keanekaragaman hayati laut adalah mencapai kondisi pemanfaatan sumberdaya hayati secara berkelanjutan.
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
1.6. Aspek Kebaharuan Novelty
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan di kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu yang kemudian menjadi acuan dalam penelitian ini,
disajikan pada lampiran 7. Pendekatan dengan konsep harmonisasi dalam pengelolaan dan kebijakan pembangunan daerah di Taman Nasional Kepulauan
Seribu maupun di Taman Nasional lainnya di Indonesia belum pernah dilakukan. Implikasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu masukan bagi
lembaga-lembaga yang berperan secara langsung bagi efektivitas dan keberlangsungan pengelolaan TNKpS dapat dicapai.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir berdasarkan kesepakatan dunia di definisikan sebagai suatu wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang di pengaruhi
perubahan di darat dan laut Dahuri, 2003. Di kemukakan juga bahwa ditinjau dari garis pantai coastline, suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas
boundaries, yaitu batas yang sejajar dengan garis pantai long-shore dan batas yang tegak lurus terhdap garis pantai cross-shore. Secara historis wilayah
pesisir merupakan wilayah yang paling dinamis dari waktu ke waktu dengan aktivitas manusia yang terus berkembang dan diketahui sebagai zona utama
kegiatan intensif manusia Islam, 2008 in Parvin et al. 2008. Sumberdaya pesisir adalah merupakan komponen penting sumberdaya hayati dan juga materi
penting pembangunan ekonomi nasional dan masyarakat Jin et al. 2003. Diperkirakan lebih dari 60 persen rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya
terhadap wilayah pesisir COREMAP II, 2006, demikian juga 60 persen dari populasi manusia secara global hidup disepanjang 100 km garis pantai dan
diprediksi populasi akan meningkat sampai 6 juta jiwa pada tahun 2025 UNEP 2007; Beaton, 1985. Sementara lebih dari 80 populasi di Australia hidup di
daerah pesisir dan pada tahun 2051 diprediksi bahwa populasi akan meningkat antara 4 sampai 13 juta Australian Bureau of Statistics, 2005 in Rowland and
Ulm, 2010 yang tentunya akan berdampak berupa tekanan yang besar terhadap pesisir McKinney, 2008. Namun tekanan terhadap wilayah pesisir bukan hanya
datang dari faktor kegiatan manusia, akan tetapi dari faktor alam, dimana banyak wilayah pesisir dunia yang terlihat rentan terhadap dampak perubahan iklim dan
naiknya permukaan laut Pamela et al. 2010; Nageswara et al. 2008 Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut di Afrika Selatan telah ada sejak
awal 164.000 ka Marean et al. 2007, di pesisir Laut Merah sampai Australia awal 125.000 ka Oppenheimer, 2009, dengan ditemukan bukti arkeologi di
Australia O’Connor, 2007. Wilayah pesisir Eropa merupakan sumberdaya yang vital dimana jutaan orang bergantung hidupnya, baik secara ekonomi dan untuk
kualitas hidup, juga menyediakan jasa ekosistem yang besar, dan esensial untuk
kesehatan lingkungan di Eropa. Namun banyak studi ilmiah yang dilakukan di Eropa dan di belahan dunia lainnya menyatakan hilangnya resiliensi: yaitu
kemampuan dari suatu ekosistem untuk bertahan dibawah pengaruh tekanan dan perubahan yang terjadi Meiner, 2010. Argawal dan Benson 2011
menambahkan dengan menyatakan bahwa tingginya densitas populasi dan peningkatan dengan cepat level populasi mempunyai efek negatif terhadap
sumberdaya.
KEBUTUHAN MANUSIA
FUNGSI EKOSISTEM
PERTUMBUHAN MANUSIA
TEKNOLOGI
KONSERVASI DAN REHABILITASI
PEMANFAATAN SUMBERDAYA
DEGRADASI SUMBERDAYA
SEKTOR-SEKTOR KEHIDUPAN
+ -
+ +
+
+
+ +
+
- -
- +
Gambar 2. Pemanfaatan sumberdaya pesisir Dalam dekade terakhir, riset arkeologi menunjukkan perubahan yang
dilakukan oleh manusia terhadap pesisir dan laut, pulau, dan ekosistem lainnya, membantu meningkatkan pemahaman manusia terhadap ekosistem pesisir modern
dan merupakan patokan serta acuan dasar untuk pengelolaan kontemporer dan restorasi Erlandson dan Rick, 2010; Rick dan Erlandson, 2009; Torben dan
Fitzpatrick, 2010. Untuk mengelaborasi strategi dan rencana spasial pengembangan wilayah pesisir secara berkelanjutan sangat penting untuk
mengetahui potensi nyata pengembangan wilayah. Sebagai parameter, dimana secara komprehensif karakter ekonomi, politik dan kekuatan militer wilayah laut,
sangat memungkinkan untuk menggunakan potensi ekonomi kelautan dengan estimasi secara komprehensif sosio-ekonomi, politik, lingkungan dan keuntungan
dari sisi militer pada perencanaan pengelolaan wilayah pesisir Gogoberidze, 2011. Jin et al. 2003, sebelumnya mensistesis kerangka kerja konseptual
sumberdaya pesisir berdasarkan teori dasar aturan nilai, investasi ekonomi dan ekonomi ekologi, akan membantu untuk melindungi dalam pemanfaatan wilayah
pesisir secara rasional. Tekanan terhadap wilayah pesisir terutama pada ekosistem terumbu
karang terus terjadi dimana penambangan karang, penangkapan ikan dengan menggunakan bom serta aktifitas lainnya yang bersifat merusak kelangsungan dari
sumberdaya Dahuri, 2003; Bengen, 2001 ataupun sedimentasi yang disebabkan oleh pertanian intensif Cole, 2003 maupun kegiatan budidaya ikan Loya and
Kramarsky-Winter, 2003, walaupun secara alamiah, ekosistem karang mendapat gangguan seperti naiknya temperatur permukaan laut yang menyebabkan
bleaching dan mortalitas pada karang Anthony and Connolly, 2007, Pemangsaan oleh Acanthaster Nugues, 2009, dan ikan Jayewardene, 2009,
maupun penyakit Richardson, 1998; Patterson et. al. 2002. Ekosistem pesisir terdiri dari ekosistem mangrove, padang lamun, terumbu
karang yang berfungsi sebagai penunjang kehidupan biota darat dan laut, serta perlindungan secara fisik kawasan pesisir. Ketiga ekosistem tersebut adalah
merupakan ekosistem yang paling berharga di bumi USCRTF, 2000. 1 Ekosistem Mangrove
Mangrove memiliki produktivitas primer yang tinggi, sehingga merupakan habitat yang penting bagi fauna sebagai tempat mencari makan, daerah asuhan
dan perlindungan terutama bagi juvenil ikan Nagelkerken and Faunce, 2008; Tse et al
. 2008, kepiting Erickson et al. 2008; Kon et al. 2009; Nordhaus et al. 2009, moluska Dahuri, 2003 dan 29 spesies Potamididae Gastropoda yang
berasosiasi dengan mangrove Reid et al. 2008, demikian juga dengan burung, kelelawar, primata, reptile dan berbagai jenis insekta yang menggunakan
mangrove sebagai habitatnya. Mangrove dapat memberikan kontribusi yang tinggi kepada manusia sebagai sumber mata pencaharian, mitigasi dan adaptasi
Spalding et al. 2010; Rhodes et. al. 2011, menyediakan barang dan jasa ekosistem Daily and Matson, 2008, serta mengontrol kualitas air Nagelkerken
et al. 2008.
2 Ekosistem Padang Lamun Padang lamun merupakan penyanggah ekosistem terumbu karang, yang
berfungsi untuk meredam gelombang dan arus, perangkap sedimen, daerah asuhan, tempat mencari makan dan daerah pemijahan. Secara umum di kawasan
perairan Indonesia terdiri dari tiga genera yang termasuk suku Hydrocaritaceae, yaitu Enhalus, Thalassia, dan Halophila, sedangkan empat marga lainnya
termasuk dalam suku Pomatogetonaceae adalah Halodule, Cymodoceae, Syringodium
, dan Thalassodendron Nontji, 1987. Kepulauan Seribu ditumbuhi jenis Thallasia, Syrongodium, Thalosodendrum, dan Chimodecea Soebagio,
2005 Fragmentasi yang terjadi di sistem lamun dapat merubah lanskap padang
lamun Bell et al. 2001, eutropikasi dapat memicu perubahan biologi Cardoso et al
. 2004, maupun herbisida dapat menghambat fotosintesis dan pertumbuhan lamun Chesworth et al. 2004.
3 Ekosistem Terumbu karang Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di wilayah
pesisir, yang merupakan habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna, baik sebagai daerah pemijahan spawning ground, mencari makanan feeding ground dan
pembesaran nursery ground bagi sejumlah besar biota hidup seperti kepiting, udang, ikan dan organisme hidup lainnya de la Moriniere, 2002. Ekosistem
terumbu karang mempunyai nilai penting secara ekonomi, sosial dan budaya untuk seluruh bangsa di dunia. menyediakan jasa ekonomi dan lingkungan untuk
jutaan manusia, baik sebagai pertahanan garis pantai, keindahan alami, rekreasi dan turisme, dan sumber makanan, farmasi, mata pencaharian, dan penghasilan
USCRTF, 2000, namun sangat rentan dari tekanan akibat kegiatan manusia.