posisi ketiga ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu
sebesar 2,60 persen. Pertumbuha n sektor perdagangan, hotel dan restoran terutama didukung oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran. Tahun 2000
sektor ini mampu menghasilkan kontribusi sebesar Rp 409,31 milyar atau 13,18 persen dari total kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Asahan dan meningkat
menjadi Rp 489,94 milyar 12,68 persen pada tahun 2004. Selain itu sub restoran juga turut andil dalam peningkatan pertumbuhan dan kontribusi sektor
perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB Kabupaten Asahan. Pada tahun 2000 sub sektor restoran mampu memberikan kontribusi sebesar Rp 10,69 milyar
84
0,34 persen dan pada tahun 2004 meningkat menjadi Rp 12,37 milyar dengan persentase yang semakin rendah menjadi 0,32 persen.
Posisi keempat adalah sektor bangunan. Sebelum otonomi daerah 1995- 2004 sektor bangunan menempati posisi ketujuh dengan laju pertumbuhan
sebesar 0,26 persen. Akan tetapi pada masa otonomi daerah 2000-2004 sektor ini justru menempati posisi keempat dengan kontribusi yang juga meningkat
menjadi 1,03 persen Lampiran 8. Pada tahun 2000 sektor bangunan memberikan kontribusi sebesar Rp 78,01 milyar atau sebesar 2,51 persen dan
pada tahun 2004 sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar Rp 109,86 milyar atau sebesar 2,84 persen. Meningkatnya kontribusi sektor bangunan terhadap
PDRB Kabupaten Asahan tersebut terkait dengan meningkatnya usaha pembangunan dan perluasan yang dilakukan oleh pemerintah, seperti perluasan
jalan, pengembangan infrastruktur pariwisata dan lain- lain. Seperti yang terjadi pada masa sebelum otonomi daerah 1995-1999,
posisi kelima pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Asahan ditempati oleh sektor pengangkutan dan komunikasi. Selama kurun waktu lima
tahun 1995-1999 telah tumbuh sebesar 0,81 persen sedangkan pada masa otonomi daerah 2000-2004 sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,65
persen. Meskipun persentase yang dihasilkan semakin berkurang, jumlah yang dihasilkan oleh sektor ini justru mengalami peningkatan sebesar Rp 20,07 milyar
dari periode sebelum otonomi daerah yang hanya ma mpu menghasilkan peningkatan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten sebesar Rp 81,89 milyar.
Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi terutama didukung oleh sub sektor pengangkutan dan sub sektor komunikasi yang mengalami laju
85
pertumbuhan selama kurun waktu lima tahun masing- masing sebesar 0,55 persen dan 0,10 persen. Peningkatan tersebut seiring dengan semakin berkembangnya
sistem telekomunikasi di Kabupaten Asahan pada masa otonomi daerah. Pada tahun 2000 kontribusi yang diberikan sektor pengangkutan dan komunikasi adalah
sebesar 3,70 persen atau sebesar Rp 114,97 milyar. Kontribusi tersebut terutama diberikan oleh sub sektor pengangkutan, baik angkutan rel, jalan raya, laut, sungai
danau dan penyeberangan serta jasa penunjang angkutan. Pada tahun 2000 kontribusi yang diberikan sub sektor pengangkutan sebesar Rp 108,57 milyar
atau 3,50 persen dan pada tahun 2004 sebesar Rp 125,66 milyar atau sebesar 3,25 persen Lampiran 8. Jika dibandingkan dengan periode sebelum otonomi daerah,
maka sub sektor pengangkutan mengalami penurunan kontribusi dari 0,74 persen pada periode 1995-1999 menjadi 0,55 pada periode 2000-2004.
Posisi keenam ditempati oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang tumbuh sebesar 0,59 persen, mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan masa sebelum otonomi daerah yang hanya mencapai 0,48 persen. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mencakup sub sektor bank,
lembaga keuangan bukan bank, sewa bangunan, dan jasa perusahaan. Pada tahun 2000 nilai riil yang diberikan sektor ini sebesar Rp 67,37 milyar atau sebesar 2,17
persen dan pada tahun 2004 meningkat menjadi Rp 85,82 milyar atau sebesar 2,22 persen. Selama periode lima tahun, sub sektor ini mampu tumbuh sebesar 0,35
persen, mengalami penurunan sebesar 0,01 persen jika dibandingkan dengan periode sebelum otonomi daerah.
Posisi ketujuh ditempati oleh sektor jasa-jasa yang pada periode 2000- 2004 mampu memberikan tambahan terhadap PDRB Kabupaten Asahan sebesar
86
16,37 milyar atau dengan kata lain mengalami peningkatan sebesar 0,53 persen. Hal ini terutama diakibatkan oleh sub sektor jasa-jasa swasta sebesar Rp 8,47
milyar atau dengan kata lain mengalami peningkatan sebesar 0,27 persen. Jika dilihat berdasarkan kontribusi yang diberikan, sektor ini pada tahun 2000
menempati urutan ke empat dengan sumbangan terhadap PDRB Kabupaten Asahan secara riil sebesar Rp 118,39 milyar 3,81 persen dan pada tahun 2004
kedudukannya bergeser menjadi urutan ke lima dengan sumbangan sebesar Rp 134,76 milyar 3,49 persen. Terlihat bahwa secara persentase sumbangan yang
diberikan sektor ini mengalami penurunan sebesar 0,32 persen, akan tetapi secara riil nilai kontribusi yang dihasilkan oleh sektor ini mengalami peningkatan.
Posisi ke delapan ditempati oleh sektor listrik, dan air bersih. Meskipun pertumbuhannya menempati posisi kedelapan, sumbangan yang diberikan oleh
sektor listrik dan air ini mengalami peningkatan baik dalam hal persentase kontribusinya maupun nilai riil yang disumbangkan untuk PDRB Kabupaten
Asahan. Pada tahun 1995 sektor ini mampu memberikan kontribusi dengan persentase 0,23 persen atau Rp 7,27 milyar, dan pada tahun 2000 persentase
kontribusinya meningkat menjadi 0,29 persen atau sebesar Rp 11,04 milyar. Sumbangan terbesar dalam sektor listrik dan air bersih terhadap PDRB Kabupaten
Asahan diberikan oleh sub sektor listrik yang mampu menyumbang 0,22 persen atau sebesar Rp 6,74 milyar dan juga mengalami peningkatan di tahun 2004
menjadi Rp 10,65 milyar atau sebesar 0,28 persen dari total PDRB Kabupaten Asahan.
Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan PDRB terendah selama kurun waktu 5 tahun 2000-2004 adalah sektor penggalian. Sebelum otonomi
87
daerah, sektor penggalian juga mengalami hal yang sama yaitu memiliki pertumbuhan yang paling rendah dari 9 sektor-sektor perekonomian penyusun
PDRB Kabupaten Asahan. Akan tetapi untuk masa otonomi daerah, sektor penggalian menunjukkan adanya perbaikan. Sektor yang merupakan satu-satunya
sektor yang mempunyai laju pertumbuhan yang negatif selama kurun waktu lima tahun 1995-1999 ini mengalami pertumbuhan PDRB pada masa otonomi daerah
2000-2004. Selama kurun waktu tersebut, sektor ini mengalami perubahan menjadi 0,05 persen dari total pertumbuhan PDRB Kabupaten Asahan selama
kurun waktu lima tahun. Tahun 2000 sektor ini mampu memberikan kontribusi sebesar 0,26 persen atau sebesar Rp 8,06 milyar. Sedangkan pada tahun 2004
sektor ini mengalami peningkatan kontribusi secara riil bagi PDRB kabupaten Asahan menjadi Rp 9,63 milyar, meskipun dalam hal persentase, sektor ini
mengalami penur unan sebesar 0,01 persen menjadi 0,25 persen dari total PDRB Kabupaten Asahan.
6.2 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Asahan