Kerangka Pikir Penelitian Prof. Dr. Ismudi Muchsin

Spalding et al. 2010; Rhodes et. al. 2011, menyediakan barang dan jasa ekosistem Daily and Matson, 2008, serta mengontrol kualitas air Nagelkerken et al. 2008. 2 Ekosistem Padang Lamun Padang lamun merupakan penyanggah ekosistem terumbu karang, yang berfungsi untuk meredam gelombang dan arus, perangkap sedimen, daerah asuhan, tempat mencari makan dan daerah pemijahan. Secara umum di kawasan perairan Indonesia terdiri dari tiga genera yang termasuk suku Hydrocaritaceae, yaitu Enhalus, Thalassia, dan Halophila, sedangkan empat marga lainnya termasuk dalam suku Pomatogetonaceae adalah Halodule, Cymodoceae, Syringodium , dan Thalassodendron Nontji, 1987. Kepulauan Seribu ditumbuhi jenis Thallasia, Syrongodium, Thalosodendrum, dan Chimodecea Soebagio, 2005 Fragmentasi yang terjadi di sistem lamun dapat merubah lanskap padang lamun Bell et al. 2001, eutropikasi dapat memicu perubahan biologi Cardoso et al . 2004, maupun herbisida dapat menghambat fotosintesis dan pertumbuhan lamun Chesworth et al. 2004. 3 Ekosistem Terumbu karang Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di wilayah pesisir, yang merupakan habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna, baik sebagai daerah pemijahan spawning ground, mencari makanan feeding ground dan pembesaran nursery ground bagi sejumlah besar biota hidup seperti kepiting, udang, ikan dan organisme hidup lainnya de la Moriniere, 2002. Ekosistem terumbu karang mempunyai nilai penting secara ekonomi, sosial dan budaya untuk seluruh bangsa di dunia. menyediakan jasa ekonomi dan lingkungan untuk jutaan manusia, baik sebagai pertahanan garis pantai, keindahan alami, rekreasi dan turisme, dan sumber makanan, farmasi, mata pencaharian, dan penghasilan USCRTF, 2000, namun sangat rentan dari tekanan akibat kegiatan manusia.

2.2. Zonasi

Zonasi pada prinsipnya adalah membagi wilayah di dalam kawasan konservasi menjadi beberapa wilayah, untuk kepentingan tingkat pemanfaatan yang berbeda. Zonasi adalah pembagian kawasan lindung dan budidaya berdasarkan potensi dan karakteristik sumberdaya alam untuk kepentingan perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan guna memenuhi kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Melalui sistem zonasi sebagian wilayah dikelola dengan aturan ketat dan sebagian wilayah lainnya dimanfaatkan untuk pemanfaatan non-ekstraktif. Tujuan pengelolaan kawasan terefleksi di dalam perencanaan zonasi, sebagai contoh suatu kawasan yang bertujuan untuk melindungi perikanan, zonasi akan diprioritaskan untuk melindungi wilayah tempat pemijahan ikan dan habitat penting yang mendukung keberlanjutan sumberdaya ikan. Oleh karena itu, zonasi ialah tahapan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi. Sesuai dengan skema kebijakan pemerintah saat ini, maka skema zonasi meliputi konservasi dan pengembangan zona. Sehubungan dengan zona terpilih, pengawasan kegiatan pemanfaatan yang diijinkan melalui pelaksanaan zona merupakan suatu aspek penting dalam strategi zonasi. Zona konservasi bermaksud untuk mengidentifikasi dan mengguguskan daerah terpilih yang lingkungannya peka. Penetapan kawasan yang diperuntukan sebagai fungsi konservasi, memiliki pertimbangan-pertimbangan untuk menjaga dan memelihara perannya sebagai sumber plasma nuftah, proses ekologi, serta keanekaragaman hayati yang terkandung, dan menunjukan keragaman hayati yang tinggi. Zonasi pengembangan bertujuan untuk menjamin bahwa terdapat daerah yang khusus diperuntukan bagi kegiatan ekonomis atau kegiatan pengembangan lain yang terkait. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 menjelaskan bahwa zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses- proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir. Sebelumnya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56 Tahun 2006, menjabarkan zonasi taman nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft rancangan-rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi untuk optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan. Taman nasional yang telah dikelola dengan baik dengan sistem zonasi secara umum terdiri dari zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan dan zona lain yang sesuai dengan tingkat kepentingannya. Penetapan zonasi ditentukan berdasarkan potensi biofisik, sarana prasarana tersedia dan tata ruang dan fungsi lahan daerah penyangga, serta aspek pengamanan. Berdasarkan laporan tahunan otoritas pengelola The Great Barrier Reef Marine Park 2006 sejak diberlakukannya sistem zonasi di Great Barrier Reef sangat efektif, dengan biota atau ikan-ikan yang berukuran besar mudah untuk dijumpai lagi di zona hijau. GBRMP 2003 zonasi bertujuan terkait dengan mekanisme pengelolaan lainnya, untuk melindungi keragaman hayati dan keberlanjutan secara ekologi serta melindungi area yang mempunyai nilai konservasi yang tinggi.

2.3. Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

Tujuan pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan yang diharapkan di era otonomi daerah adalah agar sumberdaya kelautan dan perikanan dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Pengelolaan dan pemanfaatan secara tepat dan benar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa menimbulkan terjadinya kerusakan lingkungan yang dapat merugikan masyarakat dan kelangsungan hidup generasi yang akan datang. Keberhasilan dalam pengelolaan pesisir adalah dengan tetap berpedoman pada prinsip keberlanjutan sustainability, dimana pembangunan yang berkelanjutan mensyaratkan keserasian antara laju kegiatan pembangunan dengan daya dukung lingkungan. Berkelanjutan adalah konsep pembangunan global yang diprioritaskan pada kepuasan kebutuhan hidup manusia Spangenberg, 2011, yang menurut Cadoret 2009, pengelolaan wilayah yang berkelanjutan dapat diperoleh dengan mengenal mekanisme konflik faktor kemunculannya, bentuk dari perbedaan pendapat, regulasi dan aktor yang terlibat peran, organisasi, strategi. Koentjaraningrat 1984 mengemukan bahwa konflik merupakan suatu proses atau keadaan dimana dua pihak atau lebih berusaha untuk saling menggagalkan tujuan masing-masing karena adanya perbedaan pendapat, nilai- nilai ataupun tuntutan atau dengan kata lain konflik terjadi ketika pendapat dan tujuan bersama tidak lagi sejalan. Konflik muncul ketika individu saling berhadapan dan bertentangan terhadap kepentingan, tujuan dan nilai yang di pegang oleh masing-masing individu. Dalam teori hubungan masyarakat, Fisher 2001 menyebutkan bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, serta tidak adanya saling percaya dalam masyarakat yang melahirkan permusuhan diantara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. selain itu, penyebab konflik dalam masyarakat juga dapat disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Selanjutnya dikatakan berdasarkan teori kebutuhan manusia, konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihargai. Plante et al. 2009 menyatakan wilayah pesisir dimana banyak aktor dengan spektrum kegiatan besar bertemu, berinteraksi, tinggal bersama, berada dalam konflik kepentingan satu dengan lainnya memancing, transportasi, berperahu, pengeboran lepas pantai, tenaga angin, pariwisata, pengembangan perumahan atau penetapan kawasan konservasi. Namun demikian pendapat yang bersifat skeptis dikemukakan oleh Markandya et al. 2008, regulasi untuk pengelolaan terpadu zona pesisir, jarang efektif dalam implementasinya pada penelitian di 10 negara di wilayah Mediterania, ditambahkan bahwa kurangnya koordinasi dan kepatuhan antara pihak yang mempunyai kewenangan yakni pihak yang bertanggung jawab di wilayah darat dan laut, serta pihak yang bertanggung jawab pada berbagai tingkatan di pemerintah menjadi masalah yang utama dalam pengelolaan. Di Eropa McKenna et al. 2009, mengemukakan bahwa ada 6 prinsip dalam rangka mengembangkan pengelolaan wilayah pesisir terpadu ICZM dengan membaginya dalam dua 2 kelompok yaitu: 1 Kelompok pertama, fokus perhatian prinsip-prinsip ini pada tujuan jangka panjang, dan menekankan keberlanjutan sistem alami 1 Perspektif keseluruhan;