Pemberian Saran Pada Pelaku dan Korban Bullying

80 diketahui oleh orangtua. Peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator juga dilakukan dengan mengusahakan media belajar mengenai perilaku bullying diantaranya dengan penyediaan buku cerita, materi PSHE dalam diskusi classmeeting, poster-poster di kelas dan sekolah tentang anti bullying, hadist, surat dalam Al-Quran dan ceramah dari kepala sekolah.

3. Peran Guru Kelas sebagai Penasehat

Peran guru kelas sebagai penasehat diantaranya memiliki dua indikator.Indikator pertama yakni pemberian saran pada pelaku dan saran pada korban bullying.Indikator yang kedua adalah merujuk kepada guru BK atau psikolog sekolah apabila diperlukan konseling lebih lanjut pada kasus bullying. Penjelasan dari kedua aspek tersebut selama penelitian yang dilakukan peneliti akan dipaparkan di bawah ini.

a. Pemberian Saran Pada Pelaku dan Korban Bullying

Pemberian saran pada pelaku dan korban bullyingteramati pada observasi tanggal tanggal 20 Maret 2017 dimana guru kelas mengatakan kepada Ah untuk berhati-hati saat bermain dengan teman-temannya karena fisiknya yang besar sehingga dapat menyakiti teman secara tidak sengaja. Sedangkan untuk korban yakni Fr, guru kelas menyarankan untuk tidak langsung mengadu tetapi berkata kalau dirinya tidak ingin diperlakukan seperti itu. Observasi tanggal 23 Maret 2017 lampiran 4 juga menyebutkan bahwa Ak sebagai pelaku disarankan untuk meminta maaf pada At karena telah mencipratkan air dan mematikan lampu kamar 81 mandibersama dengan kakak kelas. Kepada At, guru kelas menyarankan untuk memaafkan perbuatan Ak. Pada tanggal 29 Maret 2017 lampiran 4 dan 5, teramati lewat observasi bahwa guru kelas menasehati baik kepada korban atau pelaku untuk berhati-hati dalam memilih tontonan yang baik agar kejadian Ha yang meniru adegan kartun ‘larva’ yakni membungkus kepala Ar dengan plastik tidak terulang kembali. Penyampaian nasehat dilakukan oleh ustadzah pada saat diskusi classmeeting yang membahas tentang memilih tontonan dan semua siswa mendengarkan sembari bertanya dan menceritakan apa yang ditontonnya di televisi. Sayangnya, Ha tidak berada di kelas pada waktu itu karena harus memeriksakan kondisinya yang sedang sakit. Kemudian peran guru kelas sebagai penasehat yang memberikan saran pada pelaku dan korban bullying juga teramati pada tanggal 30 Maret lampiran 4 yang dilengkapi dengan catatan lapangan lampiran 5 menyebutkan bahwa Ha dinasehati oleh ustadzah Ul bahwa kata-kata itu tidak baik dan teman-teman sekelasnya tidak menyukai tindakan yang dilakukan oleh Ha. Ha diberikan pengertian bahwa apa yang dilakukannya merupakan akhlak yang tidak baik dan diminta untuk meminta maaf pada Fr. Sebelumnya, Ha diketahui telah menyebu t Fr ‘jelek’ dan menyebut Ty dan At ‘upil’ tetapi hanya diam saja saat ditanya mengapa melakukan perbuatan tersebut oleh ustadzah Ul saat classmeeting. Ha kemudian disarankan untuk belajar di rumah apabila masih menggangu teman-temannya yang lain karena dilihat dari pendokumentasian buku insiden lampiran 9 perilaku Ha tersebut sudah pernah 82 dilakukan sebelumnya. Fr sendiri pada kasus ini menurut observasi yang dilakukan, mendapatkan saran untuk tidak menangis tetapi langsung melapor pada ustadzah atau supervisor yang ada di luar kelas. Data observasi yang didapatkan terlihat bahwa secara umum pelaku disarankan untuk meminta maaf pada korban.Sedangkan untuk korban, saran dari guru kelas lebih kepadacara menghindar dari bullying dengan mengungkapkan ketidaksukaan, berhati-hati, dan mau memaafkan pelaku. Data hasil obserasi ini diperkuat dengan data hasil wawancara yang dilakukan kepada ustadzah Ul yang menyebutkan bahwa “pemberian saran ya lewat tabayyun. Jadi kita harus teliti banget ini melakukan ini karena apa. Dicari tahu, misal karena iseng ya boleh tidak, Kalau kamu dibegitukan kamu mau atau tidak.Kita cari kronologinya.”Tabayyun dilakukan pada saat classmeeting dimana pelaku dan siswa saling mendengarkan untuk mencari tahu kronologis kejadian sehingga guru kelas dapat memberi saran sesuai dengan jenis bullying yang terjadi. Ini sesuai dengan hasil wawancara kepada ustadzah U s yang mengatakan pemberian saran yang dilakukan akan“sesuai dengan masalahnya, misalnya tadi ada pelaku bullying kata-kata. Kan verbal masuknya, jadi lebih ke, kamu harus jaga mulut, jangan lupa meminta maaf karena kamu suka bikin temanmu sedih ”. Pemberian saran yang dilakukan tergantung jenis bullying yang dilakukan juga diungkapkan oleh kepala sekolah dan guru BK yang mengatakan bahwa saran diberikan kepada individu berbeda tergantung dengan jenis perilakunya.Sedangkan menurut Ha, saran yang diberikan kepada pelaku oleh guru kelas adalah disarankan 83 untuk menyelesaikan dan meminta maaf pada korban.Menurut Ar, saran dari guru kelas terhadap korban adalah “suruh maafin” lampiran 7. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, pemberian saran dilakukan dan selesaikan lewat tabayyun yakni mencari kebenaran. Saran yang diberikan pada pelaku ialah untuk meminta maaf pada korban, belajar dirumah, berhati-hati saat bermain, memilih tontonan yang baik, mencontoh akhlak Rasulullah, berdiam diri, dan tidak bermain dengan permainan yang menjurus ke bullying.Sedangkan untuk korban, saran dari guru kelas lebih kepadacara menghindar dari bullying dengan mengungkapkan ketidaksukaan, berhati-hati, dan mau memaafkan pelaku. Nasehat yang diterima pelaku dan korban selaku individu berbeda-beda tergantung dengan jenis perilakunya.

b. Merujuk Kepada Guru BK atau Psikolog Sekolah Apabila Diperlukan