commit to user
tersebar secara lisan dari mulut ke mulut dan hal ini sangat tergantung pada kemahiran sang pencerita. Antara pencerita yang satu dengan pencerita yang
selanjutnya sering muncul perbedaan memiliki versi yang berbeda. Oleh karena itu cerita rakyat yang sama dapat diceritakan dalam versi berbeda meskipun isi
ceritanya sama.
2. Struktur Cerita Rakyat Kabupaten Blora
Sama seperti karya sastra yang lain, cerita rakyat Kabupaten Blora juga memiliki strukturalisme. Cerita rakyat “Legenda Punden Janjang”, “Legenda Desa
Watu Brem dan Pojok Watu”, “Terjadinya Desa Gersi”, “Legenda Maling Kentiri”, dan “Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong” dibangun
dengan strukturalisme yang terdiri dari beberapa unsur yang memiliki kebulatan cerita. Strukturalisme cerita meliputi isi, tema, alur, latar, tokoh, dan amanat.
Semua unsur strukturalisme tersebut mendukung cerita dari awal sampai akhir. Beberapa unsur cerita tersebut saling melengkapi. Adanya salah satu unsur
akan berpengaruh terhadap unsur cerita lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Burhan Nurgiyantoro, bahwa struktur karya sastra mengacu pada pengertian
hubungan antarunsur intrinsik yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh.
Secara sendiri terisolasi dari keseluruhannya, bahan, unsur, atau bagian-bagian tersebut tidak penting, bahkan tidak ada artinya. Tiap bagian akan menjadi berarti
dan penting setelah ada dalam hubungannya dengan bagian-bagian yang lain, serta bagaimana sumbangannya terhadap keseluruhan wacana Burhan Nurgiyantoro,
1995: 36.
commit to user
Kajian strukturalisme pada lima cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut memberi gambaran secara terperinci dan mendalam atas unsur intrinsic
pembangun ceritanya. Dipilihnya kajian strukturalisma dilandasi teori yang relevan yakni: pertama, analisiskajian strukturalisme merupakan prioritas
pertama sebelum yang lain, karena tanpa itu kebulatan makna intrinsik tidak akan lengkap, maka unsur-unsur karya sastra hanya dapat dipahami dan dinilai
sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra Teeuw, 1983: 61.
Kedua, analisis strukturalisme bertujun membongkar dan memaparkan secara cermat, teliti, detail, dan mendalam keterjalianan semua anasir dan aspek
karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh Teeuw, 2003: 112. Dan yang ketiga, strukturalisme dipandang sebagai salah satu pendekatan
penelitian kesusastraan yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya yang bersangkutan. Jadi strukturalisme sama dengan
pendekatan yang objektif Burha Nurgiyantoro, 1995: 37. Intinya pendekatan objektif menitikberatkan pada analisiskajian isi cerita.
Analisis strukturalisme pada lima cerita rakyat Kabupate Blora tersebut diawali dengan pendeskripsian isi cerita, kemudian tentang tema, alur, tokoh, latar
dan amanat. Masing-masing cerita rakyat Kabupaten Blora menunjukkan bahwa isi cerita rakyat merupakan hal yang digunakan sebagai landasan untuk mengkaji
unsur-unsur cerita berikutnya. Isi cerita tersebut menjadi bagian yang penting karena merupakan hal yang dikisahkan dalam cerita yang dimaksud karena
berkaitan dengan aspek bentuk cerita.
commit to user
Hasil kajian Strukturalisme diketahui secara umum isi masing-masing cerita rakyat Kabupaten Blora berupa rangkaian peristiwa yang terjadi
berdasarkan urutan waktu atau berlangsung dari satu ceritaperistiwa ke cerita atau peristiwa berikutnya. Rangkaian ceritanya bersifat kronologis dan menunjukkan
sebab akibat dari urutan awal, tengah hingga akhir cerita. Secara umum lima cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut berisi perjalanan
seorang tokoh, temanya hampir sama yakni bertemakan asal mula terjadinya suatu tempat. Dengan mencermati isi maupun tema dari lima cerita rakyatKabupaten
Blora tersebut dapat diklasifikasikan pada cerita bentuk legenda dalam jenis legenda perseorangan dan legenda setempat.
Melalui hasil kajian tentang alur cerita dapat diketahui bahwa lima cerita rakyat yang berasal dari Kabupaten Blora tersebut adalah alur lurus dan alur maju.
Alur lurus dan alur maju penggunaannya bersifat sederhana dan logis yang artinya penggambaran pelaku dari awal disusul peristiwa-peristiwa secara berurutan
sampai akhir cerita, peristiwa satu menyebabkan peristiwa berikutnya, hubungan sebab akibat logis sehingga jalan cerita dari awal samapai akhir mudah dipahami.
Kajian tentang alur, kesederhanaan alur pada cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut sesuai dengan teori meliputi: 1 paparanawal cerita exposition,
2 mulai dari problem incitingmoment, 3 penanjakan konflik ricing action, 4 konflik yang semakin complication, 5 konflik menurun falling action,
dan 6 penyelesaian denouement Herman J. Waluyo, 2002: 147. Kajian strukturalisme tentang tokoh dalam lima cerita rakyat Kabupaten
Blora dapat dikelompokkan tokoh utama dan tokoh pendukung. Tokoh utama
commit to user
diceritakan lebih banyak dan terkesan mendominasi jalannya cerita. tokoh pendukung diceritakan pada bagian-bagian tertentu saja atau dengan kata lain
intensitas kemunculannya jauh lebih sedikit seperti fungsinya yakni hanya sebagai pendukung. Karakter yang tergambar adalah karakter hitam dan putih atau
karakter yang baik dan buruk. Karakter yang demikian istilahnya penokohan, sesuai denga teori yang menyatakan bahwa istilah tokoh menunjukkan pada
orangnya, pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita Burhan
Nurgiyantoro, 1995: 165. Tentang kajian strukturalisme latar cerita, latar tempat disajikan lebih
menonjol. Latar dari lima cerita rakyat yang ada di Kabupaten Blora lebih menekankan pada latar tempat untuk membangun cerita. latar tempat yang
menjadi latar cerita selalu berganti dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Latar waktu juga sering disajikan dalam cerita rakyat Kabupaten Blora, tersaji
secara berurutan mulai dari tokoh itu muda, dewasa hingga ajalnya. Penyajian latar dimaksudkan agar memperjelas cerita dari awal sampai
akhir, hal ini dapat diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi perilaku, karakter tokoh dengan kondisi masyarakatnya, sesuai pendapat Zainuddin Fananie
2001: 97 yang mengatakan bahwa di dalam karya sastra settinglatar merupakan satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting.
Kajian strukturalisme mengenai amanat dapat disampaikan bahwa lima cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut ditemukan sejumlah amanat atau hikmah
cerita yang dapat dipetik atau dijadikan teladan bagi semua orang baik secara
commit to user
tersurat eksplisit maupun secara tersirat implisit maka amanat dapat langsung ditangkap dari percakapan atau dialog antartokoh, yang secara langsung mudah
dipahami, sedang amanat yang bersifat tidak langsung harus melalui perenunganpemikiran atas apa yang terjadi dalam cerita. Pembaca cerita rakyat
tersebut harus mampu menangkap dan menemukan ajaran di balik kejadian- kejadian atau perilaku para tokoh cerita.
3. Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat Kabupaten Blora