Cerita Rakyat Terjadinya Desa Gersi

commit to user

c. Cerita Rakyat Terjadinya Desa Gersi

1 Isi cerita Legenda terjadinya Desa Gersi berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Negara yang bernama Kerajaan Tanjung Mas, yang memiliki tumenggung yang sangat sakti, berama Tunggul Wulung. Tumenggung Tunggul Wulung mempunyai istri yang sangat cantik bernama Dewi Sumekar. Alkisah pada suatu hari di Kerajaan Tanjung Mas ada pemberontakan yang dilakukan oleh Bupati Nglangitan. Prajurit Tanjung Mas sudah dikalahkan oleh pasukan pemberontak. Melihat kekalahan prajuritnya, raja Tanjung Mas memerintahkan kepada putranya yang bernama Pangeran Suryo untuk mengundurkan Bupati Nglangitan. Pangeran Suryo tidak menuju ke medan perang, melainkan pergi ke katumenggunggan menemui Tumenggung Tunggul Wulung, dengan alasan mendapat perintah dari ayahnya bahwa Tumenggung Tunggul Wulung diperintahan untuk menumpas murkanya Bupati Nglangitan. Hal itu dilakukan karena Pangeran Suryo ada maksud kepada Dewi Sumekar. Sepeninggal Tumenggung Wulung, Pangeran Suryo membujuk Dewi Sumekar agar mau menuruti kemauannya dan mau diperistri. Keinginan Pangeran Suryo ditolaknya, Dewi Sumekar lalu lari, dan ketemu suaminya yang baru sampai di Sekanthen saat ini menjadi Desa Sekethi. Dewi Sumekar menangis di luar Sekanthen sampai saat ini tanah tempat Dewi Sumekar menangis menjadi tanah sangargawat. commit to user Selanjutnya Pangeran Suryo pergi menghadap raja. Akan tetapi Tunggul Wulung dan istrinya sudah menghadap terlebih dahulu. Tumenggung Tunggul Wulung menyerahkan istrinya kepada raja dan mengatakan bahwa istrinya dikersakke diinginkan Pangeran Suryo. Setelah menyerahkan istrinya Tunggul Wulung lalu pergi. Kedatangan Pangeran Suryo menjadikan raja marah. Beliau lalu memerintahkan kepada Pangeran Suryo untuk membrantas angkara Bupati Nglangitan. Kalau gagal, walau putranya sendiri akan dihukum mati. Dewi Sumekar lalu pulang ke rumah orangtuanya di Bathokan. Dia mengatakan kalau suaminya sudah tidak menginginkannya lagi. Ayahnya lalu bertanya, Apakah masih mencintai suaminya. Dewi Sumekar menjawab bahwa dia masih mencintai suaminya. Mendengar jawaban putrinya tersebut, sang ayah lalu menyarankan kepada putrinya untuk pergi ke Nglangitan, menyamar sebagai laki-laki dan mendaftarkan diri sebagai prajurit dengan nama Silihwarni. Sepeninggalan Dewi Sumekar, datanglah Tunggul Wulung ke Bathokan, menemui mertuanya untuk menyerahkan istrinya karena dicintai oleh anak rajanya. Penggede Bathokan bertanya kepada Tunggul Wulung apakah masih mencintai istrinya. Tunggul Wulung menjawab bahwa ia masih mencintai istrinya. Mendengar hal itu, Penggede Bathokan memberitahukan bahwa untuk bisa ketemu lagi dengan istrinya, Tunggul Wulung harus memberantas Bupati Nglangitan dan mengubah nama menjadi Silihwarno. Tunggal Wulung pun lalu pergi ke Nglangitan. Di Kadipaten Nglangitan terjadi peperangan yang dimenangkan oleh Pangeran Suryo. Kekalahan prajurit Nglangitan terobati dengan datangnya commit to user Silihwarni yang mendaftar sebagai prajurit dengan syarat harus dapat meringkus Pangeran Suryo. Silihwarni berhasil meringkus Pangeran Suryo, lalu dipenjara di Nglangitan. Tak lama kemudian datanglah Silihwarno mengamuk ke Nglangitan. Dia ditemui Silihwarni. Terjadilah perang tanding Silihwarno dan Silihwarni, yang dimenangkan oleh Silihwarno. Silihwarni lalu menjumpai ayahnya, Kie Ageng Bathokan. Sang ayah kembali menyuruh ke medan perang, lalu menyerang dengan cara rayuan dan cubitan. Setelah dirayu dan dicubit Silihwarno melarikan diri, dan jatuh di lobang becek seperti belik sumur kecil dan dangkal. Silihwarni terus mencubitinya. Silihwarno menarik ikat penutup kepala Silihwarni lalu dibuang ke utara. Begitu tutup kepalanya terbuka, taulah Tunggul Wulung bahwa Silihwarni adalah Dewi Sumekar, istrinya. Kemudian Tunggul Wulung juga membuka penyamarannya. Tanah yang kejatuhan ikat kepala Silihwarni menjadi longsor dan berlobang gowak serta berair sehingga dinamakan ‘Sendang Gowak’. Sedang lobang becek tempat Silihwarno Tunggul Wulung terjatuh dinamakan ‘Sedang Blibis’. Kemudian Penggede Bathokan bersama anak dan menantunya menuju Kadipaten Nglangitan. Bupati Nglangitan mempunyai senopati andalan bernama Ki Ageng Nglaban. Dialah yang mendalangi pemberontakan Bupati Nglangitan kepada Raja Tanjung Mas. Ketika diberitahukan bahwa Bupati Nglangitan telah dikalahkan oleh Tunggal Wulung dan Sumekar, dia lalu maju ke medan perang melawan commit to user Tunggul Wulung, yang kemudian digantikan oleh Ki Gede Bathokan. Terjadilah perang tanding antara Ki Gede Nglaban melawan Ki Gede Bathokan. Disebutkan wilayah Kadipaten Nglangitan dilindungi dengan pagar besi dirajeg wesi. Dalam pertempuran tersebut kolor tali celana Ki Gede Nglaban terlempar dan tersangkut pagar besi tersebut. Melihat hal itu Ki Gede Bathokan lalu bersabda bahwa kelak jika tempat tersebut menjadi kota dinamakan kota Gersi, kalau jadi desa juga dinamakan Desa Gersi. Pertarungan antara Ki Gede Nglaban dan Ki Gede Bathokan terus berlangsung, dan semakin seru. Dalam pertarungan tersebut mereka semakin bergeser ke timur. Mereka sampai pada sebuah kedung yang dalam dan masih terus bertarung sehingga airnya seperti diaduk dikebur. Oleh karena itu tempat tersebut kemudian tersebut Desa Keburan. Perang semakin ke timur. Mereka berdua dikerumuni jangkrik sehingga tempat tersebut kemudian disebut Desa Jangkrikan. Perang pun semakin ke timur. Di sebelah utara kraton Ki Gede Nglaban gugur. Darahnya mengalir sangat banyak hingga seperti kolam. Sampai saat ini kolam tersebut airnya merah seperti darah. 2 Struktur Cerita

a Tema

Peristiwa yang diceritakan dalam cerita ‘Terjadinya Desa Gersi’ adalah bermula dari adanya pemberontakan di kerajaan Tanjung Mas yang dilakukan oleh Bupati Nglangitan. Raja Tanjung Mas memerintah putranya Pangeran Suryo. Akan tetapi Pangeran Suryo mempunyai rencana lain, dia mengutus Tumenggung Tunggul Wulung untuk maju menumpas pemberontak dan ketika Tunggal commit to user Wulung pergi Pangeran Suryo berusaha mendekati dan merayu Dewi Sumekar, istri dari Tunggal Wulung yang sudah sejak lama dicintainya. Besarnya cinta Dewi Sumekar kepada suaminya membuatnya menolak Pangeran Suryo walaupun Tunggal Wulung sendiri yang menyerahkan Dewi Sumekar untuk putra rajanya. Akhirnya Dewi Sumekar melarikan diri dan pulang ke rumah orang tuanya dan berlatih ilmu kanuragan kemudian berganti nama Silihwarni dan bergabung dengan prajurit Nglangitan melawan Pangeran Suryo yang kemudian juga bertemu dengan suami yang masih mencintainya dan mengganti namanya dengan Silihwarno. Dalam melawan pemberontak yang dipimpin oleh Ki Gede Nglaban, Silihwarni dan Silihwarno dibantu oleh ayah dari Silihwarni yaitu Ki Gede Bathokan. Ki Gede Bathokan dan Ki Gede Nglaban terlibat peperangan yang seru dan dalam pertempuran tersebut kolor tali celana Ki Gede Nglaban terlempa dan tersangkut pagar besi. Melihat itu Ki Gede Bathokan bersabda bahwa kelak jika tempat tersebut menjadi kota Gersi dan jika menjadi desa juga dinamakan Desa Gersi. Berdasarkan inti cerita dan tema cerita rakyat “Terjadinya Desa Gersi” ini dapat digolongkan dalam golongan cerita legenda jenis sejarah kolektif. b Alur Isi cerita dalam cerita rakyat “Terjadinya Desa Gersi” dapat dikatakan menggunakan alur lurus atau maju. Secara berurutan diceritakan asal-usul tokoh cerita yakni Tumenggung Tunggul Wulung dan istrinya Dewi Sumekar, kemudian ada putra Raja Tanjung Mas yang bernama Pangeran Suryo yang diam-diam commit to user mencintai Dewi Sumekar dan hendah menikahi Dewi Sumekar yang tidak lain adalah istri dari Tumenggung Tunggul Wulung. Kronologi kejadian dalam cerita berjalan secara berurutan dari awal hingga akhir. c Tokoh Tokoh utama dalam cerita rakyat “Terjadinya Desa Gersi” adalah Tumenggung Tunggul Wulung Silihwarno dan istrinya Dewi Sumekar Silihwarni. Tunggal Wulung adalah seorang laki-laki yang gagah perkasa setia pada rajanya dan menyayangi istrinya. Dewi Sumekar adalah sosok wanita yang cantik yang tangguh yang memiliki rasa cinta yang tulus kepada suaminya dan juga seorang wanita yang setia. Tokoh selanjutnya adalah Pangeran Suryo. Digambarkan bahwa pangeran suryo adalah seorang Putra Raja Tanjung Mas yang mempunyai sifat licik, berbuat curang untuk mendapatkan apa yang diinginkan seperti berusaha memiliki istri dari Tunggul wulung. Kemudian tokoh Ki Gede Bathokan dan Ki Gede Nglaban. Ki Gede Bathokan adalah ayah dari Dewi Sumekar yang baik dan sayang terhadap anak dan menantunya. Sedangkan Ki Gede Nglaban adalah senopati Nglangitan yang mendalangi pemberontakan kepada Raja Tanjung Mas. d Latar Latar tempat adalah latar yang menonjol dalam cerita “Terjadinya Desa Gersi”. Latar cerita dimulai dari Kerajaan Tanjung Mas yang memilki tumenggung yang sangat sakti yaitu Tunggul Wulung. Di Kerajaan Tanjung mas ada pemberontakan oleh Bupati Nglangitan. Maka Tunggal Wulung pun datang ke Kerajaan Nglangitan untuk menumpas pemberontakan. Dengan dibantu commit to user mertuanya Ki Gede Bathokan akhirnya pemberontakan yang di pimpin oleh Ki Gede Nglaban bisa ditumpas. Disebutkan wilayah Kadipaten Nglangitan dilindungi dengan pagar besi dirajeg wesi. Dalam pertempura tersebut kolor tali celana Ki Gede Nglaban terlempar dan tersangkut pagar besi tersebut. Melihat hal itu Ki Gede Bathokan lalu bersabda bahwa kelak jika tempat tersebut menjadi kota dinamakan kota Gersi, kalau jadi desa juga dinamakan Desa Gersi.

e Amanat

Berdasarkan isi cerita pada cerita rakyat “Terjadinya Desa Gersi” dapat ditemukan beberapa amanat yang sesuai, diambil dari karakter dan perilaku tokoh utama, yaitu: 1 agar masyarakat tahu dan mengerti sejarah Desa Gersi dan meneladani perjuangan para leluhur yang bersedia berjuang tanpa pamrih. 2 sikap setia kepada pasangan juga ditunjukan dalam cerita ini, kesetiaan yang ditunjukkan oleh Dewi Sumekar. Walaupun dia dicintai dan inginkan untuk diperistri anak rajanya dia tetap memilih suaminya, Tunggal Wulung.

d. Cerita Rakyat Maling Kenthiri