106
6.3.5.2. EBITDA Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Ammortization
EBITDA adalah pendekatan pendapatan yang dihitung dari peneriman operator telepon
seluler sebelum dikurangi dengan bunga, pajak, penyusutandepresiasi dan amortisasi.
Tabel 6.9 menyajikan EBITDA dari lima operator utama telepon seluler di Indonesia. Dari
tabel tersebut terlihat bahwa EBITDA dari Telkom Group yang mencakup Telkomsel dan
Telkom ‐Flexi menunjukkan nilai yang jauh lebih besar daripada operator lainnya. Bahkan
EBITDA dari Indosat belum sampai Rp. 10 Triliun. Namun secara umum, EBITDA operator
telepon seluler menunjukkan trend peningkatan.
Tabel 6.9 EBITDA Operator Utama Telepon Seluler di Indonesia Rp. Milyar
No Operator
2006 2007
2008
1 Telkom Group
31.716 37.067 34.621 2
Indosat Group 7.051
8.714 9.321 3
Exelcomindo 2.554 3.509 5.132
4 Bakrie
292 545 822
5 Mobile‐8
397 239
N.A Namun
jika dilihat dari trend pertumbuhannya, gambar 6. 15 menunjukkan bahwa pada tahun
2008, penurunan EBITDA justru terjadi pada operator yang paling besar yaitu Telkom Group.
Setelah tumbuh sebesar 16,9 pada tahun 2007, EBITDA Telkom Group justru mengalami
penurunan sebesar 6,6 pada 2008. Penurunan EBITDA Telkom Group pada tahun
2008 diperkirakan terkait dengan peningkatan kapasitas yang dilakukan dengan cukup besar
pada tahun 2008 yang berimplikasi pada meningkatnya biaya penyusutan dan lainnya. Exelcomindo
menunjukkan pertumbuhan EBITDA yang semakin meningkat dari 2007 ke 2008
seiring dengan meningkatnya pendapatan operasionalnya.
Sementara Bakrie Telecom menunjukkan pertumbuhan EBITDA paling tinggi dibanding
operator seluler lainnya. Peningkatan EBITDA dari Bakrie Telekom ini terkait dengan
ekspansi yang dilakukan Bakrie Telekom yang diiringi dengan berbagai inovasi produk dan
perbaikan kualitas layanan yang menyebabkan bertambahnya pelanggan secara signifikan
seperti ditunjukkan pada tabel sebelumnya.
107
Gambar 6.15. Pertumbuhan EBITDA Operator Utama Telepon Seluler
6.3.5.3. ARPU Average Revenue Per User