Harmonisasi 1. Mekanisme Harmonisasi HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Aspek-Aspek Yang Tidak Harmonis Dalam Pengelolaan

Keberlanjutan Dimensi Ekologi Hasil analisis menggunakan RAP-CSM pada enam atribut dimensi ekologi yang di tunjukkan pada gambar 20, diperoleh nilai indeks keberlanjutan 43.21 , maka berdasarkan nilai skoring indeks berkelanjutan berada pada posisi kurang berkelanjutan untuk pengelolaan saat ini. Namun, atribut-atribut yang mempenga- ruhi nilai indeks keberlanjutan harus di pertahankan untuk kemudian ditingkatkan lagi melalui program pengelolaan, sementara atribut yang mengidentifikasi dapat menurunkan nilai indeks keberlanjutan harus di upayakan solusi yang tepat dalam menanganinya. Adapun keenam atribut ekologi yang mempunyai dampak terhadap keber- lanjutan pengelolaan di kawasan TNKpS terdiri dari: 1 Persentase penutupan karang; 2 Persentase penutupan mangrove; 3 Persentase penutupan lamun; 4 Tingkat eksploitasi karang masif; 5 Tingkat eksploitasi pasir, dan 6 Ket- ersediaan air. Selanjutnya untuk mengetahui atribut-atribut sensitif yang dapat memberikan konstribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan ekologi, maka diteruskan dengan melakukan analisis leverage. 43.21 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Keberlanjutan Ekologi Gambar 20. Status keberlanjutan dimensi ekologi Hasil analisis leverage menunjukan bahwa dari enam atribut ekologi yang di nilai Gambar 21, terdapat empat atribut yang berpengaruh yaitu : 2 Persen- tase penutupan mangrove; 3 Persentase penutupan lamun dan 5 Tingkat ek- sploitasi pasir . Sementara itu terdapat atribut yang dominan yaitu 4 Tingkat ek- sploitasi karang masif. Eksploitasi karang berupa penambangan karang yang ter- jadi sejak beberapa tahun yang lalu berdampak pada rusaknya ekosistem karang serta mengurangi persentase tutupan karang di kawasan taman nasional Kepu- lauan Seribu. Sehubungan dengan itu maka penting itu mencari solusi yang tepat guna mengatasi permasalahan tersebut. Ekosistem terumbu karang harus di peli- hara, di jaga kelestariannya melalui kebijakan yang tepat dan bisa diterima semua elemen masyarakat, maupun stakeholder yang berkepentingan dengan keberadaan ekosistem ini. Atribut sensitif berikutnya adalah persentase tutupan mangrove yang pada masa lalu banyak di tebang untuk membuat jangkar dan untuk bahan untuk mencelup atau mewarnai jaring oleh nelayan merupakan fak tor pengungkit untuk nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi. Kegiatan rutin yang di laksana- kan setiap tahun oleh Balai TNKpS merupakan upaya positif yang harus di du- kung oleh semua kalangan. Atribut sensitif ketiga yaitu Persentase tutupan la- mun, sangat di pengaruhi oleh atribut tingkat eksploitasi pasir, dimana pengambi- lan pasir oleh masyarakat yang terus terjadi setiap hari turut mempengaruhi ke- beradaan ekosistem lamun terutama di pulau-pulau pemukiman. Ekosistem man- grove, lamun, dan terumbu karang merupakan ekosistem penting penunjang ke- hidupan masyarakat di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, terutama berkaitan dengan sumberdaya ikan dan pariwisata serta jasa lingkungan lainnya. 5.83 13.86 18.52 19.26 14.09 1.60 5 10 15 20 25 PRESENTASE PENUTUPAN KARANG PERSENTASE PENUTUPAN MANGROVE PERSENTASE PENUTUPAN LAMUN TINGKAT EKSPLOITASI KARANG MASIF TINGKAT EKSPLOITASI PASIR KETERSEDIAAN AIR TAWAR Nilai RMS Hasil Analisis Leverage Gambar 21. Analisis Leverage Dimensi Ekologi dinyatakan dalam nilai Root Mean Square RMS Semakin tinggi tutupan pada ketiga ekosistem tersebut baik berupa reha- bilitasi terumbu karang melalui program transplantasi karang yang sekarang terus di lakukan oleh pemerintah daerah melalui suku dinas Kelautan dan Pertanian dengan memberdayakan masyarakat di kawasan taman nasional. Demikian pula dengan program penanaman mangrove yang di laksanakan oleh pengelola taman nasional bekerja sama dengan Sentra Penyuluh Konservasi Pedesaan Pedesaan. Sementara Atribut ketersediaan air sangat di pengaruhi oleh tingkat eksploitasi karang dan tingkat eksploitasi pasir digunakan untuk pembangunan rumah di pu- lau pemukiman dan konsekuensinya banyak pohon-pohon yang harus di tebang untuk di jadikan lahan pemukiman. Keberlanjutan Dimensi Ekonomi Keberlanjutan ekonomi merupakan syarat keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan kawasan Taman Nasional sehingga merupakan dimensi yang ber- peran penting. Berdasarkan analisis menggunakan RAP-CSM nilai indeks keber- lanjutan dimensi ekonomi sebesar 48.83 yang menunjukan masuk dalam kate- gori kurang berkelanjutan Gambar 22. Atribut-atribut dalam dimensi ekonomi yaitu, 1 Rata-rata penghasilan relatif terhadap UMR, 2 Ketergantungan terha- dap sumberdaya sebagai sumber nafkah, 3 Jumlah kunjungan wisatabulan, 4 Jumlah hasil tangkapan ikan, 5 Produksi budidaya laut, 6 Tingkat pendapatan masyarakat, 7 Modal bagi nelayan, 8 Hatchery bibit ikan untuk keramba masyarakat, 9 Daerah penangkapan ikan semakin jauh dari pantai, 10 Jumlah tangkapan non ikan semakin berkurang, 11 Sarana pelabuhan. Hasil analisis leverage menunjukkan dari sebelas atribut dimensi ekonomi terdapat atribut yang sensitif yaitu 9 Daerah penangkapan ikan semakin jauh dari pantai, 4 Jumlah hasil tangkapan ikan, 6 Tingkat pendapatan masyarakat, 7 Modal bagi nelayan, 8 Hatchery bibit ikan untuk keramba masyarakat, Gambar 23 Nilai leverage tertinggi terdapat pada atribut modal bagi nelayan, semen- tara nilai indeks keberlanjutannya kecil menandakan bahwa atribut modal bagi nelayan harus tersedia melalui kebijakan pemerintah untuk meningkatkan nilai indeks keberlanjutan. Modal yang selama ini selalu menjadi cerita klasik bagi ne- layan, sehingga tingkat ketergantungan nelayan dengan pelele pedagang pen- gumpul sangat tinggi. Atribut tingkat pendapatan masyarakat dapat diartikan bahwa keinginan masyarakat di kawasan TNKpS agar pendapatan atau penghasi- lannya meningkat, maka atribut jumlah hasil tangkapan harus ditingkatkan lagi dengan perbaikan ekosistem dari kegiatan yang bersifat merusak. 48.83 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Keberlanjutan Ekonomi Gambar 22. Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi Atribut pengungkit yang harus di tingkatkan untuk peningkatan penda- patan masyarakat adalah sektor penyediaan bibit ikan dari hatchery, terutama budidaya ikan yang bernilai ekonomis tinggi seperti kerapu yang di tunjang den- gan permodalan. Ketergantungan nelayan di Kepulauan Seribu terhadap stok bibit ikan dari luar kawasan yang selama ini menjadi kendala, karena selain lebih mahal harganya kualitas bibit terkadang kurang baik. Pemerintah dapat mengupayakan melalui kerjasama dengan pihak swasta untuk mendirikan hatchery bibit ikan un- tuk menunjang budidaya laut. Selain itu perbaikan ekosistem diharapkan dapat meningkatkan jumlah tangkapan ikan konsumsi di sekitar kawasan dengan mana- jemen pengelolaan yang berasaskan keberlanjutan sumberdaya, maka atribut daerah penangkapan semakin jauh akan dapat diperbaiki. Atribut jumlah tangka- pan non ikan tentunya akan terdorong oleh perbaikan ekosistem yang erat kai- tannya dengan jasa lingkungan dan estetika. Jika kegiatan tersebut diatas berjalan dengan baik maka atribut yang sensitif akan turut meningkatkan nilai indeks ke- berlanjutan. 0.56 1.74 0.21 5.48 0.02 6.34 6.68 5.51 4.43 2.59 0.91 2 4 6 8 RATA-RATA PENGHASILAN TERHADAP UMR KETERGANTUNGAN TERHADAP SD TRHDP SUMBER NAFKAH JUMLAH KUNJUNGAN WISATABLN JMLH HASIL TANGKAPAN IKAN PRODUKSI BUDIDAYA LAUT TKT PENDAPATAN MASYARAKAT MODAL BAGI NELAYAN HATCHERY BIBIT IKAN UTK KERAMBA MASY DAERAH PENANGKAPAN IKAN SEMAKIN JAUH DARI PANTAI JUMLAH TANGKAPAN YANG SEMAKIN BERKURANG SARANA PELABUHAN Nilai RMS Hasil Analisis Leverage Gambar 23. Analisis leverage Dimensi Ekonomi dinyatakan dalam nilai Root Mean Square RMS Keberlanjutan Dimensi Sosial Dimensi sosial memberikan nilai indeks keberlanjutan sebesar 25,16 setelah di analisis dengan Rap-CSM dengan status kurang berkelanjutan, namun karena berada pada kuadran positif yang berarti bahwa pengelolaan sekarang mengarah pada arah yang positif Gambar 24. Hasil analisis menggambarkan bahwa walaupun status kurang berkelanjutan namun atribut-atribut yang di identi- fikasi perlu diperbaiki dengan segera, agar bisa menaikan nilai indeks keberlanju- tan. Penanganan yang lambat terhadap atribut yang perlu diperbaiki malah cenderung menurunkan nilai indeks keberlanjutan, sehingga kegiatan pemanfaatan kawasan tidak akan terselenggara dengan baik. Atribut yang di perkirakan dapat memberikan pengaruh terhadap keberlan- jutan dimensi sosial, adalah 1 Rata-rata tingkat pendidikan, 2 Upaya perbaikan ekosistem terumbu karang, 3 Upaya penanaman mangrove, 4 Upaya penana- man lamun, 5 Potensi konflik pemanfaatan, 6 Zonasi peruntukan, 7 Ket- ersediaan air bersih, 8 Sarana pengelolaan sampah, 9 Ketersediaan lahan untuk perumahan, 10 Kesadaran nelayan terhadap keberadaan zona inti, 11 Kesada- ran wisatawan terhadap keberadaan zona inti, dan 12 Tingkat pemahaman masyarakat terhadap taman nasional. 25.16 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Keberlanjutan Sosial Gambar 24. Status Keberlanjutan Dimensi Sosial Hasil analisis leverage menunjukkan bahwa dari dua belas atribut sosial- budaya yang sensitif dapat memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlan- jutan adalah 5 Potensi konflik pemanfaatan dan zonasi peruntukan disajikan pada Gambar 25. 0.34 2.80 4.40 2.40 7.42 5.39 3.17 3.33 3.25 3.00 2.63 2.12 2 4 6 8 RATA-RATA TINGKAT PENDIDIKAN UPAYA PERBAIKAN TERUMBU KARANG UPAYA PENANAMAN MANGROVE UPAYA PENANAMAN LAMUN POTENSI KONFLIK PEMANFAATAN ZONASI PERUNTUKAN KETERSEDIAAN AIR BERSIH SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KETERSEDIAAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN KESADARAN NELAYAN TERHADAP ZONASI INTI KESADARAN WISATAWAN TERHADAP ZONASI INTI TINGKAT PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP TN Nilai RMS Hasil Analisis Leverage Gambar 25. Analisis Leverage Sosial dinyatakan dalam nilai Root Mean Square RMS