Pengertian Harmonisasi Prof. Dr. Ismudi Muchsin

model kuantitatif yang sempurna belum tentu diketahui, 2 Faktor-faktor penyebab bisa banyak sekali, 3 Adanya keragaman alami yang meyebabkan hasil yang diperoleh tidak bisa diulang secara persis Aunuddin, 2005. Penerapan prosedur statistik secara sembarangan dapat membawa pada kesimpulan yang salah Walpole, 1993, dan kesalahan pada pengujian hipotesis Riduwan, 2003 Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Analisis data didalam penelitian ini menggunakan atau dikerjakan dengan memakai formula atau model matematis yang dianggap tepat, seperti yang diuraikan dalam sub-bab berikut.

3.3.2.1 Analisis Kondisi Ekosistem Terumbu Karang

Data habitat terumbu karang dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi terkini dari ekosistem terumbu karang yang diamati. Tabel 3. Kriteria persentase penutupan karang hidup Persentase Tutupan Karang Hidup Kondisi 0.0 - 24.9 Buruk 25.0 - 49.9 Sedang 50.0 - 74.9 Baik 75.0 - 100 Sangat baik Sumber : Menteri Negara Lingkungan Hidup 2001 Setelah itu masing-masing bentuk pertumbuhan dihitung nilai penutupannya berdasarkan rumus English et al. 1997: L i adalah persentase penutupan biota ke-i; n i adalah panjang total kelompok biota karang ke-i; L adalah panjang total transek garis.

3.3.2.2 Teknik Interpretative Structural Modelling ISM

Survei pakar menggunakan pendekatan Intepretative Structural Modeling ISM Saxena et al. 1992, dan pendekatan ini bertujuan untuk memetakan peran dan fungsi masing-masing lembaga dalam kegiatan di TNKpS. Pengambilan contoh dilakukan dengan seleksi pakar secara sengaja purposive sampling terhadap responden. Responden survey terdiri atas: Kementerian KehutananPengelola Balai Taman Nasional dan Pemerintah PropinsiDaerah. Pemilihan berdasarkan asumsi bahwa kedua lembaga ini yang sangat berperan bagi keberhasilan pengelolaan kawasan. Berdasarkan analisis situasional, asumsi dasar dan elemen kunci disusun model konseptual harmonisasi kebijakan pengelolaan taman nasional. Metodologi dan teknik ISM menghasilkan dua elemen yaitu, 1 struktur hirarki elemen sistem, dan 2 klasifikasi sub elemen kunci. Informasi dari sistem yang dikaji kemudian distrukturisasi dalam bentuk matriks yang disebut structured self interaction matrix SSIM yang menggambarkan hubungan konstektual antar sub elemen dan elemen-elemen sistem. SSIM kemudian ditransformasi menjadi reachability matrix RM, yaitu matriks bilangan biner yang menyatakan hubungan secara matematis antar elemen di dalam sistem yang di kaji memiliki sifat transivitas dan reflektivitas. Berdasarkan RM, struktur sistem dalam bentuk hirarki dan hubungan antar elemen dibangun Gambar 5. Sebagai dasar pemilihan elemen di dasarkan pada Saxena 1992, yang membagi program menjadi 9 elemen dan alurnya disajikan pada gambar 5, yaitu : 1. Sektor masyarakat yang terpengaruhi 2. Kebutuhan dari program 3. Kendala utama 4. Perubahan yang dimungkinkan 5. Tujuan program 6. Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan 7. Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan 8. Ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas 9. Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program Berdasarkan studi pendahuluan dilapangan dan studi literatur, maka elemen-elemen yang digunakan dalam analisis kelembagaan pengelolaan Taman Nasional Kepulauan Seribu, yaitu : 1. Kebutuhan dari program 2. Kendala Utama 3. Tujuan program 4. Tolok ukur untuk menilai tujuan 5. Lembaga yang terlibat Sub elemen Kebutuhan program : 1. Infrastruktur listrik, jalan, telekomunikasi, transportasi, instalasi pengolahan air B1 2. Kompetensi SDM B2 3. Penetapan zonasi kawasan B3 4. Perencanaan B4 5. Keamanan kawasan B5 6. Pendanaan B6 7. Promosi dan publikasi B7 8. Monitoring dan evaluasi pengelolaan B8 9. Pemberdayaan masyarakat B9 10. Kepastian hukum B10 11. Dukungan stakeholder B11 12. Kepemimpinan 13. Kerjasama lintas sektoral Sub elemen kendala program : 1. Masih terdapat perbedaan persepsi dalam pengelolaan taman nasional K1 2. Lokasi dan batas zona inti belum dipahami masyarakat K2 3. Belum optimal implementasi program K3 4. Partisipasi aktif masyarakat K4 5. Belum terbinanya kemitraan yang menguntungkan semua pihak K5 6. Kerjasama lintas sektoral K6 7. Penyuluhan terhadap masyarakat K7 8. Penegakan hukum K8