Latar Belakang Prof. Dr. Ismudi Muchsin

Mencermati uraian diatas, permasalahan yang perlu dikaji dalam kerangka pengembangan dan pelestarian ekosistem adalah: 1 Apakah dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan yang mengandalkan potensi keanekaragaman sumberdaya laut, Pemerintah Daerah dan Pengelola Taman Nasional Kepulauan Seribu telah mempunyai kerangka kerjasama yang terpadu. 2 Apakah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu untuk mengkaji kembali berbagai kebijakan yang telah ditetapkan dan diimplementasikan selama ini, dalam upaya pengembangan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang memiliki spesifikasi wilayah kepulauan. 3 Apakah tujuan dari konservasi, yaitu untuk keberlanjutan sumberdaya yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat, terutama nelayan sekitar telah memberikan dampak menguntungkan secara ekologi, ekonomi dan sosial atau sebaliknya tidak memberikan nilai tambah, 3 Apakah bagi pemerintah daerah yang memiliki karakteristik wilayah kepulauan dan didalamnya terdapat kawasan konservasi, sudah berorientasi pembangunannya ke arah sektor kelautan dan perikanan. 4 Apakah pihak pengelola kawasan taman nasional telah menerapkan dan mengimplementasikan kebijakan pengelolaan sesuai dengan Rencana Pengelolaan Taman Nasional. 5 Apakah kebutuhan stakeholder dalam pengelolaan taman nasional dapat terakomodir dalam strategi pengelolaan dan kebijakan. Kompleksitas permasalahan tersebut diatas, tentunya membutuhkan jawaban melalui suatu penelitian yang sistematis, rasional dan obyektif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan taman nasional secara berkelanjutan. Konsep harmonisasi dalam pengelolaan dan kebijakan adalah untuk mewujudkan landasan kerjasama lintas lembaga dalam pengelolaan Taman Nasional Kepulauan Seribu yang dapat memberikan kepastian yang memadai bagi penyelenggaraan kegiatan konservasi secara efisien dan efektif. Kerangka alur pemikiran dalam penelitian ini disajikan dalam Gambar 1, dan tahapan penelitian pada Gambar 3.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengelolaan ekosistem terumbu karang oleh Kabupaten Admi- nistrasi Kepulauan Seribu dan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu 4. Merancang strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu

1.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah dalam hal ini pengelola kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu dan Pemerintah Provinsi DKI dalam merumuskan kebijakan pengelolaan sumberdaya terumbu karang yang berkelanjutan berkaitan dengan kegiatan masyarakat dan stakeholder lainnya yang berada dalam kawasan taman nasional. Informasi bagi masyarakat dan stakeholder lainnya dalam menentukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang dalam kawasan secara arif dan bijaksana.

1.5. Kerangka Pikir Penelitian

Taman Nasional Kepulauan Seribu secara yuridiksi berada dalam wilayah Kabupaten Adminstrasi Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta yang pembentukannya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2001. Adapun pembentukan wilayah adminstrasi ini adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara merata dan untuk melindungi kawasan dari kerusakan lingkungan. Dalam upaya mewujudkan kelestarian lingkungan dan serta keberlanjutan pembangunan, terutama dalam kawasan Kepulauan Seribu sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, sebagian wilayah di Kabupaten Adminstrasi Kepulauan Seribu di jadikan taman nasional, dan sesuai dengan ketentuan dalam undang- undang pengelolaan harus oleh pemerintah melalui Departemen Kehutanan membentuk unit pengelola kawasan taman nasional yaitu Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Dasar kebijakan pengelolaan taman nasional oleh Balai TNKpS adalah Rencana Pengelolaan Taman Nasional RPTN, sementara Pemerintah Propinsi DKI memberikan kewenangan pada Pemerintah Kabupaten Adminstrasi Kepulauan Seribu untuk mengelola kawasan Kepulauan Seribu termasuk di dalamnya kawasan TNKpS yang kebijakan pengelolaan berdasarkan pada Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintah Propinsi DKI yang dalam menjalankan roda pemerintahan berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan undang-undang tersebut maka kebijakan pemerintah daerah dalam pengelolaan kemudian di jabarkan dalam bentuk rencana strategis tata ruang. Implementasi dari undang-undang yang menjadi dasar kebijakan kelembagaan yang terlibat dalam pengelolaan kawasan taman nasional yang kemudian menjadi konflik dalam pemanfaatan ruang di kawasan TNKpS sehubungan dengan kewenangan masing-masing. Implikasi dari konflik kewenangan kemudian berdampak terhadap ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan. Secara ekologi terjadi penurunan kualitas lingkungan dengan adanya kegiatan masyarakatnelayan yang merusak, yang berimbas pada bidang ekonomi, sosial masyarakat dan secara kelembagaan terjadi ketidak harmonisan dalam hubungannya. Permasalahan ini yang kemudian di pandang perlu untuk melakukan kajian terhadap kelembagaan melalui kebijakan-kebijakan yang diimplementasikan berkaitan dengan pengelolaan kawasan TNKpS dengan melalui tahapan: 1. Analisis terhadap kegiatan yang sifatnya merusak dari masyarakat terutama kegiatan penambangan karang, berkaitan dengan seberapa besar kegiatan tersebut dilakukan dan berapa besar sumberdaya terumbu karang di eksploitasi. 2. Analisis kelembagaan untuk dapat memetakan lembaga-lembaga yang dapat menentukan arah pada keberhasilan pengelolaan kawasan taman nasional berdasarkan prioritas program. 3. Hasil dari analisis yang dilakukan, kemudian dijadikan dasar solusi permasalahan dengan harmonisasi kebijakan dari kelembagaan yang terlibat untuk keberlanjutan pengelolaan seperti yang menjadi tujuan pengelolaan keanekaragaman hayati laut adalah mencapai kondisi pemanfaatan sumberdaya hayati secara berkelanjutan. Gambar 1 Kerangka pikir penelitian