16. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Nomor SK.05IV-KK2004 tentang Zonasi
Pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. 17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Peme- rintahan Daerah KabupatenKota.
18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tara Ruang Wilayah Nasional
19. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19Menhut-II2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam. 20. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Kebijakan pemerintah terkait dengan konservasi spesies adalah:
21. Peraturan Pemerintan Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan;
24. Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on International Trade in Endangered Species CITES of Wild Fauna and
Flora Lembaran Negara Tahun 1978 Nomor 51 ; 25. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 53Menhut-II2006 Nomor P.
01Menhut-II2007 tentang Lembaga Konservasi.
2.9. Interpretative Structural Modelling ISM
Interpretative Structural
Modelling ISM pertama kali diperkenalkan oleh
John Warfield pada tahun 1973 untuk menganalisis sistem sosial ekonomi yang kompleks dengan menggunakan komputer. Teknik ISM adalah proses pengkajian
kelompok, dimana model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang komplek dari sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama. Marimin
2009 mengemukakan bahwa ISM adalah, 1 Salah satu teknik pemodelan kebijakan strategis, 2 Metodologi kelompok untuk merumuskan struktur melalui
analisis elemen sistem kompleks, 3 Cara interprestasi objek, sistem secara grafis 4 Elemen-elemen dapat merupakan tujuan kebijakan, target organisasi, faktor-
faktor penilaian. Ditambahkan pula bahwa metodologi dan teknik ISM dibagi menjadi dua bagian, yaitu klasifikasi sub elemen dan penyusunan hirarki. Prinsip
dasarnya adalah identifikasi dari struktur didalam suatu sistem yang memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan untuk
pengambilan keputusan yang lebih baik Dalam perkembangannya .ISM kemudian di gunakan oleh para peneliti
untuk menganalisis pemasalahan lainnya, seperti Hardjanto 2006 melakukan kajian terhadap elemen sektor pada masyarakat yang mempengaruhi dalam usaha
kayu rakyat. Selanjutnya Indrawanto 2009 menggunakan pendekatan ISM untuk menganalisis pengaruh sub elemen E
i
mempengaruhi munculnya sub elemen E
j
, dimana struktur prioritas sub elemen E
i
lebih prioritas daripada sub elemen E
j
dalam pengembangan industri akar wangi Vetiveria zizanoides L. Demikian juga dengan yang dilakukan oleh Gorvett dan Liu 2007 yang
menggunakan konsep dan teknik ISM untuk memahami lebih mendalam mengenai keseluruhan resiko pada perusahaan yang bergerak di bidang asuransi.
Kholil et al. 2008 mengembangkan model kelembagaan yang sesuai dengan perkembangan kota dan masyarakat dalam kaitannya dengan pengelolaan sampah
diperkotaan atas partisipasi masyarakat. Sebelumnya Kusnandar dan Marimin 2003 menganalisis pengembangan tanaman obat untuk industi pembuatan jamu
dan struktur kelembagaannya, sebagai akibat dari makin naiknya harga obat sehingga mendorong konsumen beralih mengkonsumsi obat tradisionil atau jamu.