29
berkembangan mereka. Pada masa sekolah dasar, berat badan menjadi dua kali lipat dan energi pun semakin besar dalam melakukan aktivitas motorik.
Sebagian besar siswa menurut Santrock 2011: 171 selama usia sekolah dasar memiliki kesulitan emosional ringan. Gangguan perilaku dan emosional mencakup
masalah serius yang berkepanjangan mencakup hubungan dengan orang lain, agresi, depresi, ketakutan terhadap seseorang atau sesuatu yang berhubungan dengan sekolah
yang bisa jadi diakibatkan oleh bullying. Anak laki-laki lebih mungkin untuk memiliki gangguan ini sebesar tiga kali lebih besar daripada anak perempuan.
Perkembangan sosio emosional lebih lanjut akan dijelaskan pada bagian selanjutnya yang khusus membahas mengenai perkembangan sosial-emosional siswa sekolah
dasar. Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat keempat ahli yang sudah
dipaparkan sebelumnya adalah bahwa perkembangan anak usia sekolah memiliki ciri- ciri tertentu. Ciri tersebut yaitu aktivitas fisik yang semakin beragam didukung
dengan bertambahnya berat badan agar siswa dapat bergerak dengan aktif guna mendukung perkembangan fisik siswa agar semakin matang, serta mengharapan
keterlibatan orangtua atau guru dalam kehidupan mereka karena seringkali terdapat beberapa masalah atau gangguan yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri.
2. Perkembangan Sosial Emosional Siswa Sekolah Dasar
Tahun-tahun masa perkembangan kanak-kanak menengah dan akhir membawa banyak perubahan dalam kehidupan sosial emosional pada siswa sekolah
dasar. Terdapat perkembangan yang signifikan pada konsep diri, emosi, penalaran
30
moral, dan perilaku gender serta terdapat pula perubahan pada hubungan orangtua dan teman sebaya Santrock, 2011: 243. Pendapat Santrock menunjukkan bahwa
perkembangan emosi dan perkembangan sosial tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain.
Ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya adalah ciri sosialnya. Sejak lahir anak akan terpengaruh oleh lingkungan sosial dimana ia
tumbuh, bentuk yang paling jelas dari terpengaruhnya anak pada lingkungan sosialnya adalah perilaku anak tersebut. Perilaku anak pada usia sekolah dasar atau
masa kanak-kanak akhir dipengaruhi oleh orang-orang disekitarnya karena pada masa ini anak senang berinteraksi dan bermain dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sumantri 2007: 6.3 bahwa karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, anak senang bekerja dalam kelompok, dan senang
merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung. Selain itu, dunia sosio-emosional anak menjadi lebih kompleks dan tidak sama seperti masa
sebelumnya. Interaksi dengan keluarga dan teman sebaya memiliki peran penting. Hubungan dengan guru dan sekolah juga menjadi hal yang penting bagi anak pada
masa ini. Salah satu ciri perkembangan sosial-emosional pada masa ini yang paling
jelas terlihat menurut Balillargeon, et al Brendgen dalam Santrock, 2011: 261 adalah anak laki-laki secara fisik lebih agresif dibandingkan dengan anak
perempuan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa hubungan yang bersifat agresi meliputi perilaku seperti berusaha membuat orang lain tidak menyukai individu tertentu
31
dengan menyebarkan rumor jahat mengenai individu tersebut. Hubungan yang bersifat agresi meningkat selama masa ini.
Walaupun terdapat hubungan agresi yang meningkat, mempunyai hubungan yang positif dengan teman sebaya sangat penting pada masa ini karena menurut
penelitian Rubin, Bukowski, Parker pada tahun 2006 dalam Santrock, 2011: 270, interaksi sosial dengan teman sebaya meningkat sebesar 30 persen dan ketika siswa
sekolah dasar melalui masa kanak-kanak menengah dan akhir, ukuran kelompok teman sebaya mereka meningkat. Lingkaran pertemanan yang semakin meluas ini
membuat siswa diharapkan memiliki interaksi yang positif agar hubungan dengan teman sebaya dapat berjalan tanpa permasalahan yang berarti. Kecenderungan
berkelompok dengan teman sebaya yang telah disebutkan oleh Rubin, Bukowski, Parker tersebut sejalan dengan pendapat Hurlock 2013: 155 bahwa siswa usia
sekolah dasar senang bergaul, bersosialisasi dan membentuk kelompok dengan teman sebaya. Dari pendapat Hurlock dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan dengan
pendapat Sumantri bahwa anak usia ini memiliki kesenangan pada kegiatan berkelompok dengan teman-temannya.
Pada masa ini pula pengaruh teman sebaya sangat besar Izzaty dkk. 2013: 155 baik yang sifatnya positif seperti pengembangan konsep diri dan pembentukan
harga diri ataupun negatif seperti ikut dalam aksi bullying agar dapat diterima menjadi bagian dalam sebuah kelompok sebaya. Setelah berada di dalam kumpulan
teman sebaya, menurut ahli perkembangan anak, anak usia ini akan digolongkan lagi dalam 5 status teman sebaya yakni:
32
1. Anak populer popular children yaitu anak yang sering dinominasikan sebagai
teman terbaik dan jarang tidak disukai oleh teman sebaya. 2.
Anak-anak biasa average children menerima jumlah rata-rata, baik nominasi positif maupun negatif dari teman sebaya mereka.
3. Anak-anak terabaikan neglected children jarang dinominasikan sebagai seorang
sahabat, tetapi bukan tidak disukai oleh teman sebaya mereka. 4.
Anak-anak yang ditolak rejected children jarang dinominasikan sebagai seorang sahabat dan secara aktif tidak disukai oleh teman sebaya.
5. Anak-anak kontroversional controversial children sering dicalonkan, baik
sebagai sahabat terbaik maupun yang tidak disukai. Dari kelima status dalam teman sebaya tersebut, menjadi seorang anak yang
populer dan memiliki banyak teman sebaya adalah impian bagi sebagian besar siswa pada usia ini sehingga banyak cara dilakukan untuk mendapatkan status anak populer.
Salah satunya adalah lewat adu kekuatan yang dapat dilakukan dengan cara bullying. Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock 2011: 274 yang mengatakan bahwa dalam
banyak kasus, orang yang melakukan bullying menyiksa korban untuk mendapatkan status yang lebih tinggi pada kelompok teman sebaya, dan orang tersebut
membutuhkan orang lain untuk menyaksikan mereka memperlihatkan kekuatan mereka.
Bagi para pendidik, dengan berbagai macam peran yang telah disebutkan sebelumnya diharapkan dapat mengetahui dan memahami perkembangan dan
karakter siswa. Hal ini penting karena menurut Izzaty et al, proses transfer
33
pengetahuan akan dapat tersampaikan dengan baik lewat pemahaman mengenai perkembangan peserta didik atau siswa 2013: 8. Tidak hanya itu, pemahaman guru
akan perkembangan siswa juga akan menentukan sikap guru saat menangani siswa yang bermasalah, salah satunya adalah masalah bullying. Pemahaman terhadap
karakteristik siswa diperlukan guna memahami siswa agar guru dapat mengantisipasi dan membuat program kegiatan untuk menangani siswa dengan masalah
perkembangan seperti tingkat agresi yang tinggi hingga terjadinya bullying. Kesimpulan dari Santrock, Sumantri, Hurlock dan Izzaty et al, adalah bahwa
pada masa usia sekolah dasar, anak memiliki perkembangan sosial emosional yang mengindikasikan bahwa siswa pada usia ini memiliki hubungan agresi yang
meningkat serta cenderung lebih memiliki kesenangan pada kegiatan berkelompok dengan teman sebayanya. Pengaruh yang besar ini menuntut guru untuk
memperhatikan perkembangan sosial dan emosional siswa agar perilaku negatif yang mungkin terbawa oleh lingkungan siswa dapat ditangani dengan baik.
D. Kajian Penelitian yang Relevan