Unit Pengelola Taman Nasional Kepulauan Seribu

mangrove untuk pencelupan jaring nelayan sudah tidak ada lagi sehingga ekosistem mangrove relatif berkembang dengan baik. Dampak dari penanaman Tabel 12. Jumlah penanaman mangrove di kawasan TNKpS tahun 2005-2011 No. Tahun Luas Ha Jumlah batang 1. 2005 600 1.810.000 2. 2006 - - 3. 2007 750 3.750.000 4. 2008 12.4 62.000 5. 2009 43.0 215.000 6. 2010 110.3 551.500 7. 2011 680.0 3.400.000 Jumlah 2.190,7 9.788.500 Sumber : Laporan BTNKpS 2011 mangrove secara langsung terhadap hasil perikanan belum terlihat namun sebagai penahan ombak terutama di bagian timur Pulau Pramuka dan Pulau Harapan cukup efektif menahan gempuran ombak terutama pada musim barat dan timur. Tingkat keberhasilan penanaman mangrove berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus SPKP di perkirakan sekitar 85 . Peta tutupan lahan dalam kawasan TNKpS disajikan pada lampiran 4, 5, dan 6. 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Aspek-Aspek Yang Tidak Harmonis Dalam Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu TNKpS yang berada dalam wilayah yuridiksi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, masih terdapat be- berapa perbedaan dalam pengelolaannya baik dari perundang-undangan dan im- plementasinya. Perbedaan tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan taman nasional yang dikelola oleh pe- merintah melalui Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu BTNKpS. Beberapa perbedaaan tersebut teridentifikasi dan disajikan pada tabel 13 berikut ini: Tabel 13. Aspek-aspek yang tidak harmonis dari pihak pemerintah daerah dan BTNKpS. No. Objek Kab. Adm. Kep. Seribu TNKpS 1 Dasar hukum UU No.32 Tahun 2004 UU No.5 Tahun 1990 UU No.26 Tahun 2007 UU No.27 Tahun 2007 2 Dasar acuan Perda No.1 Tahun 2012 RPTN 1999 - 2019 rencana operasional 3 Pemanfaatan Basis demografi dan Berbasis zonasi kawasan perairan aktivitas ekonomi 4 Pulau kecil Dikembangkan untuk Tidak masuk kewe- daratan kepentingan ekonomi nangan taman na sional tetapi dapat mempengaruhi kawasan TN 5 Terumbu karang Boleh dimanfaatkan Degradasi dan pe- dan ditambang manfaatan dan jasa terbatas 6 Tata ruang Basis pemanfaatan Sistem zonasi 7 Masyarakat Perlakuan umum seperti Tidak berkewajiban diluar kawasan konser- diakomodir vasi 8 Perikanan Perlakuan umum Tidak diakomodir 9 Pasir laut Dilarang diambil Pemanfatan terbatas 10 Pengelolaan sumber Fokus pada terumbu Fokus pada man daya hayati karang DPLAPL grovefauna SPKP Dasar hukum pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu da- lam mengelolaan wilayahnya adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 angka 5 yang menyatakan bahwa Daerah Otonom, selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indo- nesia NKRI dan angka 7, Desentralisasi adalah penyerahan wewenang peme- rintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI. Sebagai daerah otonom Propinsi DKI Jakarta membuat dasar acuan rencana pengelolaan wilayah dan operasional den- gan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW 2030 yang merupakan rencana tata ruang Propinsi DKI Jakarta yang terdiri dari rencana tata ruang propinsi, rencana tata ruang kabupaten administrasi dan kota administrasi. Dasar hukum RTRW 2030 adalah Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Ke- cil. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu merupakan salah satu wilayah da- lam yuridiksi Propinsi DKI Jakarta, dimana kawasan TNKpS termasuk dalam wi- layahnya. Pemerintah Propinsi DKI memberikan kewenangan terbatas pada Peme- rintah Kabupaten Adminstrasi Kepulauan Seribu yang dibentuk berdasarkan Pe- raturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2001, untuk mengelola kawasan Kepulauan Seribu yang didalamnya terdapat kawasan TNKpS. Aspek kelestarian lingkun- gan seperti yang tercantum dalam undang-undang nomor 34 tahun 1999 tentang pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara republik Indonesia yang menyatakan bahwa peningkatan status Kepulauan Seribu menjadi Kabupaten Administrasi dimaksudkan untuk meningkatkan pengelolaan kepulauan seribu dalam segala aspek antara lain kelestarian lingkungan, konservasi sumberdaya alam, ekonomi, kesejahteraan rakyat dan sosial budaya. Kebijakan pengelolaan wilayah didasarkan pada Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Peme- rintah Propinsi DKI yang dalam menjalankan roda pemerintahan berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Sebe- lumnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Kewenan- gan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom pada pasal 3