Kelembagaan Prof. Dr. Ismudi Muchsin

2.9. Interpretative Structural Modelling ISM

Interpretative Structural Modelling ISM pertama kali diperkenalkan oleh John Warfield pada tahun 1973 untuk menganalisis sistem sosial ekonomi yang kompleks dengan menggunakan komputer. Teknik ISM adalah proses pengkajian kelompok, dimana model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang komplek dari sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama. Marimin 2009 mengemukakan bahwa ISM adalah, 1 Salah satu teknik pemodelan kebijakan strategis, 2 Metodologi kelompok untuk merumuskan struktur melalui analisis elemen sistem kompleks, 3 Cara interprestasi objek, sistem secara grafis 4 Elemen-elemen dapat merupakan tujuan kebijakan, target organisasi, faktor- faktor penilaian. Ditambahkan pula bahwa metodologi dan teknik ISM dibagi menjadi dua bagian, yaitu klasifikasi sub elemen dan penyusunan hirarki. Prinsip dasarnya adalah identifikasi dari struktur didalam suatu sistem yang memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik Dalam perkembangannya .ISM kemudian di gunakan oleh para peneliti untuk menganalisis pemasalahan lainnya, seperti Hardjanto 2006 melakukan kajian terhadap elemen sektor pada masyarakat yang mempengaruhi dalam usaha kayu rakyat. Selanjutnya Indrawanto 2009 menggunakan pendekatan ISM untuk menganalisis pengaruh sub elemen E i mempengaruhi munculnya sub elemen E j , dimana struktur prioritas sub elemen E i lebih prioritas daripada sub elemen E j dalam pengembangan industri akar wangi Vetiveria zizanoides L. Demikian juga dengan yang dilakukan oleh Gorvett dan Liu 2007 yang menggunakan konsep dan teknik ISM untuk memahami lebih mendalam mengenai keseluruhan resiko pada perusahaan yang bergerak di bidang asuransi. Kholil et al. 2008 mengembangkan model kelembagaan yang sesuai dengan perkembangan kota dan masyarakat dalam kaitannya dengan pengelolaan sampah diperkotaan atas partisipasi masyarakat. Sebelumnya Kusnandar dan Marimin 2003 menganalisis pengembangan tanaman obat untuk industi pembuatan jamu dan struktur kelembagaannya, sebagai akibat dari makin naiknya harga obat sehingga mendorong konsumen beralih mengkonsumsi obat tradisionil atau jamu.

2.10. Pengertian Harmonisasi

Harmonisasi adalah penyelarasan dan memantapkan konsepsi rancangan berbagai kebijakan terkait dengan peraturan perundang-undangan dengan yang lain, baik yang lebih tinggi, sederajat, dan yang lebih rendah dan hal-hal lain selain peraturan perundang-undangan, sehingga tersusun secara sistematis tidak saling bertentangan atau tumpang tindih overlapping. Istilah harmonisasi pertama kali dikemukakan dalam bidang hukum oleh Rudolf Stammler 1902 in Ramli 2008 dimana tujuan atau fungsi hukum adalah harmonisasi berbagai maksud, tujuan dan kepentingan antara individu dengan individu dan antara individu dengan masyarakat. Di Indonesia masalah harmonisasi telah mulai digagas oleh Soepomo, seorang ahli hukum adat yang mengemukakan bagaimana menghubungkan sistem hukum Indonesia dengan gagasan hukum yang berasal dari sistem hukum barat agar menjadi suatu harmoni. Selanjutnya Ramli 2008 menyatakan bahwa pengaturan mengenai harmonisasi peraturan perundang- undangan pasca kemerdekaan sesungguhnya telah mulai diatur di dalam Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1970 tentang Mempersiapkan Rancangan Undang- Undang dan Rancangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Pendapat Syaugi 2010 tujuan utama harmonisasi hukum adalah berupaya mencari keseragaman atau titik temu dari prinsip-prinsip yang bersifat fundamental dari berbagai sistem hukum yang ada yang akan diharmonisasikan. Goeniadhie 2010 memperkuat dengan pernyataannya bahwa penegakan hukum hanya dapat terlaksana apabila dimensi hukum selalu menjaga harmonisasi keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara moralitas sosial, moralitas kelembagaan dan moralitas sipil warga negara yang didasarkan pada nilai-nilai aktual di dalam masyarakat. Sementara maksud dari kegiatan harmonisasi adalah agar substansi yang diatur dalam produk perundang-undangan tidak tumpang tindih, saling melengkapi suplementer, saling terkait dalam implementasinya. Adapun tujuan dari kegiatan harmonisasi adalah untuk mewujudkan landasan pengaturan suatu bidang tertentu yang dapat memberikan kepastian dan penegakan hukum yang memadai bagi penyelenggaraan bidang tersebut secara efisien dan efektif. Penegakan hukum dapat pula dilihat sebagai institusi, badan atau organisasi dengan kualitas birokrasinya masing-masing. Dalam kaitan ini penegakan hukum dilihat dari kacamata kelembagaan. Perspektif ini perlu dipahami secara komprehensif dengan melihat pula keterkaitannya satu sama lain serta keterkaitannya dengan berbagai faktor dan elemen yang terkait dengan hukum itu sendiri sebagai suatu sistem. Perspektif ini meniscayakan dilakukannya harmonisasi hukum dan harmonisasi penegakan hukum secara komprehensif, terintegrasi, konsisten dan taat asas.