23
Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat Eriksen, Nielsen Simonsen, Parsons, Gerend, Thomson, Surilena, Mayer Furlong serta pihak sekolah yakni
SDIT LHI adalah perilaku bullying merupakan perilaku agresif yang cenderung berulang, ditujukan untuk membuat korban merasa tidak nyaman secara fisik atau
mental, baik sengaja atau tidak sehingga menyebabkan korban menjadi lemah, tertekan dan terasing dari lingkungan pergaulan, dan perbuatan ini dapat dilakukan
oleh sekelompok orang atau individu serta perlu ditangani oleh guru apabila terdapat gejala siswa yang menjadi korban bullying.
2. Jenis bullying
Oleh karena pentingnya siswa dan guru untuk memahami tingkah laku yang termasuk dalam bullying atau intimidasi, diperlukan pendefinisian yang jelas agar
semua pihak mengetahui jenis-jenis perilaku yang temasuk dalam perilaku intimidasi. Apabila perumusan yang digunakan terlalu umum maka baik siswa atau guru akan
kebingungan saat menemui kasus yang mirip dengan intimidasi walaupun nyatanya bukan. Apabila terlalu spesifik, maka akan terdapat daftar panjang mengenai apa saja
al-hal yang termasuk dalam ranah intimidasi. Oleh karena itu, Parsons 2009: 24 mendaftarkan jenis-jenis perilaku intimidasi siswa dan mencantumkan contoh yang
spesifik dari setiap jenis perilaku. Contoh-contoh yang diberikan di bawah ini akan mengilustrasikan tiap-tiap jenis perilaku secara singkat.
a. Intimidasi verbal atau tertulis
Jenis intimidasi yang tertulis atau verbal termasuk mengata-ngatai seperti menggunakan ejekan yang bersifat rasis, seksis, atau homofobik; ledekan yang
24
ditujukan untuk penampilan fisik, kemampuan, atau status ekonomi; telepon yang berisi ancaman dan sifatnya menakut-nakuti; nota, email, dan pesan chat, sms yang
menyakitkan.
b. Intimidasi fisik
Memukul, menendang, menginjak, menyerang; melemparkan barang-barang; melakukan sentuhan seksual yang tidak diinginkan; mencuri atau merusak benda-
benda atau milik pribadi; mengancam dengan senjata, menggunakan senjata; mengancam melakukan kekerasan, melakukan paksaan.
c. Intimidasi sosial
Intimidasi sosial contohnya adalah merangkai rumor, gosip; mengucilkan, mempermalukan, atau mencemooh seseorang; secara publik menceritakan informasi-
informasi pribadi seseorang, termasuk menayangkan gambar atau tulisan pada websites; menggunakan status pertemanan untuk melakukan paksaan atau
memanipulasi perilaku. Apabila Parsons 2011: 12 membedakan intimidasi menjadi 3 jenis, maka
Thomson 2011: 12 membedakannya hanya menjadi 2 jenis yakni fisik dan psikis serta mengatakan bahwa bullying atau intimidasi yang terjadi dapat meliputi 2 jenis
sekaligus apabila terjadi dalam waktu yang lama. Pada SDIT LHI sendiri, tindakan bullying atau intimidasi dibedakan menjadi tiga jenis yakni mentally-bully, verbal-
bully, maupun physical-bully berupa tindakan mengejek, mengancam, menyakiti atau mengganggu siswa lain.
25
Walaupun intimidasi berjenis fisik lebih meninggalkan bekas yang nyata pada tubuh korbannya, tetapi menurut Thomson terjadi miskonsepsi dimana bullying yang
sifatnya psikis walaupun tidak terlihat luka fisik korban secara nyata tetapi dampaknya dapat membuat trauma sama seperti bullying secara fisik. Pendapat dari
Boyle DJ juga mengatakan bahwa ada beberapa bentuk bullying antara lain direct dan indirect bullying. Direct bullying merupakan perilaku bullying yang bersifat
langsung, verbal, ataupun fisik; yakni seorang anak atau remaja diolok-olok, diganggu, atau dipukul oleh anak atau remaja lain. Indirect bullying merupakan jenis
bullying yang kurang kasat mata namun dampak yang ditimbulkan bagi korban sama buruknya. Bullying jenis ini juga dikenal dengan istilah relational bullying atau social
bullying dalam Surilena 2016: 36. Dari pendapat Boyle, Parsons dan Thomson dapat disimpulkan bahwa
terdapat tiga jenis intimidasi atau bullying yakni intimidasi secara fisik, secara verbal maupun intimidasi secara sosial serta seorang korban dapat mengalami bullying
dengan lebih dari satu jenis bullying pada satu waktu. Dampak dari ketiga jenis bullying ini sama terhadap korban, baik yang mengalami luka secara fisik atau tidak.
C. Siswa Sekolah Dasar