Aspek Kebaharuan Novelty Prof. Dr. Ismudi Muchsin

dari perbedaan pendapat, regulasi dan aktor yang terlibat peran, organisasi, strategi. Koentjaraningrat 1984 mengemukan bahwa konflik merupakan suatu proses atau keadaan dimana dua pihak atau lebih berusaha untuk saling menggagalkan tujuan masing-masing karena adanya perbedaan pendapat, nilai- nilai ataupun tuntutan atau dengan kata lain konflik terjadi ketika pendapat dan tujuan bersama tidak lagi sejalan. Konflik muncul ketika individu saling berhadapan dan bertentangan terhadap kepentingan, tujuan dan nilai yang di pegang oleh masing-masing individu. Dalam teori hubungan masyarakat, Fisher 2001 menyebutkan bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, serta tidak adanya saling percaya dalam masyarakat yang melahirkan permusuhan diantara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. selain itu, penyebab konflik dalam masyarakat juga dapat disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Selanjutnya dikatakan berdasarkan teori kebutuhan manusia, konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihargai. Plante et al. 2009 menyatakan wilayah pesisir dimana banyak aktor dengan spektrum kegiatan besar bertemu, berinteraksi, tinggal bersama, berada dalam konflik kepentingan satu dengan lainnya memancing, transportasi, berperahu, pengeboran lepas pantai, tenaga angin, pariwisata, pengembangan perumahan atau penetapan kawasan konservasi. Namun demikian pendapat yang bersifat skeptis dikemukakan oleh Markandya et al. 2008, regulasi untuk pengelolaan terpadu zona pesisir, jarang efektif dalam implementasinya pada penelitian di 10 negara di wilayah Mediterania, ditambahkan bahwa kurangnya koordinasi dan kepatuhan antara pihak yang mempunyai kewenangan yakni pihak yang bertanggung jawab di wilayah darat dan laut, serta pihak yang bertanggung jawab pada berbagai tingkatan di pemerintah menjadi masalah yang utama dalam pengelolaan. Di Eropa McKenna et al. 2009, mengemukakan bahwa ada 6 prinsip dalam rangka mengembangkan pengelolaan wilayah pesisir terpadu ICZM dengan membaginya dalam dua 2 kelompok yaitu: 1 Kelompok pertama, fokus perhatian prinsip-prinsip ini pada tujuan jangka panjang, dan menekankan keberlanjutan sistem alami 1 Perspektif keseluruhan; 2 Perspektif jangka panjang 3 Mengikuti proses alami 2 Kelompok Kedua, fokusnya pada masalah wilayah yang khusus, mendorong penyesuaian manajemen dengan kondisi lokal and mendorong partisipasi masyarakat dalam merumuskan kebijakan pengelolaan. Keanekaragaman hayati di wilayah pesisir dan laut meliputi keanekaragaman genetik, spesis dan ekosistem. Karena itu, agar proses pengelolaannya sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sustainable development dibutuhkan upaya yang lebih serius dan terukur terhadap semua potensi biodiversitas Mulyana dan Dermawan 2008. Tujuannya agar bisa dirasakan manfaatnya baik secara ekonomis, sosial, maupun budaya oleh seluruh bangsa Indonesia. Sehingga atas dasar itulah maka dirumuskan seperangkat undang-undang yang terus bertambah dan disempurnakan dari tahun ke tahun menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan akan regulasi. Bruner et al. 2001 menyatakan bahwa efektivitas pengelolaan kawasan konservasi berkorelasi dengan aktivitas dasar pengelolaan, yaitu penegakan hukum, batas dermakasi, dan kompensasi langsung kepada masyarakat lokal. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya dipandang sebagai undang-undang yang mengatur semua aspek yang berkaitan dengan konservasi, baik cakupan ruang maupun sumberdaya alamnya. Pada bagian penjelasannya, disebutkan bahwa undang-undang ini bertujuan mengatur perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya serta pemafaatan secara lestari sumberdaya alam hayati. Selain mengatur sistem dan kekayaan sumberdaya alam, undang-undang tersebut juga merumuskan kebijakan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat dan peningkatan mutu kehidupan manusia. Sebagai suatu skema baru dalam upaya konservasi, pengelolaan kawasan konservasi membutuhkan berbagai perangkat agar dapat berjalan secara optimal sesuai dengan tujuan pembentukanannya. Perangkat tersebut sesuai dengan rencana pengelolaan yang didalamnya memuat rencana zonasi, unit organisasi pengelola atau kelembagaan, pengembangan pendanaan. Terkait dengan kelembagaan kawasan konservasi keberadaan sebuah lembaga yang handal sangat penting dalam menunjang keberhasilan pengelolaan. Kelembagaan dapat dijalankan secara professional serta dapat mengakomodasi kepentingan para pemangku kepentingan, sehingga diharapkan dapat menunjang keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan pembentukannya.

2.4. Kawasan Konservasi

Kawasan Konservasi didefinisikan sebagai manajemen biosphere secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang IUCN, 1980. Penetapan kawasan konservasi merupakan salah satu strategi untuk melindungi keanekaragaman jenis dan ekosistemnya dari kepunahan. Namun, dalam perkembangan pengelolaan kawasan konservasi, aspek perlindungan dan pengawetan masih lebih dikedepankan sehingga aspek pemanfaatan lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya masih belum mendapatkan porsi yang signifikan. Soekmadi 2002 mengemukan pengelolaan kawasan konservasi masih banyak menghadapi kendala, baik dari sisi pendanaan maupun dalam mengatasi perambahan kawasan. Kawasan konservasi merupakan kawasan yang secara khusus diperuntukan bagi perlindungan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati dan budaya, dikelola melalui upaya legal dan efektif IUCN, 1994. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, membagi kawasan konservasi : 1 Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan Suaka Alam terdiri dari : a. Cagar Alam b. Suaka Margasatwa 2 Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan Pelestarian Alam terdiri dari : a. Taman Nasional b. Taman Wisata Alam c. Taman Hutan Raya Hutabarat et al. 2008 menyatakan bahwa sesuai dengan fungsi dan manfaat Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam perairan laut adalah : a. Nilai ekologis: dimana sumberdaya alam mampu menjaga keseimbangan hubungan timbal balik dan saling bergantung antara biota laut dengan lingkungan fisiknya b. Nilai ekonomis: kelestarian sumberdaya alam laut mampu memberikan nilai ekonomis yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat melalui ketersediaan sumberdaya ikan c. Nilai estetika: keindahan, keutuhan dan keaslian sumberdaya alam laut terumbu karang merupakan objek wisata bahari yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir dan daerah d. Nilai pendidikan dan penelitian: keanekaragaman sumberdaya alam laut terumbu karang merupakan ajang pengembangan penelitian guna meningktakan ilmu pengetahuan dan pendidikan e. Jaminan masa depan: potensi keanekaragaman sumberdaya alam laut ekosistem, genetik dan jenis sebagai tabungan gen yang menyokong kehidupan di masa mendatang. Adapun pengertian tentang kawasan konservasi di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, adalah : 1 Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. 2 Kawasan Pelestarian Alam kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

2.5. Taman Nasional

Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 mendefinisikan Taman Nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional dan kawasan konservasi lainnya merupakan aset umum yang ditetapkan pemerintah dengan tujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan. Taman Nasional secara khusus ditetapkan untuk pelestarian tempat dengan perwakilan ekosistem tertentu dan melindungi jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang unik dan khas untuk daerah tertentu. National Trust Wales 2006 menyatakan bahwa taman nasional didesain untuk melestarikan dan meningkatkan keindahan alam, satwa liar, warisan budaya dan pemahaman serta kesempatan dinikmati oleh masyarakat. Pembagian Taman Nasional di Indonesia dibagi dalam dua kategori yaitu : 1 Taman Nasional Darat dan 2 Taman Nasional Laut. Total jumlah luasan Taman Nasional yang ada di Indonesia hingga tahun 2012 tercatat telah mencapai 16.380.491.64 hektar dengan perincian untuk darat 12.336.950.34 hektar sedangkan laut 4.043.541.30 hektar. Hingga tahun 2012, telah 50 kawasan yang telah ditetapkan menjadi kawasan taman nasional yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Untuk Pulau Bali dan Nusa Tenggara terdapat enam 6 Taman Nasional, di pulau Jawa ada dua belas 12 Taman Nasional, di pulau kalimantan ada delapan 8 Taman Nasional, di pulau Maluku dan Papua ada lima 5 Taman Nasional, di pulau Sulawesi ada 8 Taman Nasional ,dan di pulau Sumatera ada sebelas 11 Taman Nasional, enam 6 di antaranya ditetapkan sebagai situs warisan dunia World Heritage Sites.

2.6. Kriteria Taman Nasional

Penetapan sebuah kawasan menjadi sebuah Taman Nasional, beberapa kriteria harus dimiliki oleh sebuah kawasan atau daerah yang akan di rekomendasikan menjadi Taman Nasional, diantaranya adalah; 1 Kawasan tersebut memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami 2 Memiliki sumberdaya alam yang khas dan unik berupa tumbuhan ataupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuhalami. 3 Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh 4 Memiliki keadaan alam yang asli dan alami yang dapat dikembangkan seba- gai pariwisata alam. 5 Merupakan kawasan yang dapat dibagi kedalam beberapa zona, seperti zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, dan zona yang lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan masyarakat sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri. Pengelolaan taman nasional sebagai salah satu instrumen pengelolaan seharusnya di kelola dengan berpedoman pada tiga pilar konservasi yaitu, perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dan pemanfaatan yang lestari untuk menunjang ilmu pengetahuan melalui riset, pendidikan, penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi dengan berpedoman pada zonasi yang telah ditetapkan. Kawasan Taman Nasional dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman nasional dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan taman nasional sekurang- kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan.