Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

Taman Nasional Laut di Indonesia sampai tahun 2012 ini berjumlah tujuh, disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Taman Nasional Laut di Indonesia No. Nama Taman Nasional Luas Ha 1 Taman Nasional Kepulauan Seribu 107.489 2 Taman Nasional Karimunjawa 111.625 3 Taman Nasional Bunaken 89.065 4 Taman Nasional Wakatobi 1.390.000 5 Taman Nasional Teluk Togean 362.605 6 Taman Nasional Taka Bone Rate 530.765 7 Taman Nasional Teluk Cendrawasih 1.453.500 Sumber : data sekunder 2011

2.7. Kelembagaan

Ostrom 1990, mendefinisikan kelembagaan sebagai aturan yang berlaku umum dalam masyarakat yang menentukan siapa yang berhak membuat keputusan, tindakan yang dapat dan tidak boleh dilakukan, prosedur yang harus diikuti, informasi yang dapat dan tidak dapat disediakan. Kelembagaan adalah aturan main dalam masyarakat yang disepakati secara bersama yang harus diikuti dan dipatuhi untuk tujuan keteraturan dan kepastian interaksi antara sesama anggota masyarakat baik itu berupa kegiatan ekonomi, politik dan sosial. North 1990 mendefinisikan kelembagaan sebagai batasan-batasan yang dibuat untuk membentuk pola interaksi yang harmonis antar individu dalam melakukan interaksi politik, sosial dan ekonomi. North juga membagi kelembagaan berupa informal dan formal. Kelembagaan informal adalah kelembagaan yang keberadaannya di masyarakat umumnya tidak tertulis seperti adat istiadat, tradisi, pamali, kesepakatan, konvensi. Sedangkan kelembagaan formal adalah peraturan tertulis seperti perundang-undangan, kesepakatan, perjanjian kontrak, peraturan bidang ekonomi, bisnis, politik dan lain-lain. Ruang lingkup kelembagaan dapat di batasi pada hal-hal berikut ini: 1 Kelembagaan adalah kreasi manusia human creation. Beberapa bagian penting dari kelembagaan adalah hasil akhir dari upaya atau kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar. Apabila manusia itu hanya pasif saja dalam suatu sistem, maka sistem itu tak ubahnya seperti kondisi alami atau sistem fisik yang mungkin saja dapat lebih menguasai kelangsungan kepentingan manusia. 2 Kumpulan individu group of individuals. Kelembagaan hanya berlaku pada sekelompok individu, setidaknya dua orang atau bagi seluruh anggota masyarakat. Oleh karena itu, kelembagaan dirumuskan dan diputuskan bersama-sama oleh kelompok individu, bukan secara perorangan. 3 Dimensi waktu time dimension. Karakteristik suatu institusi itu adalah apabila dapat diaplikasikan pada situasi ayng berulang repeated situations dalam suatu dimensi waktu. Kelembagaan tidak diciptakan hanya untuk satu atau dua momen pada suatu kurun waktu tertentu saja. 4 Dimensi tempat Place dimension. Suatu lingkungan fisik adalah salah satu determinan penting dalam aransemen kelembagaan, yang juga dapat berperan penting dalam aransemen kelembagaan, yang juga dapat berperan penting dalam pembentukan struktur kelembagaan. Akan tetapi, aransemen kelembagaan juga dapat berperan sangat penting pada perubahan kondisi atau lingkungan fisik. Hal inilah yang sering dikenal sebagai hubungan timbal balik feed-back relationship. 5 Aturan main dan norma rules and norms. Kelembagaan itu ditentukan oleh konfigurasi aturan main dan norma, yang telah dirumuskan oleh suatu kelompok masyarakat. Anggota masyarakat harus mengerti rumusan- rumusan yang mewarnai semua tingkah laku dan norma yang dianut dalam kelembagaan tersebut 6 Sistem pemantauan dan penegakan hukum monitoring and law enforcement. Aturan main dan norma harus dipantau dan ditegakkan oleh suatu badan yang kompeten, atau oleh masyarakat secara internal pada tingkat individu. Artinya, sistem pemantauan dan penegakan aturan ini tidak sekedar aturan diatas aturan, tetapi lebih lengkap. 7 Hirarki dan jaringan nested levels and institutions. Suatu kelembagaan bukanlah struktur yang terisolasi, melainkan merupakan bagian dari hirarki dan jaringan atau sistem kelembagaan yang lebih kompleks. Pola hubungan ini sering menimbulkan keteraturan yang berjenjang dalam masyarakat, sehingga setiap kelembagaan pada masing-masing tingkatan dapat mewarnai proses evolusi dari setiap kelembagaan yang ada. 8 Konsekuensi kelembagaan consequences of institutions. Disini umumnya dikenal dua tingkatan konsekuensi. Pertama, kelembagaan meningkatkan rutinitas atau keteraturan atau tindakan manusia yang tidak memerlukan pilihan yang lengkap dan sempurna. Tetapi kelembagaan dapat mempengaruhi tingkah laku individual melalui sistem insentif dan disinsentif. Kedua, kelembagaan memiliki pengaruh bagi terciptanya suatu pola interaksi yang stabil yang diinternalisasikan oleh setiap individu. Hal inilah yang menimbulkan suatu ekspektasi keteraturan di masa mendatang, tentunya dalam batas-batas aransemen kelembagaan structural. Oleh karena itu, kelembagaan dapat menurunkan ketidakpastian.

2.8. Kebijakan

Kebijakan adalah arah kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, arah pelaksanaan pencapaian tujuan berikut mekanismenya, tata- caranya atau prosedurnya. Kebijakan umumnya berbentuk peraturan perundangan atau peraturan pelaksanaan. Kebijakan harus dibuat oleh pejabat publik atau lembaga publik yang diberi kewenangan berdasarkan undang-undang. Kebijakan bersifat konseptual dan kongkrit, kebijakan konseptual adalah kebijakan yang telah dituangkan dalam suatu keputusan. Dunn 2000, mendefinisikan keputusan adalah suatu pilihan terhadap berbagai alternatif yang bersaing mengenai sesuatu hal. Kebijakan adalah dasar bagi pelaksanaan kegiatan atau pengambilan keputusan. Sebelumnya Hogwood and Gunn 1988 mengemukakan bahwa kebijakan dapat dibedakan menjadi kebijakan publik dan kebijakan privat. Kebijakan publik adalah tindakan kolektif yang diwujudkan melalui kewenangan pemerintah yang legitimate untuk mendorong, menghambat, melarang atau mengatur tindakan private individu atau lembaga swasta. Kebijakan publik memiliki dua ciri pokok: 1 Dibuat atau diproses oleh lembaga pemerintahan atau berdasarkan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah 2 Bersifat memaksa atau berpengaruh terhadap tindakan privat masyarakat luas publik. Kebijakan privat adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga swasta dan tidak bersifat memaksa kepada orang atau lembaga lain. Kebijakan privat hanya berlaku internal, bagi lembaga atau individu itu saja Hogwood and Gunn, 1988. Selanjutnya Williams 1971 dan Weiner and Vining 1989 menyatakan bahwa analisis kebijakan ialah proses atau kegiatan mensintesa informasi, termasuk hasil-hasil penelitian, untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain kebijakan publik. Kebijakan publik ialah keputusan atau tindakan pemerintah yang berpengaruh terhadap atau mengarah pada tindakan individu dalam kelompok masyarakat. Analisis Kebijakan menurut Dunn 2000 adalah aktivitas menciptakan pengetahuan tentang proses pembuatan kebijakan. Dalam menciptakan pengetahuan tentang proses pembuatan kebijakan, analisis kebijakan meneliti sebab, akibat, dan kinerja kebijakan dan program publik. Analisis kebijakan juga merupakan disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode pengkajian multiple dalam konteks argumentasi dan debat politik untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan, sedang menurut Quade in Dunn 2000, analisis kebijakan didefinisikan sebagai berikut : “Analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberi landasan para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan”. Tujuan analisis kebijakan adalah untuk memperbaiki kebijakan dengan cara menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkombinasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan. Metodologi analisis kebijakan yang digunakan adalah sistem standar, aturan dan prosedur untuk menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan. Prosedur analisis kebijakan yang lazim digunakan dalam analisis kebijakan Dunn, 2000 yaitu berupa : 1 merumuskan masalah-masalah kebijakan definisi, yakni menghasilkan infor- masi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan.