Cerita Rakyat Legenda Punden Janjang

commit to user

2. Struktur Cerita Rakyat Kabupaten Blora

Pengkajian stukturalisme cerita rakyat Kabupaten Blora dapat diartikan sebagai kajian atau susunan dalam cerita rakyat yang meliputi unsur-unsur intrinsik cerita yakni tema, alur, tokoh, latar, dan amanat yang terkandung dalam cerita rakyat Kabupaten Blora. Kajian strukturalisme dilaksanakan terhadap lima cerita rakyat di Kabupaten Blora.

a. Cerita Rakyat Legenda Punden Janjang

1 Isi Cerita Legenda Punden Janjang terkait dengan perjalanan Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara dalam pengembaraannya untuk mencari pusaka Kerajaan Pajang yang hilang. Konon setelah berpisah dengan ketiga saudaranya yang melanjutkan perjalanannya kearah timur Pangeran Anom, Pangeran Giri Jati, dan pangeran Giri Kusuma, Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara melanjutkan perjalanan ke arah utara. Mereka berdua sampai kesuatu tempat yang sulit dilalui karena di depannya terhalang sungai yang curam. Para sahabatnya tidak bisa melaluinya. Melihat hal demikian Pangeran Jati Kusuma dengan kesaktiannya menciptakan sebuah jembatan untuk membantu mempermudah menyeberangi sungai tersebut. Seketika dalam sekejap di depan mereka terbentang sebuah jembatan dari tanah yang menghubungkan dua tebing sungai tersebut. Tempat tersebut dikenal dengan sebutan ‘Wot Lemah’. Kemudian dari seberang Pangeran Jati Kusuma melihat di sebarang jembatan tersebut ada tempat yang patut untuk bertapa. Pangeran Jati Kusuma menghendaki untuk bertapa di tempat tersebut. Segala peralatan yang diperlukan commit to user segara dipersiapkan. Akan tetapi tempat tersebut tidak cocok untuk beliau bertapa, terbukti baru beberapa bulan dipergunakan untuk bertapa tempat itu sudah longsor jurug, yang berarti tidak cocok untuk bertapa seorang pangeran yang sakti. Kedua pangeran itupun lalu berpindah ke tempat yang lebih cocok. Adapun tempat tersebut kemudian dinamakan Gunung Cilik atau Jurug. Disebutkan, selama bertapa di tempat tersebut Pangeran Jati Kusuma mendapatkan petunjuk bahwa tempat bertapa yang cocok untuk beliau berdua adalah bukan di situ, melainkan di sebuah pegunungan yang berada disebelah utara pegunungan tersebut. Dalam petunjuk wangsit tersebut diperintahkan untuk mencari tanah yang njanjang. Mereka lalu pergi mencari tempat yang diperintahkan pada wangsit tersebut. Mereka berjalan ke arah Timur Laut. Tampaklah di sana terdapat pegunungan yang cocok dengan petunjuk yang diterimanya. Maka rombongan pun segera menuju ke tempat tersebut. Disebutkan selama dalam perjalanan, kedua pangeran itu membuat masjid di Desa Genjeng, dekat NgleburNgrambah, untuk tempat bersembahyang masyarakat sekitar tempat itu, yang dikenal dengan Masjid Benteng. Selama dalam pembuatan masjid tersebut kedua pangeran itu selalu didatangi oleh seorang wanita yang sangat cantik dari Desa Bleboh bernama Nyi Randha Kuning. Maksud kedatangan dari wanita tersebut adalah ingin agar diperkenankan mengabdi sebagai selir sang pangeran. Keinginan Nyi Randha Kuning tersebut tidak dikabulkan, tetapi juga tidak ditolak. Dia dibiarkan disitu sesuka hatinya. commit to user Disebutkan, pembangunan masjid belum selesai namun kedua pangeran tersebut segera meninggalkan tempat tersebut untuk bertapa di Janjang. Selama sang pangeran bertapa, Nyi Randha Kuning tetap setia menunggu sampai akhir hayatnya. Akibat dari perbuatan Nyi Randha Kuning tersebut, menjadikan orang dari Desa Bleboh dan Desa Nglebur tidak boleh menikah dengan orang Desa Janjang. Apabila memaksa harus menikah, kedua calon mempelai harus bersedia terlebih dahulu tidur bersama baik di Desa Nglebur maupun Desa Bleboh. Selain itu, juga berlaku adat bahwa wanita Nglebur atau Blebohlah yang mengajukan lamaran terlebih dahulu, seperti halnya Nyi Randha Kuning. Cara bertapa antara dua orang pangeran tersebut berbeda. Pangeran Jati Kusumo melakukan tapa dengan cara mengurangi makan dan tidur, sedangkan Pangeran Jati Kuswara dengan cara terus menerus makan dan tidur. Dikisahkan, selama melakukan tapa kedua pangeran tersebut saling menunjukkan kesaktiannya. Ternyata dari kedua pangeran tersebut yang lebih unggul adalah pangeran yang lebih muda, Pangeran Jati Kuswara. Pada suatu saat Pangeran Jati Kusuma marah kepada adiknya Pangeran Jati Kuswara yang terus menerus makan. Maka dipecahkanlah kendil yang biasa dipergunakan untuk menanak nasi. Oleh Pangeran Jati Kuswara, pecahan kendil yang sudah berantakan tersebut lalu dipungut dikumpulkan serta diatur sedemikian rupa sehingga pulih seperti sedia kala. Pernah juga Pangeran Jati Kusuma mencoba kesaktian adiknya dengan cara menyuruh bujangnya untuk mengambilkan serban yang tertinggal di Desa Semanggi. Sang bujang pun berangkat menjalankan perintah tuannya. Sampai di commit to user Desa Semanggi sang bujang pun tertegun karena melihat sorban yang dimaksud berada di puncak nyiur yang cukup tinggi sehingga dia tidak bisa mengambilnya. Sang bujang lalu kembali menghadap tuannya dan memberitahukan apa yang dilihatnya. Pangeran Jati Kuswara menyatakan tidak percaya, lalu sang bujang diminta untuk kembali ke Desa Semanggi untuk mengambil sorban kakaknya. Dengan perasaan yang kurang puas sang bujang pun lalu kembali ke Desa Semanggi, memenuhi perintah pangeran Jati Kuswara. Akan tetapi begitu tiba di Desa Semanggi, bujang tersebut merasa heran dan takjub karena begitu ia tiba di tempat tersebut, pohon nyiur yang tadinya menjulang tinggi, begitu ia tiba di tempat tersebut seketika pohon kelapa tersebut merendah sehingga sorbannya dapat diambil dengan mudah. Sebagaimana sudah disebutkan di depan, selama Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara bertapa Nyi Randha Kuning tetap setia menunggu hingga akhir hayatnya, akan tetapi keinginannya untuk menjadi selir sang pangeran tidak bisa terkabul. Setelah meninggal Nyi Randha Kuning dimakamkan di satu lokasi dengan makam sang pangeran, yaitu di Desa Janjang, Kecamatan Jiken. Karena besar pengaruh dan kesaktiannya, setelah wafat, makam kedua pangeran tersebut masih dianggap keramat dan tiap tahun pada hari Jumat Pon selalu diadakan Manganan Janjang. Pada upacara itu orang dari dalam desa dan dari luar desa, bahkan dari luar daerah banyak yang datang dengan membawa sesaji, ada yang membawa tumpeng bucu, ada yang membawa panggang ayam dan jajan pasar. Ada juga yang menyembelih ternak seperti kambing dan lembu. commit to user Bila dalam membawa tumpeng bucu dan panggang ayamdicegat oleh anak-anak gembala dan panggang ayamnya diminta, harus diberikan. Setelah sampai, nasi dan jajanan dikumpulkan menjadi satu dan orangnya kebanyakan menanti sampai upacara selesai. Pada acara itu dipertunjukkan wayang krucilsebagai peninggalan keduanya. Setelah upacara selesai diadakan selamatan dan nasi-nasi tersebut dibagikan merata ke seluruh orang yang ada. Kepercayaan pada acara tersebut biasanya membawa ramalan yang akan datang. Bila dalam acara tersebut nas yang dibagikan itu kurang, ramalan di tahun datang akan terjadi paceklikkurang pangan. Bila daun pembungkusnya yang kurang maka akan terjadi mahal tembakau. Bila air yang ada di dalam gucigentong yang kurang maka akan terjadi kemarau yang panjang. Barang-barang peninggalan Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara antara lain: - Wayang krucil atau wayang klitik dan seperangkat gamelan. - Guci gentong yang berair air tersebut dapat digunakan untuk upacara penyumpahan. - Damar Sewu - Baju Ontokusumo - Kendi - Mustoko Rumah Disamping itu ditempat tersebut juga sering untuk melepas nadzar yang biasa dilaksanakan dengan cara mementaskan pertunjukan wayang krucil khas commit to user janjang dengan menampilkan wayang keramat ciptaan sang pangeran yang terdiri dari lima buah wayang yaitu: - Kyai Branjal melambangkan beliau Eyang Jati Kusuma - Kyai Kuripan melambangkan beliau Eyang Jati Kuswara - Nyai Sekintir melambangkan beliau Putri Randha Kuning - Semar dan - Bletik melambangkan para punakawan. Konon wayang tersebut sangat keramat. Jika terpaksa dipentaskan di luar daerah, wayang tersebut tidak mau dibawa dengan naik kendaraan, melainkan harus dibawa dengan berjalan kaki dengan cara digendong. Selain itu makam kedua pangeran tersebut juga sering dipergunakan sebagai sarana untuk melakukan peradilan tradisional yang dikenal dengan ‘Sumpah Janjang’. Acara tersebut biasanya dilakukan untuk mencari kebenaran yang sudah tidak bisa dilakukan dengan cara lain. Dengan dilakukannya ‘Sumpah Janjang’ , dalam waktu yang tidak lama kebenaran pasti akan segera terungkap, paling lama dalam jangka waktu 3 bulan. Hal itu sebagaimana pepatah Jawa yang berbunyi ‘becik ketitik, ala ketara’ baik akan diketahui dan jelek pun akan kelihatan. 2 Struktur Cerita

a Tema

Peristiwa yang diceritakan dalam cerita rakyat Punden Janjang ini adalah peristiwa yang menggambarkan keteguhan tekat seseorang untuk menjalankan suatu perjalanan mencari sebuah pusaka yang hilang. Demi mendapatkan pusaka commit to user tersebut Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara mengembara dari satu tempat ke tempat yang lain. Bertapabersemedi demi mendapatkan wangsit atau petunjuk dimana letak pusaka itu berada. Di dalam pengembaraannya, kedua pangeran itu juga bersemedi untuk mendapatkan kesaktian, menolong orang- orang yang lemah dan menyebarkan Agama Islam. Banyak tempat yang sudah dilewati oleh kedua Pangeran tersebut sampai akhirnya mereka menemukan tempat yang mereka rasa adalah tempat yang cocok untuk bersemedi yaitu di Desa Janjang. Dan di Desa Janjang tersebut kedua pangeran ini juga bertemu dengan seorang wanita yang dengan setia mengabdi dan menunggu sang pangeran dan bermaksud menjadi istri dari salah satu pangeran tersebut, wanita itu bernama Nyi Randha Kuning yang sampai akhir hayatnya tetap setia menunggu untuk diperistri salah satu pangeran tersebut. Di Desa Janjang tempatnya tinggi sehingga ia dapat melihat kemana saja dengan jelas. Saat bertapa di Janjang kedua pangeran ini melakukan tapa yang berbeda yaitu Pangeran Jati Kusuma bertapa dengan mengurangi makan dan tidur sedangkan Pangeran Jati Kuswara tapa dengan cara menambah makan dan tidur. Semua itu dilakukan demimendapatkan wangsit atau petunjuk dimana tempat pusaka Pajang yang hilang itu. Sampai akhir hayatnya kedua pangeran itu tinggal di Desa Janjang dan dimakamkan juga di desa tersebut. Makam Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara dianggap keramat bahasa Jawa dipundi oleh warga sekitar, maka dari itu disebut punden dan sering dikunjungi masyarakat untuk meminta berkah. commit to user Berdasarkan inti cerita, tema cerita Punden Janjang adalah kenyataan keteguhan tekad yang kuat untuk meraih dan mendapatkan apa yang diinginkan. Keteguhan tekat jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan diiringi dengan selalu mendekatkan diri pada Sang Pencipta akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Ikhlas dalam menjalankan tugas yang telah diberikan tanpa adanya keinginan atau pamrih tertentu, ikhlas tanpa ada tendensi tertentu. b Alur Alur yang digunakan dalam cerita rakyat Punden Janjang adalah alur lurus, karena cerita mengalir secara logis dan saling berkaitan. Hal-hal yang dilakukan oleh pelaku-pelaku cerita secara berurutan dan menimbulkan cerita. Cerita diawali dengan menggambarkan tokoh utama yaitu Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara yang mengembara mencari pusaka kerajaan Pajang yang hilang dan mereka berdua terpisah dari ketiga saudaranya yang melanjutkan perjalanan ke arah Timur, sedangkan meraka berdua ke arah Utara. Meraka mengikuti wangsit untuk bersemedi di Desa Janjang. Dan di desa tersebut kedua pangeran itu bertemu dengan seorang wanita dari Desa Bleboh yang ingin diperkenankan mengabdi sebagai selir sang pangeran. Selama kedua pangeran tersebut bertapa, Nyi Randha Kuning selalu setia menunggu sampai akhir hayatnya. Setelah kedua pangeran tersebut meninggal makamnya dijadikan satu dengan lokasi makam Nyi Randha Kuning. Karena jasa- jasanya, makam kedua pangeran tersebut dianggap keramat, sering dipugar dan sering diperbaiki masyarakat sekitar. commit to user c Tokoh Tokoh utama dalam cerita rakyat Punden Janjang adalah Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara. Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara adalah dua bersaudara kakak beradik, putra dari Sultan Pajang yang semasa hidupnya kedua pangeran ini suka mengembara. Kedua Pangeran tersebut memiliki kesaktian yang tinggi, suka menolong orang lain serta bertujuan menyebarkan Agama Islam, terbukti dengan adanya bangunan masjid di sana. Pangeran jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara melakukan bertapa dengan cara berbeda. Pangeran Jati Kusuma melakukan tapa dengan mengurangi makan dan tidur sedangkan Pangeran Jati Kuswara melakukan tapa dengan cara terus menerus makan dan tidur. Selama melakukan tapa kedua pangeran saling menunjukan kesaktiannya, tetapi Pangeran Jati Kuswara yang lebih unggul. Selain tokoh utama ada pula tokoh pendukung cerita. dalam cerita Punden Janjang tokoh pendukungnya adalah Nyi Randha Kuning. Dia adalah seorang wanita yang cantik dari Desa Bleboh yang ingin agar dia dijadikan isrti oleh Pangeran Jati Kusuma atau Pangeran Jati Kuswara. Sampai akhir hayatnya Nyi Randha Kuning tetap setia menunggu jawaban dari kedua pangeran tersebut. Dan sebelum dia meninggal, dia berpesan kepada seluruh warga Desa Bleboh untuk tidak ada yang berbesanan dengan seorang warga dari Desa Janjang. d Latar Di dalam cerita rakyat Punden Janjang yang menonjol adalah latar tempat yang terkait dengan kisah perjalanan para tokohnya. Pangeran Jati Kuswara dan Pangeran Jati Kusuma melakukan perjalanan mencari tempat untuk bersemedi commit to user mencari wangsit dan ilmu melewati sungai dan lembah yang curam. Kedua pangeran tersebut dengan kesaktiannya membuat jembatan dari tanah yang diberi nama ‘Wot Lemah’. Bersemedi Desa Ngrenjeng, Nglebur tetapi tanahnya longsor karena tidak kuat untuk bertapa seorang yang sakti seperti mereka. Selama bertapa di tempat yang selalu juruglongsor tersebut kedua pangeran itu mendapatkan wangsit petunjuk bahwa tempat bertapa yang cocok untuk pangeran berdua adalah di sebuah pegunungan yang berada di sebelah utara. Meraka disuruh untuk mecari tanah yang njanjangtanah lapang tepatnya di Desa Janjang Kecamatan Jiken. Kedua pangeran tersebut akhirnya bertapa dan menetap di desa tersebut sampai akhir hayatnya. Karena banyaknya jasa dan kedua pangeran ini juga memiliki ilmu yang tinggi makam kedua pangeran tersebut dianggap keramat, sering dipugar dan diperbaiki dan sering pula di makam tersebut dipergunakan sebagai sarana untuk melakukan peradilan tradisional yang dikenal dengan istilah ‘Sumpah Janjang’.

e Amanat

Berdasarkan cerita rakyat Punden Janjang ini, dapat ditemukan beberapa amanat yang berguna bagi generasi penerus antara lain: sifat dari Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara yang memiliki kesaktian yang tinggi, suka menolong orang lain selain itu kedua pangeran ini juga patuh dan taat beribadah. Kedua pangeran yang merupakan putra dari Sultan Pajang ini juga bertanggung jawab dan berbakti kepada rajanya, demi mencari pusaka Pajang yang hilang mereka rela menyusuri hutan, sungai, lembah dan bertapa dari satu tempat ke commit to user tempat yang lain untuk mencari petunjuk dimana letak pusaka Pajang yang hilang tersebut. Kerelaan dan kesetiaan dari seorang wanita yang bernama Nyi Randha Kuning. Demi cintanya kepada pangeran Nyi Randha Kuning rela mengapdikan dirinya dan setia menunggu jawaban dari pangeran yang dicintainya hingga Nyi Randha Kuning meninggal. Keiklasan dari Pangeran Jati Kusuma juga bisa dicontoh oleh generasi muda. Keiklasan Pangeran Jati Kusuma yang rela mengurangi makan dan minum dan pangeran Jati Kuswara yang menambah makan dan minum. Keiklasan seperti itu merupakan nilai yang bila direfleksikan di kehidupan saat ini merpakan nilai yang langka. Keiklasan yang seperti itu sulit untuk bisa diketahui dengan jelas. Dimasa kini dalam kehidupan modern, keiklasan seperti itu bisa dikatakan langka, masyarakat kini sangat mengagungkan nilai-nilai individu.

b. Cerita Rakyat Desa Watu Brem dan Desa Pojok Watu