commit to user
Cerita sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan waktu, peristiwa yang satu berlangsung sesudah terjadinya peristiwa yang lain. Dengan
demikian hakikat cerita akan melibatkan 2 unsur, yakni bentuk dan substansi. Jelasnya, cerita hakikatnya merupakan pembeberan dan pengurutan gagasan yang
mempunyai urutan awal, tengah, dan akhir Burhan Nurgiyantoro, 1995: 92. Cerita rakyat merupakan bagian dari sastra daerah yang dalam
pengungkapannya menggunakan bahasa setempat, berkembang dari masa lalu sejak bahasa-bahasa tulis belum dikenal. Cerita rakyat diwariskan secara lisan,
sehingga banyak tambahan yang disisipkan atau dikembangkan dan bervariasi tergantung si pencerita, sehingga muncul beberapan versi berbeda meskipun
ceritanya sama. Sama seperti sastra lisan, cerita rakyat biasanya disebarkan secara lisan
dari mulut ke mulut bersifat tradisional, dari satu generasi ke generasi, dapat terdiri dari berbagai versi cerita, dan biasanya tidak diketahui pengarangnya.
Kadang-kadang penuturannya disertai dengan perbuatan misalnya melalui gerakan tari-tarian, tradisi mendalang dan sebagainya. Ini juga menjadi ciri-ciri cerita
rakyat yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia
b. Jenis-Jenis Cerita Rakyat
Para ahli sastra menggolongkan cerita rakyat secara berbeda-beda namun ditemukan banyak kesamaan. Penelitian ini mengambil cerita rakyat dari tiga
kelompok yaitu mitemitos, legenda, dan dongeng, tetapi peneliti hanya
commit to user
mengambil kelompok legenda, yakni legenda setempat dan legenda perseorangan. Hal ini dimaksudkan mempertimbangkan keberadaan cerita rakyat.
Cerita rakyat memiliki beberapa perbedaan tentang penggolongannya. Namun, perbedaan penggolongan cerita rakyat tersebut bukanlah sesuatu yang
penting. Hal-hal yang berbeda tersebut, akhirnya akan ditemukan adanya kesamaan, unsur edukatifnya, maupun unsur religinya dll. Fank membagi cerita
atau sastra rakyat menjadi lima golongan, yaitu: 1 cerita asal-usul, 2 cerita binatang, 3 cerita jenaka, 4 ceria pelipur lara, 5 pantun, Liaw Yock Fank
2002: 1. James Dananjaya 1997: 30 menyebutkan bahwa cerita rakyat yang
tergolong dalam sastra lisan, di dalamnya dibagi menjadi 1 mite myth, 2 legenda legend serta 3 dongeng folktale. Mite adalah cerita rakyat yang
dianggap benar-benar terjadi oleh masyarakat pendukungnya, legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi oleh pendukungnya tetapi
tidak dianggap suci seringkali mengambil tokoh manusia, kadang kala mempunyai sifat yang luar biasa dan dibantu oleh makhluk halus, tempat
kejadiannya bisa masa sekarang maupun masa lampau, sedangkan dongeng folktale merupakan cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi,
tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Lie Yock Fank dalam Herman J. Waluyo, 2008: 2, 16, 20, menyatakan
ada lima jenis cerita rakyat yaitu: mite, legenda, fabel, cerita jenaka, dan cerita pelipur lara. Mite dan legenda secara bersama-sama disebut dongeng etiologiasal
commit to user
usul. Fabel adalah cerita binatang. Cerita jenaka disebut juga cerita lucu. Cerita pelipur lara adalah kisah muda-mudi.
Selanjutnya Herman J Waluyo, 2008: 1-20 memberikan contoh masing- masing cerita rakyat antar lain:
1 Mite contohnya dongeng Nyai Roro Kidul, dongeng Aji Saka, dongeng Hantu
dan Roh Halus. 2
Legenda contohnya dongeng Asal Usul DesaKotadaerah, Terjadinya Kota Banyuwangi, Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu.
3 Fabel contohnya Kancil dengan Harimau, Kancil dengan Pak Tani.
4 Cerita jenaka contohnya Pak Pandir dan Musang Berjanggut.
5 Cerita pelipur lara contohnya Sri Rama, Roro Mendut-Pronocitro.
Berikut penuturan Hernan J Waluyo dalam Cerita Rakyat dari Berbagai Daerah. 2008: 1
“ Cerita rakyat bukanlah folk-lore, namun folk-literature yang merupakan bagian dari folk-lore. Di berbagai daerah ada cerita rakyat. Sering kali cerita
rakyat dari berbagai daerah yang satu ada persamaannya dengan cerita rakyat daerah lain, karena dulunya terjadi penyebaran itu secara lisan.”
Berbeda dengan pendapat Liaw Yock Fang di atas, secara umum, Bascom
1965:4 membagi cerita rakyatcerita prosa rakyat folk literature ke dalam tiga kelompok, yaitu: mite myth, legenda legend, dan dongeng folktale. Senada
dengan Bascom, Haviland 1993: 230 juga membagi cerita rakyat ke dalam tiga kelompok, yaitu: mitos, legenda, dan dogeng.
Untuk menghindari perbedaan pendapat dalam masyarakat mengenai cerita rakyat, maka dalam penelitian ini membagi cerita rakyat folklore menjadi
tiga kelompok, yaitu: 1 mite, 2 legenda dan 3 dongeng. Selain itu juga
commit to user
mempertimbangkan bahwa cerita rakyat yang diangkat dalam penelitian ini masuk dalam kategori pendapat William R. Van Bascom dan Haviland. Ketiga bentuk
cerita rakyat tersebut dapat diuraikan secara teoritis sebagai berikut:
1 Mite atau Mitos
Mite atau mitos cerita yang bersifat dongeng tentang asal-usul suatu tempat, tentang kejadian alam, manusia binatang, dan penempatan. Apabila
ditinjau dar segi peristilahan mite berasal dari kata “mythos” Yunani yang berarti cerita para dewa-dewa dan pahlawan perkasa yang dipuja-puja. Bascom dalam
Dananjaya menyatakan pendapatnya bahwa mite mitos adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite
ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain atau di dunia yang tidak dikenal sekarang, karena terjadi pada masa yang
telah lampau Bascom dalam James Dananjaya, 1997: 50. Lebih lanjut James Dananjaya 1997: 50 menjelaskan bahwa mite pada
umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam dan
sebagainya. Mite juga mengisahkan tentang petualangan tentang para dewa, kisah percintaan mereka, hubungan kekerabatan mereka, kisah perang mereka dan
sebagainya. Suripan Sadi Hutomo berpendapat bahwa mite atau mitos adalah cerita-cerita suci yang mendukung sistem kepercayaan atau agama. Yang
termasuk mitos adalah cerita-cerita yang menerangkan asal-usul dunia, kehidupan manusia dan kegiatan-kegitan hidup seperti bercocok tanam, kepercayaan Dewi
Sri atau adat-istiadat lainnya Suripan Sadi Hutomo, 1991: 63.
commit to user
Stainberg berpendapat bahwa mite adalah cerita rakyat yang bersifat suci, penuh dengan kegaiban dan kesaktian, dan mempunyai dasar sejarah dalam
Djarmanis, 2003: 98. Hidayat dan Navis, 2003: 87 menyatakan bahwa mitos merupakan gambaran tenang suatu dalam bentuk simbol agar memudahkan orang-
orang memahaminya. Dengan demikian, mitos sebenarnya merupakan suatu realitas yang terlalu kompleks dan sulit dipahami, karena mitos merupakan
ekspresi berbagai makna dan cara. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mitos
adalah cerita tradisi tentang binatang, kejadian alam, dan penempatan. Cerita tradisi tersebut yang dianggap benar-benar terjadi dan bersifat suci penuh dengan
kegaiban dan kesaktian dan mempunyai dasar sejarah cerita, cerita tentang peristiwa-peristiwa yang semihistoris yang menerangkan masalah-masalah
tentang kehidupan manusia, dan asal mula terjadi dunia.
2 Legenda
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Legenda adalah cerita
yang mengisahkan sejarah satu tempat atau peristiwa zaman silam. Ia mungkin berkisah tentang seorang tokoh, keramat, dan sebagiannya. Setiap penempatan
yang bersejarah lama mempunyai legendanya sendiri. Haviland 2003: 230-231 menyatakan bahwa legenda adalah cerita-cerita
semihistoris yang memaparkan perbuatan para pahlawan, perpindahan penduduk, dan terciptanya adat kebiasaan lokal, selalu berupa campuran antara yang realis
dan yang supranatural dan luar biasa. Sebagai cerita rakyat legenda tidak harus
commit to user
dipercaya atau dipercaya, tetapi fungsinya untuk menghibur dan untuk memberi pelajaran serta untuk membangkitkan atau untuk menambahkan kebanggakan
orang atas keluarga, suku, atau bangsa nation. Legenda dapat memuat tentang keterangan-keterangan langsung atau
tidak langsung tentang sejarah, kelembagaan, hubungan nilai, dan gagasan-gagasan. Legenda juga memuat cerita
omong kosong dan sebagainya. William R. Van Bascom dalam Djamaris, 2003: 98 Legenda adalah
cerita yang mempunyai cirri-ciri mirip mite yang dianggap benar-benar terjadi, akan tetapi tidak dianggap suci. Berlainan dengan mite. Legenda ditokohi oleh
manusia biasa walaupun ada kalanya sifat-sifat luar biasa atau sering juga dibantu oleh makhluk gaib.
Legenda dapat mengandung rincian-rincian mitologis, khususnya kalau berkaitan dengan masalah supranatural dan oleh karena itu tidak selalu dapat
dibedakan dengan mitos. Secara lebih terperinci, Brunvand menggolongkan legenda ke dalam empat kelompok, yaitu: 1 legenda keagamaan religious
legend, 2 legenda alam gaib supernatural legend, 3 legenda perseorangan personal legend, dan 4 legenda setempat local legend, James Dananjaya,
1997: 67-71.
1 Legenda Keagamaan
Legenda keagamaan religious legends misalnya, bisa diketahui dari adanya beberapa tokoh keagamaan yang berperan dalam pemberontakan maupun
penumpasan terhadap peristiwa tertentu. Selain itu setelah mengetahui beberapa legenda yang ada, menunjukkan bahwa di dalam cerita mengisahkan tentang
commit to user
tokoh-tokoh keagamaan yang juga berperan di dalamnya, misalnya peran modin dalam legenda sunan, kiai, dan sebagainya.
2 Legenda Alam Gaib
Legenda alam gaib supernatural legends, legenda seperti biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang.
Fungsi legenda seperti ini untuk meneguhkan kebenaran sifat “ketahayulan” atau kepercayaan masyarakat. Dari hal-hal seperti itulah akan menambah kepercayaan
masyarakat terhadap kesaktian sang tokoh di dalam cerita tersebut, sehingga pada akhirnya legenda tersebut lebih dipercayai oleh masyarakat pendukungnya.
3 Legenda Perseorangan
Legenda perseorangan personal legends, adalah cerita mengenai tokoh- tokoh tertentu yang dianggap oleh pemilik cerita benar-benar terjadi James
Dananjaya, 1997: 73-75. Legenda perseorangan ini banyak dijumpai di Indonesia, di daerah Jawa khususnya kita mengenal legenda perseorangan, seperti
“Pangeran Samodra” dari Sragen, legenda “Joko Buduk” dari Sragen, legenda “Raja Mala” dari Surakarta dll Bakdi Sumanto, 2001.
4 Legenda Setempat
Legenda Setempat local legends adalah legenda atau cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan berbentuk topografi suatu
tempat James Dananjaya, 1997: 75-83. Legenda yang berhubunga dengan nama suatu tempat contohnya, asal mula nama kota Salatiga, Banyuwangi, asal mula
nama daerah Rawa Pening, dan sebagainya. Sementara itu legenda yang
commit to user
berhubungan dengan bentuk topografi suatu tempat yaitu legenda Sangkuriang, legenda Gunung Tangkuban Perahu, legenda Gunung Mardido, dan lain-lain.
3 Dongeng
Dongeng folktale dalam bahasa Belanda disebut dengan “sprokje” dalam bahasa Jerman disebut degan “marchen”. Hartoko dan Rahmanto, 1999: 34
mengemukakan dongeng adalah cerita tradisi yang secara lisan turun temurun disampaikan kepada kita, pengarangnya tidak dikenal. Dunianya khayalan.
Bascom dalam James Dananjaya, 1994: 50 berpendapat dongeng merupakan cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai
cerita, tidak terikat oleh waktu dan tempat. Lebih lanjut Haviland, 1993: 233 juga menyampaikan pendapatnya bahwa dongeng adalah cerita kreatif yang diakui
sebagai khayalan untuk hiburan. Pengertian lain disampaikan oleh Idat Abdulwahid, Min Rukmini, dan Kalsum, 1998: 14-16 bahwa dongeng adalah
cerita pendek kolektif kasusastraan lisan yang merupakan cerita prosa rakyat dan dianggap tidak benar-benar terjadi.
Dongeng adalah cerita rakyat yang secara lisan turun temurun disampaikan pada kita, dan pengarangnya tidak dikenal. Dongeng biasanya tidak ada catatan
mengenai tempat dan waktu, biasanya tamat dengan happy ending, atau berarkhir dengan suatu kebahagiaan, susunan kalimat, struktur dan penokohan sederhana,
serta sering terjadi pengulangan Diek Hartono dan Bernardus Rahmanto, 1986: 34. Sejalan dengan definisi tersebut dinyatakan bahwa dongeng adalah cerita
kreatif yang diakui sebagai khayalan, untuk hiburan Haviland, 1993: 233.
commit to user
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa dongeng tidak mengandung aspek historis. Selain itu diakui bahwa dongeng hanya sebagai
khayalan belaka. Walaupun dipandang untuk keperluan hiburan dongeng juga member atau dapat digunakan sebagai wejangan atau member pelajaran praktis.
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga cerita yang menggambarkan kebenaran, berisikan pelajaran moral atau bahkan sindiran.
Dongeng biasanya berisikan petualangan tokoh cerita yang penuh pengalaman ajaib dan akhirnya mendapatkan kebahagiaan. Kejadian-kejadian
yang dialami tokohnya sering merupakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata.
Dongeng biasanya berisi kisah petualangan tokoh cerita yang penuh dengan pengalaman gaib dan berbagai macam tantangan yang akhirnya mendapat
kebahagiaan. Kejadian-kejadian yang dialami oleh tokoh cerita berupa hal-hal yang tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Liew Yock Fank dalam
Herman J. Waluyo 2009: 23 mengemukakan dongeng termasuk klasifikasi cerita rakyat folk literatur. Cerita rakyat tersebut merupakan bagian dari kebudayaan
rakyat folklore yang meliputi mite, legenda, fabel, cerita jenaka, dan cerita pelipur lara.
Dalam kebudayaan tertentu atau yang berkembang di daerah tertentu, orang akan dapat mengelompokan tipe-tipe dongeng lokal, misalnya: dongeng
hewan, dongeng pengalaman manusia, tipu muslihat, dilema, moral, hantu, cerita omong kosong, cerita cabul, dan sebagainya. Namun, seperti halnya legenda,
dongeng seringkali menggambarkan suatu pemecahan-pemecahan local, masalah-
commit to user
masalah etis yang terdapat secara menyeluruh universal pada umat manusia. Dalam arti tertentu dongeng dapat mengemukakan suatu filsafat tentang moral.
Oleh karena itu, pelajaran atau nilai-nilai yang terkandung dalam suatu dongeng dapat menggambarkan sampai manakah seseorang memiliki kepercayaan kepada
diri sendiri dalam menghadapi berbagai persoalan dan berbagai masalah-masalah di dalam masyarakat itu sendiri.
c. Fungsi Cerita Rakyat