commit to user
e. Cerita Rakyat Legenda Kyai Anggayuda dan Keramat Sambong
1 Isi Cerita
Disebutkan kekalahan Jipang oleh Pajang mengakibatkan pendudukan wilayah Jipang oleh orang Pajang. Adapun yang kemudian menduduki wilayah
Kadipaten Jipang adalah Pangeran Benowo, putra Raja Pajang. Atas kekalahannya tersebut, laskar Jipang yang masih setia tetap melakukan kegiatan di sekitar
Jipang Panolan. Di bagian utara ada seorang mukmin yang cukup disegani, bernama Kiai Anggamaya. Beliau berasal dari Tuban. Kedatangan Kiai
Anggamaya ke wilayah tersebut adalah atas permintaan seorang pengikut Arya Penangsang yang masih setia. Dia diminta untuk merusak ketentraman Jipang
Panolan . Sebagai orang saleh, maka pengikutnya banyak dan meluas dengan begitu
cepat. Hal ini segera diketahui oleh Kadipaten Jipang Panolan. Pasukan kadipaten dikerahkan untuk menumpas oknum tersebut. Akan tetapi tidak menemukan
pemberontak seorang pun, karena semua pengikut Kiai Anggamaya harus pandai merahasiakan diri. Mataram merasa, kekacauan di Panolan jika dibiarkan akan
membahayakan, baik bagi Panolan sendiri, Bahkan mungkin dapat meluas ke Mataram. Oleh karena itu Panembahan Senopati mengirim putranya, Raden
Rangga dan Rama yang dipimpin oleh Ki Juru Mertani untuk turut memadamkan pemberontakan di Panolan.
Setelah tahu jika pemberontakan dilakukan secara sembunyi-sembunyi, Ki Juru Mertani lalu menyeledikinya. Akhirnya dengan keahlian yang luar biasa,
akhirnya dia tahu bahwa pemberontakan itu dipimpin oleh orang dari Tuban.
commit to user
Pangeran Rangga lalu diperintahkan untuk memadamkan pemberontakan tersebut, akan tetapi pasukan yang dipimpin olen Pangeran Rangga dan Rama tidak mampu
menandingi kekuatan pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya. Terpaksa Pangeran Rama kembali menghadap Ki Juru Mertani
melaporkan kejadian tersebut. Dalam peperangan Panggeran Rama melawan Kiai Anggamaya, Pangeran Rangga harus mengakui keunggulan Kiai Anggamaya. Ki
Juru Mertani mengetahui bahwa Kiai Anggamaya adalah orang yang sangat sakti, tidak mempan segala macam senjata, kecuali pusaka yang dimiliki Ki Klepu dari
Kapuan. Ki Juru Mertani pun segera menghubungi Ki Klepu. Oleh Ki klepu
diberitahu bahwa Anggamaya akan sulit dikalahkan jika pusaka andalannya yang berupa “Kul Buntet” tidak lepas dari badannya. Selain itu, walau pusaka yang
bernama ‘Kul Buntet’ sudah lepas dari badannya, dia masih tetap tidak akan mempan oleh senjata apapun jika tidak dibunuh dengan pusaka dari Pluntur Sewu
yang dimiliki oleh Kiai Putat. Untuk keperluan itu, Ki Juru diminta kesediaannya untuk mengambil pusaka di Pluntur Sewu yang berwujut Kutuk Buntung. Ki Juru
Mertani pun segera berangkat ke Pluntur Sewu untuk menghadap Kiai Putat guna meminta senjata seperti yang diberitahukan oleh Ki Klepu.
Setelah mendapatkan Pusaka yang dimaksud, Ki Juru segera mengajak Raden Rangga melaksanakan tugasnya. Raden Rangga diberitahu bahwa saan
yang tepat untuk membunuh Anggamaya adalah saat dia sembahyang, karena saat itulah ia akan melepas semua pusaka piandel dari badannya. Oleh karena itu
commit to user
Raden Rangga harus menyembunyikan diri dulu, jangan sampai diketahui oleh Anggamaya.
Saat yang dinantikan pun tiba. Waktu itu Anggamaya sedang menunaikan sholat Ashar. Pada saat dia sedang bersujud, dimana perhatiannya hanya berpusat
kepada Tuhan, Raden Rangga segera menusukkan pusaka Kutuk Buntung ke tubuh Anggamaya. Seketika Kiai Anggamaya jatuh terkapar. Sebelum
menghembuskan nafas terakhir ia sempat meninggalkan pesan: “Eh wong sak kiwo tengene Sambong iki, sasurutku ojo ono sing ngrasuk agama Islam. Yen
nganti ngrasuk Agama Islam bakal ora langgeng uripe, kaya aku kang ngabekti lan mituhu prentahe agama” hai orang-orang di sekitar Sambong,
sepeninggalanku jangan ada yang memeluk Agama Islam. Jika memeluk agama Islam bakal tidak abadi hidupnya, seperti saya yang berbakti dan mentaati
perintah agama. Samapai sekarang orang Kejalen dan Sambong masih percaya hal itu.
Adapun nama ‘Sambong’ berasal dari kata Sambongan bendungan. Dikisahkan pada waktu mula pertama bermukim di desa tersebut Kiai Anggamaya
dan pengikutnya membuat bendungan, istilah warga setempat “sambongan” guna menahan air agar pada waktu musim kemarau tidak kekurangan air. Tempat
sambongan itu sampai sekarang masih ada, dan di tempat itu banyak sekali terdapat peninggalansejarah seperti pecahan keramik buatan Cina. Di samping itu,
di sepanjang aliran air dari sambongan tersebut banyak dijumpai keong yang sudah membatu kul buntet. Di tempat itu setiap malam Jumat Pon banyak orang
yang mengadakan sesaji. Tempat tersebut sangat tabu bagi orang yang bersalah
commit to user
dan bertabiat jahat. Bila ada pencuri yang menjadi buronan polisi melewati Makam Anggamaya pasti tertangkap. Begitu pula bila ada yang bersemedi di
tempat tersebut dengan maksud kurang baik, pasti dirinya sendiri yang akan mendapat halangan.
2 Struktur Cerita
a Tema
Peristiwa yang diceritakan dalam cerita rakyat “Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong” adalah bermula dari kekalahan Jipang oleh Panolan. Atas
kekalahan tersebut, laskar Jipang yang masih setia tetap melakukan kegiatan di sekitar Jipang Panolan. Di Kadipaten Jipang Panolan terjadi pemberontakan yang
dipimpin oleh Kiai Anggamaya seorang yang saleh, tinggi ilmu kanuragan dan ilmu agama yang termasuk penganut Agama Islam yang taat beribadah dan juga
memiliki pengikut yang banyak. Panembahan Senopati mengirim kedua putranya yaitu Pangeran Rangga
dan Rama yang dipimpin oleh Ki Juru Martani untuk memadamkan pemberontakan di Panolan. Pangeran Rangga dan Pangeran Rama saling bahu
membahu menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya. Kedua pangeran tesebut selalu berusaha mencari cara untuk mengalahkan Kiai
Anggamaya dan menumpas pemberontakan yang terjadi. Persahabatan yang tampak antara Pangeran Rangga dan Pangeran Rama
dalam mengadakan penumpasan terhadap pemberontakan yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya. Dalam cerita ini juga sekaligus menceritakan adanya suatu
wewaler atau ajaran tertentu yang kini masih diyakini oleh warga Desa Sambong
commit to user
agar tidak memeluk Agama Islam, agama yang dianut oleh Kiai Anggamaya. Persahabatan yang diwujudkan oleh Pangeran Rangga dan Rama mencerminkan
kesetiaan antara kakak-beradik dalam menjalankan perintah dari Ki Juru Martani.
b Alur
Alur yang ada dalam Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong adalah alur maju atau alur lurus. Alur cerita dikisahkan secara kronologis dan
saling berkaitan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dan yang dialami oleh para tokohnya secara berurutan. Cerita diawali dengan memperkenalkan tokoh-tokoh
cerita kemudian latar tempat kejadian dan peristiwa-peristiwa cerita secara bergantian.
Dimulai dari kekalahan Jipang oleh Panolan. Atas kekalahan tersebut, laskar Jipang yang masih setia tetap melakukan kegiatan di sekitar Jipang
Panolan. Di Kadipaten Jipang Panolan terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya seorang yang saleh, tinggi ilmu kanuragan dan ilmu agama yang
termasuk penganut Agama Islam yang taat beribadah dan juga memiliki pengikut yang banyak. Panembahan Senopati mengirim kedua putranya yaitu
Pangeran Rangga dan Rama yang dipimpin oleh Ki Juru Martani untuk memadamkan pemberontakan di Panolan.
Pangeran Rangga dan Pangeran Rama saling bahu membahu menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya. Kedua pangeran tesebut
selalu berusaha mencari cara untuk mengalahkan Kiai Anggamaya dan menumpas pemberontakan yang terjadi.
commit to user
Nama ‘Sambong’ berasal dari kata Sambongan bendungan. Dikisahkan pada waktu mula pertama bermukim di desa terebut Kiai Anggamaya dan
pengikutnya membuat bendungan, istilah warga setempat “sambongan” guna maenahan air agar pada waktu musim kemarau tidak kekurangan air. Tempat
sambongan itu sampai sekarang masih ada, dan di tempat itu banyak sekali terdapat peninggalansejarah seperti pecahan keramik buatan Cina. Di samping itu,
di sepanjang aliran air dari sambongan tersebut banyak dijumpai keong yang sudah membatu kul buntet. Di tempat itu setiap malam Jumat Pon banyak orang
yang mengadakan sesaji.
c Tokoh
Tokoh yang dalam cerita rakyat “Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong” adalah Pangeran Rangga dan Rama, Ki Juru Martani dan Kiai
Anggamaya. Pangeran Rangga dan Rama adalah putra dari Panembahan Senopati Panolan yang ditugasi untuk menumpas pemberontak di Jipang Panolan. Pangeran
berdua ini memiliki sifat yang patuh dan berbakti pada orang tua dan juga memiliki sifat yang saling menyayangi antara keduanya.
Tokoh Ki Juru Martani merupakan sosok yang baik dan juga disegani. Sosok pemimpin yang bertanggung jawab terhadap perintah pimpinannya.
Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Sedangkan Kiai Aggamaya adalah sosok orang yang disegani oleh pengikutnya, soleh dan setia kepada
pemimpinnya. Kiai Anggamaya merupakan muslim yang taat menjalankan perintah
Agama Islam, sosok lelaki yang memiliki kesaktian tinggi tidak mudah untuk
commit to user
dikalahkan oleh lawannya. Apa yang dikatakannya selalu didengar oleh penganutnya termasuk meminta warga Desa Sambong untuk tidak mengikuti
jejaknya dalam menganut Agama Islam. Maka sampai sekarang banyak warga yang masih menjalankan apa yang diperintah Kiai Anggamaya.
d Latar
Dalam Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong cerita diawali dengan kekalahan Jipang oleh Pajang. Pangeran Rangga dan Rama dengan
dipimpin oleh Ki Juru Martani mengejar pemberontak sampai ke Desa Kejalen dan Sambong. Adapun Nama ‘Sambong’ berasal dari kata Sambongan
bendungan. Dikisahkan pada waktu mula pertama bermukim di desa tersebut Kiai Anggamaya dan pengikutnya membuat bendungan, istilah warga setempat
“sambongan” guna maenahan air agar pada waktu musim kemarau tidak kekurangan air.
Tempat sambongan itu sampai sekarang masih ada, dan di tempat itu banyak sekali terdapat peninggalansejarah seperti pecahan keramik buatan Cina.
Di samping itu, di sepanjang aliran air dari sambongan tersebut banyak dijumpai keong yang sudah membatu kul buntet. Di tempat itu setiap malam Jumat Pon
banyak orang yang mengadakan sesaji.
e Amanat
Di dalam Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong mengisahkan bagaimana persahabatan yang tampak atara Pangeran Rangga dan Rama dalam
menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya. Dalam kisah ini sekaligus mencerminkan adanya suatu ajaran atau pesan yang hingga kini masih
commit to user
diyakini ileh warga Desa Sambong Agar tidak memeluk Agama Islam, agama yang dianut oleh Kiai Anggamaya. Sebab, dikala ia sedang melakukan sholat
Ashar, ia dibunuh oleh pusaka Kiai Rangga yang bernama Kutuk Buntung, yang akhirnya Kiai Anggamaya terkaparr dan mati.
Indahnya persahabatan tercermin antara kakak-beradik Pangeran Rangga dan Rama. Bentuk kecintaan antara kakak beradik tersebut, untuk masa sekarang
sangat penting mengingat sebagian masyarakat kita telah mengesampingkan nilai- nilai persahabatan ini.
3. Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat Kabupaten Blora