Output Kebijakan Analisis Data

1 Zona Inti I 1.389 hektar meliputi perairan sekitar Pulau Gosong Rengat dan Karang Rengat, pada posisi geografis 5 27’00” – 5 29’00” LS dan 106 26’00” –106 28’00” BT, yang merupakan perlindungan penyu sisik Eretmochelys imbricata dan ekosistem terumbu karang. 2 Zona Inti II 2.490 hektar meliputi daratan dan perairan sekitar Pulau Penjaliran Barat, Pulau Penjaliran Timur, dan perairan sekitar Pulau Peteloran Barat, Pulau Peteloran Timur, Pulau Karang Buton, dan Gosong Penjaliran pada posisi 5 26’36” – 5 29’00” LS dan 106 32’00” – 106 35’00” BT, yang merupakan perlindungan penyu sisik Eretmochelys imbricata , ekosistem terumbu karang, dan ekosistem hutan mangrove. 3 Zona Inti III 570 hektar meliputi perairan sekitar Pulau Kayu Angin Bira, Pulau Belanda, serta bagian Utara perairan Pulau Bira Besar pada posisi 5 36’00”–5 37’00” LS dan 106 33’36”–106 36’42” BT, yang merupakan perlindungan penyu sisik Eretmochelys imbricata dan ekosistem terumbu karang. 2 Zona Perlindungan, taman nasional seluas 26.284,50 hektar, bagian yang berfungsi sebagai penyangga zona inti, kegiatan yang dapat di lakukan adalah pendidikan, penelitian, wisata terbatas, dan penunjang budidaya; membangun sarana prasarana untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan wisata terbatas dan untuk pembinaan habitat, pembinaan populasi, dan pemanfaatan jasa lingkungan serta pemanfaatan tradisional. Zona bahari meliputi perairan sekitar Pulau Dua Barat, Pulau Dua Timur, Pulau Jagung, Gosong Sebaru Besar, Pulau Rengit, Pulau Karang Buton, dan Pulau Karang Mayang pada posisi geografis 5 24’00” – 5 30’00” LS dan 106 25’00” –106 ’40’00” BT, dan daratan Pulau Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur seluas 39,5 hektar. 3 Zona Pemanfaatan Wisata, seluas 59.634,50 hektare yang dijadikan sebagai pusat rekreasi dan kunjungan wisata, meliputi perairan sekitar Pulau Nyamplung, Pulau Sebaru Besar, Pulau Lipan, Pulau Kapas, Pulau Sebaru Kecil, Pulau Bunder, Pulau Karang Baka, Pulau Hantu Timur Pantara, Pulau Hantu Barat, Gosong Laga, Pulau Yu Barat, Pulau Yu Timur, Pulau SatuSaktu, Pulau Kelor Timur, Pulau Kelor Barat, Pulau Jukung, Pulau Semut Kecil, Pulau Cina, Pulau Semut Besar, Pulau Sepa TimurKecil, Pulau Sepa BaratBesar, Gosong Sepa, Pulau Melinjo, Pulau Melintang Besar, Pulau Melintang Kecil, Pulau Perak, Pulau Kayu Angin Melintang, Pulau Kayu Angin Genteng, Pulau Panjang, Pulau Kayu Angin Putri, Pulau Tongkeng, Pulau Petondan Timur, Pulau Petondan BaratPelangi, Pulau Putri KecilTimur, Pulau Putri BesarBarat, Pulau Putri Gundul, Pulau Macan Kecil, Pulau Macan BesarMatahari, Pulau Genteng Besar, Pulau Genteng Kecil, Pulau Bira Besar, Pulau Bira Kecil, Pulau Kuburan Cina, Pulau Bulat, Pulau Karang Pilang, Karang Ketamba, Gosong Munggu, Pulau Kotok Besar, dan Pulau Kotok Kecil yang berada pada 2 dua posisi geografis, yakni: 5 30’00” – 5 38’00” LS dan 106 25’00” – 106 ’40’00” BT serta 5038’00” – 5 45’00” LS dan 106 25’00” – 106 ’33’00” BT. 3 Zona Pemukiman, taman nasional seluas 17.121 hektare yang berada di sekitar pulau-pulau permukiman yang didalamnya dapat dilakukan kegiatan seperti pada zona inti, zona bahari, dan zona pemanfaatan wisata, pemanfaatan tradisional dan budidaya kelautan alami tradional serta pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat dan pengembangan infrastruktur termasuk sebagai pusat pemerintahan dan perumahan penduduk. Zona pemukiman meliputi perairan sekitar Pulau Pemagaran, Pulau Panjang Kecil, Pulau Panjang, Pulau Rakit Tiang, Pulau Kelapa, Pulau Harapan, Pulau Kaliage Besar, Pulau Kaliage Kecil, Pulau Semut, Pulau Opak Besar, Pulau Opak Kecil, Karang Bongkok, Karang Congkak, Karang Pandan, Pulau Semak Daun, Pulau Layar, Pulau Sempit, Pulau Karya, Pulau Panggang, dan Pulau Pramuka berada pada posisi geografis 5 38’00” – 5 45’00” LS dan 106 33’00” – 106 40’00” BT . Luas wilayah Taman Nasional 107.489 hektare dengan kurang lebih 76 pulau termasuk ke dalam taman nasional dan kurang lebih 22 pulau telah dikembangkan sebagai tujuan wisata atau pulau resor, luas berdasarkan bentuk lahan tertera pada tabel 9. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu dikelola dengan sistem zonasi yang berfungsi sebagai daerah perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan laut. Penetapan ini dimaksudkan agar pemerintah daerah mempunyai peluang serta diberi ruang untuk pengembangan wilayah.