Pola Penggunaan menurut Wilayah Kepulauan

127 Penggunaan frekuensi untuk wilayah Indonesia Timur masih tergolong rendah. Total penggunaan frekuensi untuk di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua masih kurang dari 8 dari penggunan frekuensi nasional. Bahkan untuk Papua dan Maluku, penggunaan frekuensi hanya 1,68 dari penggunaan frekuensi nasional. Penggunaan frekuensi yang cukup signifikan hanya terjadi di Sulawesi Selatan 2,85, Bali 2,79 dan Kalimantan Timur 3,47 dari total penggunaan frekuensi nasional. Dari pola penyebaran penggunaan frekuensi ini terlihat bahwa penggunaan frekuensi antar daerah sangat ditentukan bukan hanya oleh jumlah penduduk tapi dinamika kegiatan sosial ekonomi khususnya terkait dengan kemajuan ekonomi suatu daerah.

7.2.4. Pola Penggunaan menurut Wilayah Kepulauan

Penggunaan frekuensi untuk wilayah Sumatera seperti diperlihatkan pada gambar 7.3 menunjukkan bahwa penggunaan paling besar ada di propinsi Sumatera Utara , Riau dan Sumatera Selatan. Dari persebaran ini juga menunjukkan bahwa penggunaan frekuensi banyak terkait dengan dinamika kegiatan sosial ekonomi dan tingkat perkembangan ekonomi dan kemajuan pembangunan daearah tersebut. Penggunaan frekuensi di Bengkulu dan Bangka Belitung yang dinamika kegiatan sosial dan terutama ekonominya tidak cukup tinggi menggunakan frekuensi yang juga tidak terlalu besar. Gambar 7.3. Penggunaan Frekuensi menurut Service di wilayah Sumatera 128 Dari sisi jenis servicenya, penggunaan frekuensi pada semua propinsi di Sumatera paling banyak adalah untuk jenis fixed service, diikuti dengan penggunaan untuk land mobile public dan land mobile private. Penggunaan frekuensi di Propinsi NAD dan Sumatera Utara untuk fixed service jauh diatas penggunaan untuk land mobile private dan land mobile public. Sementara di Lampung, tidak terlalu berbeda jumlah penggunaan . Penggunaan frekuensi di pulau Jawa adalah yang tertinggi dibanding dengan wilayah lainnya. Penggunaan frekuensi di pulau Jawa paling tinggi ada di Jawa Barat, diikuti oleh Jawa Timur dan DKI Jakarta dimana penggunaan frekuensi di ketiga propinsi tersebut masing ‐masing lebih dari 10. Penggunaan frekuensi di Pulau Jawa ini paling rendah ada di Propinsi DI Yogyakarta. Dari sebaran penggunaan frekuensi di pulau Jawa ini terlihat bahwa luasan wilayah propinsi juga menentukan besarnya penggunaan frekuensi, kecuali untuk DKI Jakarta yang memang memiliki kepadatan kegiatan sosial ekonomi yang sangat tinggi sehingga meskipun wilayahnya tidak luas, namun penggunaan frekuensinya lebih tinggi. Gambar 7.4. Penggunaan Frekuensi menurut Service di wilayah Jawa Dari sisi jenis penggunaan frekuensi, penggunaan frekuensi paling banyak di Pulau Jawa adalah juga untuk penggunaan fixed services, diikuti dengan penggunaan untuk land mobile public. Penggunaan frekuensi untuk land mobile private di pulau Jawa ternyata tidak terlalu tinggi hampir disemua daerah, kecuali untuk di Jawa Tengah dimana penggunaan 129 untuk land mobile private tidak terlalu berbeda jauh jumlahnya dengan penggunaan untuk land mobile public. Sementara penggunaan frekuensi untuk broadcast dan satellite masih rendah meskipun di DKI Jakarta. Penggunaan frekuensi di wilayah Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi seperti diperlihatkan pada gambar 7.5 menunjukkan bahwa penggunaan frekuensi di wilayah ini masih sangat rendah kecuali untuk Bali dan Sulawesi. Penggunaan frekuensi yang sangat rendah terutama terlihat di Propinsi Gorontalo sebagai perusahan yang baru berkembang dan juga di Sulawesi Tengah dan NTT yang memiliki kegiatan sosial ekonomi tidak terlalu tingggi menunjukkan penggunan frekuensi yang rendah. Penggunaan frekuensi di propinsi‐propinsi selain Bali, Sulawesi Selatan dan NTB, besarnya masih kurang dari 3.000 atau kurang dari 1,5 total penggunaan nasional. Gambar 7.5. Penggunaan Frekuensi menurut Service di wilayah Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi Dari sisi jenis penggunaan frekuensi, penggunaan frekuensi di wilayah Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara ini paling banyak juga untuk penggunaan fixed service , diikuti dengan land mobile public. Namun untuk penggunaan frekuensi di NTB dan NTT, penggunaan frekuensi untuk land mobile private juga cukup tinggi. Bahkan di propinsi NTT, penggunaan frekuensi untun land mobile private lebih tinggi daripada untuk land mobile public dan hampir sama dengan jumlah penggunaan untuk fixed service. 130 Penggunaan frekuensi di wilayah Kalimantan, Maluku dan Papua menunjukkan tingkat penggunaan yang sangat berbeda. Penggunaan frekuensi di wilayah Maluku dan Papua masih sangat rendah sementara penggunaan di wilayah Kalimantan sudah cukup signifikan khususnya di Kalimantan Timur. Jumlah penggunaan frekuensi di wilayah Kalimantan rata‐ rata jumlahnya sudah diatas 4.000 sementara di Kawasan Timur Indonesia kecuali untuk Papua masih kurang dari 2.000. Penggunaan frekuensi di wilayah ini paling besar ada di Kalimantan Timur yang mencapai 9.000, diikuti dengan Kalmantan Barat. Gambar 7.6. Penggunaan Frekuensi menurut Service di wilayah Kalimantan, Maluku dan Papua Berdasarkan jenis pengunaannya, seperti diwilayah lain penggunaan frekuensi di wilayah ini paling banyak juga untuk fixed service. Namun berbeda dengan wilayah lain, penggunaan untuk land mobile private cukup tinggi di wilayah ini bahkan lebih tinggi daripada penggunaan untuk land mobile public. Bahkan penggunaan frekuensi untuk land mobile private di Papua lebih tinggi daripada penggunaan frekuensi untuk fixed mobile. Kondisi geografis yang sulit pegunungan dan konsentrasi kepadatan kegiatan sosial‐ekonomi yang terpusat pada beberapa titik saja di Papua diduga terkait dengan pola penggunaan frekuensi di Papua sehingga lebih banyak penggunaan untul land mobile private. 131

7.2 Monitoring