Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

SatuSaktu, Pulau Kelor Timur, Pulau Kelor Barat, Pulau Jukung, Pulau Semut Kecil, Pulau Cina, Pulau Semut Besar, Pulau Sepa TimurKecil, Pulau Sepa BaratBesar, Gosong Sepa, Pulau Melinjo, Pulau Melintang Besar, Pulau Melintang Kecil, Pulau Perak, Pulau Kayu Angin Melintang, Pulau Kayu Angin Genteng, Pulau Panjang, Pulau Kayu Angin Putri, Pulau Tongkeng, Pulau Petondan Timur, Pulau Petondan BaratPelangi, Pulau Putri KecilTimur, Pulau Putri BesarBarat, Pulau Putri Gundul, Pulau Macan Kecil, Pulau Macan BesarMatahari, Pulau Genteng Besar, Pulau Genteng Kecil, Pulau Bira Besar, Pulau Bira Kecil, Pulau Kuburan Cina, Pulau Bulat, Pulau Karang Pilang, Karang Ketamba, Gosong Munggu, Pulau Kotok Besar, dan Pulau Kotok Kecil yang berada pada 2 dua posisi geografis, yakni: 5 30’00” – 5 38’00” LS dan 106 25’00” – 106 ’40’00” BT serta 5038’00” – 5 45’00” LS dan 106 25’00” – 106 ’33’00” BT. 3 Zona Pemukiman, taman nasional seluas 17.121 hektare yang berada di sekitar pulau-pulau permukiman yang didalamnya dapat dilakukan kegiatan seperti pada zona inti, zona bahari, dan zona pemanfaatan wisata, pemanfaatan tradisional dan budidaya kelautan alami tradional serta pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat dan pengembangan infrastruktur termasuk sebagai pusat pemerintahan dan perumahan penduduk. Zona pemukiman meliputi perairan sekitar Pulau Pemagaran, Pulau Panjang Kecil, Pulau Panjang, Pulau Rakit Tiang, Pulau Kelapa, Pulau Harapan, Pulau Kaliage Besar, Pulau Kaliage Kecil, Pulau Semut, Pulau Opak Besar, Pulau Opak Kecil, Karang Bongkok, Karang Congkak, Karang Pandan, Pulau Semak Daun, Pulau Layar, Pulau Sempit, Pulau Karya, Pulau Panggang, dan Pulau Pramuka berada pada posisi geografis 5 38’00” – 5 45’00” LS dan 106 33’00” – 106 40’00” BT . Luas wilayah Taman Nasional 107.489 hektare dengan kurang lebih 76 pulau termasuk ke dalam taman nasional dan kurang lebih 22 pulau telah dikembangkan sebagai tujuan wisata atau pulau resor, luas berdasarkan bentuk lahan tertera pada tabel 9. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu dikelola dengan sistem zonasi yang berfungsi sebagai daerah perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan laut. Penetapan ini dimaksudkan agar pemerintah daerah mempunyai peluang serta diberi ruang untuk pengembangan wilayah. Tabel 9. Luas Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu Berdasarkan Bentuk Lahan Sumberdaya Luas Ha Daratan Pulau 576,9 Rataan Pasir dan Karang 4.350,4 Karang Dalam 98,2 Perairan Laut 102.463,5 Total 107.489 Sumber : Laporan Statistik BTNKpS 2010

4.3. Unit Pengelola Taman Nasional Kepulauan Seribu

Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 185Kpts-IV1997 membentuk Unit Pelaksana Teknis UPT Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu BTNKpS. Direktorat teknis lingkup Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, yaitu Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung, Konservasi Keanekaragaman Hayati, Penyelidikan dan Pengamanan Hutan, Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan, dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung yang ditetapkan untuk melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap BTNKpS dalam melaksanakan program dan kegiatan keuangan dan kinerja, yang tidak terlepas dari visi, misi dan kebijakan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Organisasi pengelola TNKpS diatur melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03Menhut-II2007 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis taman nasional. Tujuan pengelolaan Taman Nasional Kepulauan Seribu sebagai acuan untuk melaksanakan pengelolaan dan pembangunan dalam kurun 25 tahun: 1 Perlindungan sistem penyangga kehidupan; 2 Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; 3 Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Demikian pula komponen pokok dalam pengelolaan yang tercantum dalam site plan BTNKpS, 2010, yang merupakan skema lokasi rehabilitasi ekosistem yang sangat dibutuhkan dalam proses perencanaan kegiatan-kegiatan di kawasan TNKpS sebagai berikut : 1 Menyediakan sebuah alat management tools dalam pengelolaan kawasan terutama dalam perencanaan kegiatan rehabilitasi dan monitoring ekosistem kawasan TNKpS serta menyediakan data dan bahan untuk pengambilan keputusan 2 Menciptakan kesinergian dalam rencana dan implementasi pembangunan wilayah Kepulauan Seribu terutama pada kegiatan rehabilitasi ekosistem yang akan dilakukan di kawasan TNKpS 3 Menjaga dan memelihara keseimbangan ekosistem kawasan TNKpS dalam kerangka kesinergian pembangunan wilayah Kepulauan Seribu 4 Mengeliminir tumpang tindih peruntukan dan pemanfaatan sumberdaya dan ruang di wilayah perairan TNKpS 5 Memberikan ruang bagi semua pihak multi stakeholder untuk ikut serta dan berpartisipasi dalam pengelolaan kawasan TNKpS terutama dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi ekosistem di kawasan TNKpS 6 Menyediakan data dasar untuk menentukan prioritas pelaksanaan kegiatan rehabilitasi selanjutnya yang akan datang Target yang ingin dicapai oleh BTNKpS sesuai dengan review Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kepulauan Seribu sampai tahun 2019, meliputi : 1 Pengembangan kawasan konservasi dan ekosistem esensial - Terkelolanya Kawasan TNKpS secara efektif dengan terbentuknya 2 resort - Terbentuknya forum kemitraankolaborasi - Tersedianya tanda batas zonasi - Tersedianya data daya dukung kawasan 2 Pengembangan konservasi spesis dan genetik - Inventarisasi keanekaragaman hayati terselesaikan 100 - Tersedianya data potensi keanekaragaman hayati - Tersedianya data sosial ekonomi - Rehabilitasi Mangrove seluas 4.350 hektare - Meningkatnya populasi penyu sisik sebesar 50 dari tahun 2009 - Meningkatnya tutupan karang sebesar 10 dari tahun 2009 - Terselenggaranya riset aplikasi kima di 3 lokasi - Peningkatan populasi elang bondol 5 dari tahun 2009 - Meningkatnya jumlah kelompok transplantasi karang berkinerja baik Sebesar 25 dari tahun 2009 - Meningkatnya jumlah jenis ikan karang sebesar 10 dari tahun 2009 3 Penyidikan dan perlindungan hutan - Kasus hukum perambahan kawasan keramba terselesaikan 100 - Penurunan pelanggaran 5 dari tahun 2009 - Terselenggaranya penyelesaian kasus pelanggaran kehutanan - Terbentuknya tenaga pengaman swakarya - Terselenggaranya patroli rutin dan operasi bersama instansi terkait Polres, Polairud, Sudin Perikanan 4 Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam - Jumlah pengunjung ekowisata baharí berbasis masyarakat di Pulau Pramuka meningkat 100 dari tahun 2009 - Jumlah pengunjung ekowisata baharí berbasis resort di zona pemanfaatan wisata meningkat sebesar 25 dari tahun 2009 - Terciptanya Pulau Kelapa dan Pulau Harapan sebagai daerah tujuan alter- natif setelah Pulau Pramuka - Meningkatnya PNBP pariwisata alam sebesar 100 dari tahun 2009 - Terintegrasinya peran SPKP dengan PNPM - Mantapnya kelembagaan SPKP - Peningkatan pendapatan masyarakat

4.4. Karakteristik Biofisik

Topografi Kawasan Kepulauan Seribu datar hingga landai dengan ketinggian dari permukaan laut pada kisaran 0 – 2 meter. Pasang surut dengan ketinggian pasang 1 – 1.5 meter dapat merubah luas pulau-pulau yang hampir seluruhnya dikelilingi karang yang berbentuk atol. Gugusan pulau-pulau terdiri dari pulau dan gosong karang bercampur pasir BTNKpS, 1999

4.4.1. Oseanografi

Iklim di kawasan Kepulauan Seribu berupa iklim tropika panas dengan curah hujan yang rendah pada musim timur 0.0 mm dan cukup tinggi pada saat musim barat 571.9.0 mm. Musim timur terjadi pada bulan Juni sampai Nopember dan musim barat pada bulan Desember sampai bulan April. Suhu udara rata-rata dalam setahun 28.4 o C dengan nilai minimum 22.8 o C dan nilai maksimum 35 o C. Kelembaban udara rata-rata adalah 78.25 o C dengan nilai minimum 50 o C dan maksimum 100 o C, dan tekanan udara rata-rata sebesar 1009.72 mb. Kecepatan angin rata-rata 4.49 knot dengan kecepatan minimum 3.0 knot dan maksimum 16.5 knot Data Stasiun Maritim Tanjung Priok, 2012

4.4.2. Kualitas air

Salinitas air secara umum di perairan Kepulauan Seribu pada kisaran 30 o oo – 32 o oo , Laporan pengukuran Santoso 2011 diperoleh salinitas berkisar antara 23.3 o oo – 30.3 o oo . Kecerahan air merupakan salah satu faktor fisika air yang menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota, kisaran kecerahan air 5 – 8 m, hasil pengukuran oleh Santoso 2011 dari Yayasan Terangi adalah 3.88 – 9.42 m pengukuran dan nilai kecerahan masih dalam batas toleransi bagi biota. pH air pada saat penelitian sekitar 8, pengukuran yang di lakukan Dinas Perikanan DKI 1998 in Susilo 2003 di Kelurahan Panggang adalah 7.5 dan hasil pengukuran oleh Santoso 2011 adalah 7.0 – 8.3, batas baku mutu untuk kehidupan biota adalah 6 – 9. Sementara untuk oksigen terlarut 6.80 – 7.01 dan hasil pengukuran oleh Santoso 2011 adalah 6.09 – 7.96 mgl.

4.4.3. Ekosistem Terumbu Karang

Jenis karang yang ditemukan di Kepulauan Seribu meliputi 61 genus dan sekitar 78 ditemukan menyebar hampir di seluruh perairan Kepulauan Seribu Estradivari et al., 2009. Berdasarkan penelitian oleh Yayasan Terangi dengan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu pada tahun 2005, lokasi yang tertinggi