57
tertib kelas dan sekolah tentang perilaku anti bullying, penjelasan mengenai bullying, penjelasan tindakan yang akan diambil oleh guru kelas saat terjadi bullying. Masing-
masing indikator tersebut memuat hasil observasi, wawancara dan hasil studi dokumentasi yang hasilnya akan dijelaskan dalam penjelasan dibawah ini.
a. Pemberian Informasi pada Siswa Mengenai Tata Tertib Kelas dan Sekolah
tentang Perilaku Anti Bullying.
Pemberian informasi ini, menurut hasil observasi yang teramati pada observasi 1 tanggal 20 Maret 2017 lampiran 4, dilakukan secara langsung saat Ah
terlihat menindih teman kemudian ustadzah Ul memberitahukan bahwa menindih teman itu tidak boleh kepada Ah
dengan berkata “tidak boleh mas Ah” karena di dalam tata tertib sekolah terdapat peraturan untuk tidak boleh merugikan orang lain
aturan nomer 5. Ustadzah Ul juga mengatakan penyebab tidak boleh bermain tindih-tindihan di dalam kelas karena akan menyebabkan salah satu siswa terluka.
Besar kemungkinan siswa dapat terluka oleh Ah karena badan Ah yang lebih besar dari teman-temannya sehingga apabila bermain akan menyebabkan teman yang
badannya lebih kecil akan tergencet. Hal serupa juga teramati pada observasi tanggal 29 Maret 2017 dimana
ustadzah Ul menyuruh siswa untuk menyelesaikan maket diorama rumah impian secara berkelompok, setelah hampir semua siswa menyelesaikan beberapa perabotan
pada maket mereka, ustadzah Ul meninggalkan kelas untuk ke perpustakaan. Siswa laki-laki lalu mulai bermain pukul-pukulan dan berguling-guling di depan kelas,
ustadz Heri sebagai guru kelas magang yang berada di kelas IA lalu menegur agar
58
tidak saling memukul saat bermain dan mengingatkan Ah agar tidak menindih Kk karena akan sakit walaupun sedang bermain-main karena badan Ah besar dan badan
Kk kecil. Ah menurut dan memindahkan tubuhnya dari atas tubuh Kk. Ustadz Heri mengingatkan agar jangan dilakukan karena akan menyakiti teman. Hal ini secara
tidak langsung memberikan pengertian kepada siswa bahwa ada aturan nomer 5 dalam buku parents guide yang berbunyi tidak boleh merugikan orang lain dan aturan
tersebut tetap berlaku walaupun tidak dipasang di dalam kelas.
Gambar 2. Siswa yang bermain saling tindih Kemudian pada observasi ke 2 tanggal 21 Maret 2017 teramati pemberian
informasi tentang tata tertib di kelas dan sekolah yakni tidak boleh bermain di dalam kelas. Ini terlihat saat ustazah kelas II A yang sedang piket supervisor di depan kelas
IA memberitahukan peraturan bahwa tidak boleh bermain di dalam kelas untuk menghindari terjadinya perilaku yang tidak diinginkan karena pada saat kelas kosong,
siswa perempuan bergerombol masuk ke dalam kelas dan bermain hantu-hantuan dengan cara 2-3 siswa menjadi hantu di dalam kelas dan sisanya berperan menjadi
manusia. Sewaktu bermain, siswa perempuan berlarian dan bersembunyi diantara kursi dan meja kelas. Sewaktu berlari keluar, Zn yang berada di depan terdorong oleh
Af dan Nr yang berada di belakangnya ingin keluar dari kelas secepat mungkin
59
sehingga Zn menabrak pintu kelas dan terjatuh. Af dan Nr langsung meminta maaf kepada Zn. Supervisor kemudian mengingatkan untuk tidak bermain di dalam kelas
dan baiknya di luar atau di perpustakaan saja. Hal ini juga sebagai salah satu peraturan sekolah agar tidak terjadi perilaku yang tidak diinginkan salah satunya
kekerasan fisik tidak sengaja. Observasi ke 4 tanggal 23 Maret 2017 juga menunjukkan bahwa pemberian
informasi oleh guru kelas dilakukan saat emergency classmeeting yang terjadi antara Ak pelaku dan At korban di dalam kelas. Pemberian informasi dilakukan oleh
ustadzah Us yang memberitahukan bahwa apa yang dilakukan itu membuat At tidak nyaman, takut dan marah sehingga Ak mengerti bahwa apa yang dilakukan telah
melanggar tata tertib nomer 4 dan 5 walaupun tidak dikatakan secara eksplisit namun siswa dapat menyimpulkan sendiri bahwa perilakunya adalah perbuatan yang salah
dan karenanya harus meminta maaf. Hal ini tidak terlepas karena ustdzah Us menanyakan pada Ak tadi ganti dimana? Tadi merasa nyipratin air nggak? Baru
kemudian Ustadzah Us mengkonfirmasi bahwa tadi At bercerita padanya bahwa Ak mencipratkan air dan mematikan lampu saat At sedang berganti baju. Ak kemudian
diam agak lama sampai ustadzah Us bertanya kembali pada Ak, baru kemudian Ak bercerita dan mengakui sambil sesekali menunduk. Baik ustadzah Us atau At
mendengarkan cerita Ak. Ust Us lalu memberi pengertian bahwa apa yang dilakukan itu membuat At tidak nyaman, takut, marah. Ak yang mengetahui dirinya salah
meminta maaf. Secara tidak langsung guru kelas yakni ustadzah Us memberitahukan
60
bahwa ada aturan kelas dalam parents guide nomer 4 dimana siswa harus berbuat baik dengan teman dan nomer 5 yakni tidak boleh merugikan orang lain.
Gambar 3.Emergency Classmeetingantara Ak dan At
Hal serupa dilakukan oleh ustadzah Ul yang teramati pada observasi ke 10 tanggal 7 April 2017 yang memberitahukan tata tertib di dining room kepada Ha dan
mengatakan bahwa perilakunya yang mendorong teman saat mengantri tersebut melanggar peraturan. Ini karena Ha ikut mengantri dengan teman-temannya tetapi
tidak lama kemudian Ha mulai mendorong-dorong teman yang antri di depannya sambil tertawa-tawa.Ustadzah mengatakan peraturan tersebut secara langsung kepada
Ha. Dari wawancara kepada ustadzah Ul lampiran 7 dan ustadzah Ustentang cara penyampaian tata tertib pada siswa, keduanya mengatakan bahwa:
Ul: “pemberian infomasitentang tata tertib itu tidak disampaikan tapi anak langsung tau kalau bullying itu tidak boleh karena saat ada kasus langsung
kami tangani dan beri tahu. memberitahu memakai bahasa yang dimengerti anak. Seperti bahasa sehari-
hari bertanya ‘ada apa’. Tidak langsung menghakimi.Tidak kasar juga kalau bertanya.”
Us: “kita banyak role play, kalau nggak role play kita bikin cerita. Kalau ada begini, temanmu begini, apa yang anda lakukan. Jadi kita tidak hanya
61
memberikan tapi anak-anak juga ada diskusi, ada clasmeeting.Setiap masalah pun pasti didiskusikan bersama. Kita diskusi sampai anak mengerti itu tidak
baik dan tidak dilakukan..Walaupun hanya satu atau dua anak yang bermasalah tapi semua anak harus tahu, tapi ketika sudah selesai.Jadi
masalahnya tidak diselesaikan di dalam forum besar tapi si anak diambil terlebih dahulu.Selesai baru kita bahas. Kan kadang ada yang tanya tadi
kenapa sih ust, kok begitu tadi kenapa sih ust
…gitu.” Dari hasil wawancara dengan ustadzah Ul dapat dikatakan bahwa bahasa
yang digunakan untuk menjelaskan tata tertib anti bullying dilakukan saat emergency classmeeting karena dilakukan secara langsung dengan bahasa yang tidak
menghakimi agar anak terbuka pada apa yang telah dilakukannya dan akhirnya mengerti kenapa itu salah dan melanggar aturan. Ustadzah Us juga memberitahukan
cara yang digunakan untuk memberikan informasi kepada siswa yakni dengan cara role play. Caranya adalah dengan menempatkan siswa dalam peran tertentu dan
posisi tertentu, contohnya adalah saat kejadian Fr dipanggil ‘upil’ oleh Ha lampiran
5. Ha kemudian diposisikan sebagai Fr dengan ditanya apakah ingin dipanggil upil oleh temannya? Ha yang menjadi pelaku tersebut menjawab tidak mau.Ustadzah Us
juga memberitahukan bahwa pemberian informasi tata tertib kelas dan sekolah akan didiskusikan dalam classmeeting.Pelaksanaan diskusi classmeeting sendiri untuk
kelas 1A setiap Selasa dan Rabu lampiran 9 dimana di dalamnya memuat mata pelajaran PSHE. Kepala sekolah yakni ustadzah Ys juga mengatakan bahwa
pemberian tata tertib tersebut dilakukan lewat aktifitas langsung agar anak mengetahui apa yang tidak dan boleh dilakukan sehingga pemahaman anak akan
lebih kuat. Aktifitas ini dapat berupa emergency classmeeting yang biasa terjadi saat terdapat kasus bullying. Dari siswa sendiri yakni Ha dan Ar mengatakan lupa dan
62
tidak mengetahui tata tertib tentang bullying maupun cara guru kelas untuk memberikan informasi tetapi pernah mengalami pemberitahuan informasi mengenai
tata tertib di kelas dan sekolah tentang perilaku anti bullying dari hasil dokumentasi buku incident report lampiran 9.
Dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi diatas, didapatkan data bahwa pemberian informasi pada siswa mengenai tata tertib di kelas dan di sekolah
tentang bullying tidak diberikan kepada siswa. Tetapi dijelaskan pada saat terjadi kasus lewat role play pada siswa dengan menempatkan siswa pelaku pada posisi
siswa korban, dan pada saat diskusi classmeeting.
b. Penjelasan mengenai Bullying